Tampilkan postingan dengan label dari status facebookku. Tampilkan semua postingan

Satinah dan Hukuman Mati

Dulu, waktu aku ikut mendampingi suamiku belaar di Sydney, Australia selama beberapa kurun waktu, aku sempat mendengar beberapa selentingan kabar tentang kebijakan Pemerintah Australia terhadap warga pendatang mereka. Australia memang terbagi dua sikap masyarakatnya terhadap warga pendatang. Ada yang menyambut semua warga pendatang dengan tangan terbuka dan ada yang tidak begitu menyukai warga pendatangnya. Perbedaan sikap ini juga terlihat di Parlemen mereka. Itu sebabnya ada yang terlihat sedikit rasis ada juga yang kebalikannya.

Tapi, dalam pemahamanku sih sikap "unwelcome" masyarakat Australia itu lebih karena kekhawatiran bahwa lahan pekerjaan mereka cepat atau lambat akan ditempati oleh para warga pendatang. Maklum, ada standar gaji yang harus diterapkan dan standar itu cukup tinggi bagi pengusaha. Cara cepat untuk mengatasi hal ini yaitu dengan menerima warga pendatang untuk dipekerjakan karena hanya warga pendatang yang mau menerima diberi upah di bawah standar dan mereka ini umumnya tidak berani protes atau melakukan demo penolakan. Kenapa? Karena, ada banyak warga pendatang yang sebenarnya adalah pendatang gelap. Mereka datang ke Australia dengan Visa Turis atau Visa ikut kursus kilat; ketika masa tenggata waktu Visa mereka habis, mereka tidak segera pulang ke negara asalnya lagi. Ya, karena memang niatnya ingin menjadi warga negara Australia. Jadi, Visa yang mereka kantungi itu lebih semacam "karcis masuk ke Australia" saja. Jika sudah masuk, mereka tidak mau keluar lagi. Sudah diniatkan dari awal. Nah, karena posisinya adalah pendatang gelap, maka mereka tidak berani macam-macam. Asal bisa dapat uang untuk makan, bayar sewa rumah dan nabung, ya sudah (oh ya, di Sydney itu, tagihan listriknya murah sekali dan listriknya tidak dibatasi pemakaiannya. Tarif telepon pun demikian, murah sekali. Yang mahal hanya biasa berobat saja sepertinya, dan potongan pajak yang tinggi)

Pemerintah Australia tentu saja tahu perlaku para pendatang gelap ini. Itu sebabnya mereka akhirnya menerapkan kebijakan "reward dan punishmen" untuk menanggulangi masalah ini. Yaitu, barang siapa yang mengetahui dan mau melaporkan dimana terdapat pendatang gelap ini, maka pemerintah akan memberikan uang jasa untuk informasi yang diberikan. Aku gak tahu besarnya sekarang berapa, tapi ketika dulu besarnya adalah $100 untuk satu kepala. Hm... lumayan kan buat yang butuh duit?

Gara-gara kebijakan ini makanya sesama warga pendatang gelap haruslah kompak dan hidup rukun dan "tahu-sama-tahu-saja-tolong-dirahasiakan".

Suatu hari, kebetulan seorang kenalanku yang memang aku tahu posisinya adalah pendatang gelap dan sudah bertahun-tahun bekerja di Sydney, terlibat keributan dengan rekan kerjanya di pabrik yang kebetulan berasal dari Vietnam. Bedanya, si Vietnam ini sudah resmi menjadi warga negara Australia. Akibat ribut ini, maka si Vietnam ini sakit hati pada kenalanku itu. Sekejap, dia pun melayangkan laporan keberadaan kenalanku itu pada pemerintah. Dan... kehebohanpun dimulai. Suatu hari, kenalanku itu digerebek di tempat kerjanya, digelandang ke tempat penampungan dan hanya diberi waktu beberapa hari untuk membenahi segala sesuatu yang dia miliki karena dia akan segera dikirim balik ke Indonesia dengan: kapal laut. Wah. Heboh. Jangankan untuk melakukan garage sale untuk semua perabotan rumah tangga yang dia miliki, mengepak barang pun dilakukan dengan buru-buru. Lalu meminta surat pengatar dari sekolah anak-anaknya. Lalu mengirimkan beberapa barang lewat paket ekspedisi ke tanah air. Dan tidak sempat meminta uang gaji terakhir dari pabrik tempatnya bekerja. Menyedihkan memang.

