CLBK (Cinta Lama Baru Kembali)

 [Catatan Akhir Tahun] Tahun 2018 silam, aku alhamdulillah berangkat haji ke tanah suci. Dalam kegiatan berhaji ini, aku mengkonsumsi obat untuk menahan agar jadwal menstruasi tidak datang dulu selama kegiatan berhaji ini. Yaitu dengan mengkonsumsi obat dengan nama Premulut. Ini tuh semacam obat yang reaksinya mempengaruhi kerja hormon dalam tubuh kita sehingga jadwal menstruasi yang biasanya rutin dialami oleh setiap perempuan normal, mundur beberapa saat selama pemakaian obat. Alias selama si perempuan itu mengkonsumsi obat Premulut maka dia tidak akan mendapatkan menstruasi. Tapi, ini kasus per kasus ya. Beberapa kasus yang efek obat ini tidak berpengaruh apa-apa. 

Mengapa aku mengkonsumsi obat premulut? Karena, aku tahu kondisi tubuhku. Jika sudah masuk masa menstruasi, maka lama menstruasi itu berlangsung adalah selama 11 hingga 14 hari biasanya. Memang lama sekali. Padahal, seorang perempuan yang mendapat menstruasi ketika sedang berhaji maka hajinya tidak dapat dilaksanakan. Alias, dia tidak dapat menjalankan kewajiban berhaji. Bayangkan, aku sudah menunggu giliran untuk bisa berhaji beberapa tahun lamanya, lalu sampai di tanah suci ternyata tidak dapat menjalankan ibadah haji karena mengalami menstruasi selama 11 hingga 14 hari. Subhanallah sedihnya.

Jadi. ustad pembimbing hajiku menenangkan aku bahwa mengkonsumsi obat premulut termasuk ikhtiar kita untuk bisa menjalankan ibadah haji dengan tenang. Sama seperti kita menerima imunisasi dan imbust vitamin yang diinfuskan ke tubuh sebelum berangkat. Itu semua merupakan ikhtiar kita agar bisa tenang dan sehat selama menjalankan ibadah haji di tanah suci. 

Ayo ikut Lomba Menulis Tentang UMKM

 [Lifestyle] Selama masa pandemi, UMKM terbukti tangguh untuk bertahan di tengah badai pandemi. Kenapa bisa begitu? Karena, selama 21 bulan pandemi akibat Covid 19 berlangsung (jika terhitung sejak Maret 2020), banyak perusahaan retail besar yang tidak dapat bertahan. Satu persatu mereka rontok di tengah ketidak pastian perekonomian dan kombinasi antara  keterbatasan daya beli masyarakat plus ketakutan masyarakat untuk membeli barang di luar rumahnya. Dan ternyata, UMKM alhamdulillah bisa terus bertahan meski pelaku UMKM-nya sendiri mengaku mulai megap-megap demi agar bisa bertahan. 

Mengapa bisa demikian? Karena ada banyak hal yang bisa membuat UMKM bisa terus bertahan meski nilai penjualan mereka jauh berkurang. Seperti dukungan bantuan modal dari pemerintah, dan dukungan dari berbagai stake holder yang terkait, yang salah satunya adalah dukungan dari layanan ekspedisi antar jemput barang yang diperjual belikan oleh UMKM.


FOX Family alias Keluarga Rubah

 [Catatan Akhir Tahun] Selama Pandemi Covid 19, aku mengisi waktu luang berkegiatan di rumah saja dengan mengikuti beberapa kelas online, salah satunya adalah Kelas Belajar Motret Dengan Handphone. Lama tiap level itu biasanya adalah 7 hari. Dan karena waktuku ada banyak (namanya juga di rumah saja) maka begitu selesai satu level, aku segera mendaftar ke level berikutnya. Hingga akhirnya, sebagian besar level cara memotret yang baik sudah aku ikuti. Lalu, tiba-tiba @KelasMotret membuka kelas belajar menggambar dengan menggunakan handphone. Wah. Ini baru buatku, jadi aku ikuti kelas ini. Ini terjadi di awal tahun 2021 lalu.

Buat bisa gambar sesuatu itu, ternyata selain dari teori dan tutorial cara menggerakkan kuas atau pena agar membentuk sebuah siluet atau sketsa tertentu, hal terpenting adalah punya imajinasi dan latihan menuangkan imajinasi agar tertuang di atas canvas. Hal ini yang sedikit sulit untuk dilakukan.

Menggambar Makhluk Hidup dalam Islam

 [Catatan Akhir Tahun] Sejak pandemi akibat covid 19 bermula di tahun 2020 silam (berarti kita semua sudah hidup di tengah Pandemi Covid 19 nyaris 2 tahun ya?), aku punya kegiatan baru. Yaitu, belajar menggambar menggunakan handphone.


Alhamdulillahnya, aku akhirnya mendapat pencerahan nih. Jadi, tanggal 18 Oktober 2021, aku pun menulis surat digital buat keluargaku di grup whatsapp keluarga sebagai berikut:

Asuransi Bukan Investasi

 [Catatan Akhir Tahun] Dampak pandemi Covid 19 yang paling dasyat itu apa (selain resiko tertular virus covid 19 tentunya)? Yang paling terasa tentu saja dampak pandemi Covid 19 pada perekonomian keluarga. Angka mereka yang kena PHK, atau pengurangan penghasilan, atau penurunan omset penjualan, atau terpaksa harus gulung tikar karena ketidak mampuan menutupi biaya yang dikeluarkan ketika harus bertahan di tengah sepinya permintaan pasar.