Tapi demikianlah, meski menyedihkan kesalahan tetap harus dihukum. Bagi Australia keberadaan warga pendatang ini memang merugikan. Karena, mereka tidak pernah membayar pajak (kecuali jika mereka membeli barang-barang yang sudah terkena pajak otomatis). Mereka juga tidak memberi tamabahan bagi arus uang berputar bagi kas negara tersebut (karena biasanya penghasilan yang mereka terima langsung ditransfer ke keluarganya di negara asal). Dan yang lebih tidak menyenangkan bagi pemerintah Australia adalah kenyataan bahwa ternyata kejahatan banyak terjadi di wiliayah yang ditempati oleh mayoritas warga pendatang. Entah apa korelasi antara warga pendatang dan tingkat krimininalitas yang terjadi. Tapi aku pikir sih karena "kemiskinan itu lebih mendekatkan seseorang ke arah kekafiran". Artinya, karena situasi yang amat sulit, orang jadi lupa pada norma-norma kebaikan dan terpuji. Yang ada adalah, gimana caranya agar bisa makan hari ini. Dan gimana caranya agar tidak diganggu ketika sedang berusaha mendapatkan makanan.

Nah.... beberapa hari yang lalu, di wall facebookku hadir sebuah ajakan untuk membantu Sutinah dari seorang teman.

ini potongan status facebook yang dishare di wallku itu

Begitu dapat share-an ini, aku sebenarnya langsung menuliskan komen yang panjang. hahahaha.... ini namanya komen gak pake mikir. Intinya sih, aku menulis kenapa harus bingung menjelaskan apa itu hukum pancung. Karena buatku sendiri, kasus Sutinah ini:

1. Ini adalah penerapan dari hukum Islam. Pada beberapa orang penerapan hukum Syariat Islam memang mungkin terkesan sadis dan kejam dan jika dilihat begitu saja, tampak seperti bertentangan dengan penerapan penghormatan pada hak-hak asasi manusia. Tapi, sesungguhnya penerapan hukum Islam itu membawa keadilan dan memiliki efek jera yang cukup efektif bagi pelaku tindak kejahatan. Tapi kalau dikomentari bahwa ternyata di Arab Saudi sendiri tetap saja yang namanya pelaku tindak kejahatan tidak berkurang, itu sih kembali pada pilihan manusianya sendiri. Sudah jelas terlihat hukumannya ini dan ini, tapi kok nekad melanggar. Jadi... pilihan si penjahatnya kan?. 
Nah, salah satu penegakan hukum Islam itu adalah hukuman mati bagi pembunuh. Menghilangkan nyawa orang lain itu sebuah perilaku kejahatan yang tidak bisa dipandang ringan. Tapi... hukuman mati ini bisa ditunda jika:
- Salah satu atau seluruh ahli waris korban pembunuhan masih di bawah usia untuk menghasilkan pendapat apakah dia ingin memaafkan pelaku atau tidak. 
- Selurh ahli waris bersedia memaafkan pelaku.
Jika mereka sudah memaafkan, maka berlakulah hukum Diyat; yaitu uang darah; uang yang harus dibayar untuk mengganti rasa sakit akibat kehilangan. (korban pembunuhan, biar bagaimanapun pasti meninggalkan anggota keluarga yang membutuhkan dia. Jika korban seorang ibu, maka ada anak-anak yang butuh kehadiran ibu mereka. Jika dia bapak2, maka ada keluarga yang kehilangan sosok pencari nafkah. Dan jika dia seorang pemuda atau pemudi, maka keluarganya kehilangan sosok yang akan menjadi pelindung dan membantu mereka di masa depan, ketika orang tua mereka sudah uzur). Jadi... uang darah itu adalah uang untuk menerapkan keadilan bagi keluarga yang ditinggalkan. Tidak ada istilah "menjual nyawa" seperti yang dipersangkakan oleh orang-orang yang tidak mengerti. 

2. Ini kasus kejahatan serius loh. Pengadilan di sana itu kan pengadilan yang cukup adil. Mempertanyakan proses keadialn di ruang pengadilan sana itu, sensitif banget. Rasanya tidak masuk akal jika kasus yang terjadi tahun 2007 (jadi bukan kasus yang terjadi baru-baru ini saja), mengalami proses pembukaan fakta-fakta yang sembrono dan akhirnya menghasilkan keputsan yang sembrono juga. Pasti ada fakta-fakta di pengadilan. Dan fakta-fakta keadilan disana adalah: Satinah mengakui telah membunuh dan merampok majikannya. Dan itu dilakukan oleh Satinah dengan sebuah perencanaan dan kesengajaan. Beritanya bisa dibaca disini, disini dan disini juga disini. 

gambar ini aku ambil dari Tempo.co.id
3. Para TKI itu benar adalah pahlawan devisa kita. Ini aku akui. Puluhan triliun telah disumbangkan oleh para TKI kita dari luar negeri (TKI disini bukan hanya untuk para Blue Collar tapi juga para White Collar). Tapi, ketika mereka melakukan kejahatan di negara lain, maka penting bagi kita untuk merenung kembali ... "apakah nasionalisme itu menepis kejahatan yang terjadi?" 
"Apakah nasionalisme itu berarti membaurkan yang hitam dan putih agar bersatu tanpa memandang perbedaan di antara mereka?"