Ternyata, hal ini tidak hanya berhenti sampai disini saja. Tapi, berpengaruh juga terhadap bidang layanan asuransi. Terlihat dari  mulai limbungnya perusahaan yang menyediakan jasa asuransi. Dan aku mungkin termasuk salah satunya. Nasabah yang merasa dirugikan dengan limbungnya jasa layanan asuransi. Dan ini adalah catatan akhir tahun 2021 ku tentang mengapa aku berhenti ikut asuransi jiwa.



Avaro Robotic Home Asistant Ngebantu Di Rumah

 [Lifestyle] Ketika awal pandemi Covid 19 menyerang seluruh dunia, aku ingat ketika semua orang mulai sedikit parno bertemu dengan orang asing dari luar kota. Aku lihat reaksi teman-temanku yang pada memiliki asistan rumah tangga ya. Jadi, mereka memilih untuk membujuk para asistan rumah tangga mereka agar tidak pulang kampung dan tetap bertahan di rumah mereka saja. Jika pun ada asistan rumah tangga yang tetap menuntut hak  mereka untuk bisa pulang kampung, maka teman-temanku memberlakukan ketentuan protokol kesehatan ketika asistan rumah tangga mereka kembali lagi dari kampung. 

Di tahun pertama pandemi C19, karena pemberlakukan protokol kesehatan untuk menerima kembali ART yang baru dari kampung, teman-temanku sampai harus merogoh kocek hingga Rp2.000.000 (dua juta rupiah). Kenapa bisa mahal? Karena di tahun 2020, harga PCR masih mahal sekali di Indonesia. Masih berkisar di angka Rp800.000 s.d Rp1.200.000. Harga PCR murah itu baru saja di lakukan di pertengahan tahun 2021 ini setelah ada himbauan dari Presiden RI Joko Widodo. Sekarang harga test PCR itu sekitar tiga ratusan ribu kalau nggak salah. Nah, selain untuk test PCR, teman-temanku juga terpaksa harus mengisolasi si ART di dalam kamar khusus yang tertutup selama 14 hari dan memenuhi semua kebutuhannya selama di isolasi mandiri itu. Itu sebabnya pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk seorang ART yang baru balik dari kampung itu terasa cukup lumayan.


Berbuat Baik Janganlah DItunda-tunda

 [LIfestyle] Suatu hari di salah satu waktu selama pandemi akibat Covid 19 terjadi, seorang temanku menyapa dan berkeluh kesah. Di musim pancaroba di tahun 2020 (tepatnya bulan April), rumahnya kebanjiran akibat tanggul yang tiba-tiba jebol. Seluruh benda di dalam rumahnya terendam bukan cuma air tapi juga lumpur. Padahal, suaminya baru saja kena PHK akibat perekonomian yang semakin lesu selama Pandemi Covid 19. Di waktu yang sama, bahkan anak-anaknya juga menuntut untuk dipenuhi kebutuhan untuk bersekolahnya.

"Jadi ya mbak, aku bingung. Sudahlah jangankan mikirin buat beli kuota anak-anak biar bisa terus BDR (ket: belajar dari rumah) ; bahkan mau shalat saja aku nggak punya mukenah, sajadah dan sarung buat kami sekeluarga. Jangankan mikir mau masak apaan, bahkan panci, kuali, ceret, dan kompor saja aku nggak punya karena semua sudah terseret banjir. Aduh, banjir kemarin airnya deras banget. Mobil saja banyak yang hanyut. Apalagi cuma barang-barang pritilan yang ada di dalam rumah. Kan ceritanya model dapurku tuh dapur terbuka gitu, jadi adanya di luar rumah. Di halaman belakang rumah. Nah, sungainya ada di belakang rumahku. Karuan saja habis semua."

JNE dan HARBOKIR yang Bikin Lega

 [Lifestyle] Tidak terasa, penghujung tahun 2021 sudah tampak di depan mata. Itu artinya, nyaris 2 tahun ya kita semua, melalui masa-masa suasana pandemi akibat Covid 19. Seperti kita semua tahu, virus Covid 19 pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada bulan Desember 2019. Lalu dengan cepat, mulai menyebar ke seluruh dunia di bulan Januari 2020. Indonesia sendiri, mulai memberlakukan pembatasan kegiatan sosial masyarakat di bulan Maret 2020. Pembatasan sosial dalam masyarakat secara nasional, membawa imbas yang luar biasa terhadap negara Indonesia. Khususnya di bidang perekonomian. Pemerintah Indonesia harus bekerja keras untuk mengembalikan pemulihan kesehatan sekaligus pemulihan ekonomi nasional.  Tentu saja, hal ini tidak bisa dilakukan oleh pemerintah seorang diri. Masyarakat atau rakyat Indonesia, harus juga berperan serta. Karakter orang Indonesia itu sejak dulu adalah gotong royong. Orang Indonesia itu terkenal sebagai orang yang paling dermawan di seluruh dunia.