Berusaha membela kemanusiaan harus ditegakkan. Aku setuju. Tapi, ganjaran bagi pelaku kesalahan tetap harus dilakukan. Karena, seperti yang penyair Rumi katakan: 

"Penting bagi Raja untuk menggantung orang yang bersalah di hadapan orang banyak karena sesungguhnya orang banyak akan melihat itulah akibat yang akan mereka terima jika melakukan kejahatan"
Eh.. jadi aku mau ngomong apa ya? hehehe... (jujur, aku takut salah ngomong sih sebenarnya).
Intinya sih, yang terancam terkena hukuman mati itu sebenarnya bukan hanya Satinah loh. Tapi ada banyak. Ratusan malah jumlahnya (baca ini di koran tempo: 265 TKI terancam hukuman mati). Dan jika semua harus ditebus oleh pemerintah semua ya... sulit sih (baca deh ini  Pemerintah Sulit Bayar Uang Tebusan TKI di Arab). 

Jadi.... karena ini kasus sensitif dan kayaknya teman-teman banyak yang sensi mendengar pendapat yang berseberangan, akhirnya komenku aku hapus lagi. hehehehehe.... 
Tapi penayangan status yang berkali-kali dari teman-teman di facebook bikin aku gatel untuk bersuara. Jadi.. aku tulis saja deh pendapat pribadiku disini. 
Mohon maaf jika ada di antara kalian yang tidak berkenan atau tidak sependapat denganku.
Aku hanya ingin mengingatkan saja, "Sudah benarkah pilihan kita ketika sedang memihak dan membela seseorang?"

Aku selalu berdoa agar Satinah dan semua TKI kita senantiasa diberi yang terbaik dan jika pun mereka yang bersalah diberi pengampunan dan kebebasan, semoga ke depannya mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama. 

Dengan Notebook Slim, Tetap Produktif sambil Main game Bersama Keluarga

Galau terbesar dalam hidupku akhirnya terjadi di bulan Oktober lalu.  Kenapa galau terbesar? Karena ini menyangkut image yang selama ini kujaga dengan baik selama ini.  Jadi, ketika kegalauan itu aku share di facebook pribadiku, percayalah, itu sudah melalui sebuah rangkaian pertimbangan, kebimbangan, kegelisahan dan segala macam prasyarat ciri-ciri galau pada umumnya (hahahaha, bahasaku. Jitak diri sendiri).

Si (bukan) Malin Kundang

"De, temenin gue yuk ke kelas satu." (akhirnya kami berdua jalan ke kawasan anak2 kelas satu, ada segerombolan anak lelaki yg sedang bermain, salah satunya temanku mengenalnya, maka dgn maksud basa basi temanku itu menegur ini anak. Kontan teman2 si anak terkejut dan bertanya polos ke anak yg disapa temanku itu:)

"Eh..kata elo, elo udah nggak ditungguin ibu lo lagi. Lah, itu masih." (si anak wajahnya langsung merah dan sikapnya canggung)


"Nggak..itu bukan ibu aku kok."

(Aku langsung menahan senyum dan langsung berbisik ke telinga temanku: "Eh, berani nggak lo bilang ke tuh anak, 'aku ibumu..kenapa kamu tidak mengakui aku? Apa kamu ingin seperti malin kundang?"... Temanku langsung menyikutku, "Gila lo De, anak kelas satu mau lu kerjain?? Kalo nangis gimana?"
Sambil cekikikan aku kembali berbisik, "ya kita kabur, kan dia udah kita kutuk jadi batu duluan, nggak bakaln ngejar lagi.")

-----------------------------
Penulis: Ade Anita (7 agustus 2012)

numpang simpen find my link yang ada di facebook.

Ade Anita
ups... pekan lalu aku buat list group close friend... dan hasilnya notificationku penuh setiap hari, hingga ratusan... siang ini aku cari lagi cara mensetting notification agar tidak terlalu penuh.. tapi tidak diketemukan.. terpaksa deh.. ada beberapa teman yang "terlalu rajin" meng-up date status aku geser dari close friend ke acquaintances... heehehe.... dari 100 notification yang aku terima, 66-nya berasal dari update status beliau soalnya... fiuh....*I'm sorry
Like · · about an hour ago
Bais Manam, Fiani Gee, Fadjri Achmad Doel and 2 others like this.
Ade Anita dan takjubnya, dia bisa meng=up date status setiap menit ternyata... bayangkan.. pukul 17.43 dia up date status.. 17,44 up date lagi.. eh.. 17 55 up date lagi... jadi nggak sampai 10 menit dia sudah up date status berkali-kali.. ya ampun.. energinya banyak banget ya?
about an hour ago · Like

Hasanudin H Syafaat http://www.facebook.com/settings?tab=notifications§ion=Facebook&t
about an hour ago · Like

Hasanudin H Syafaat cek disitu :D
about an hour ago · Like
Ade Anita udah.. seharian ini aku melototin itu.. nggak ketemu tetep.. eh.. aku juga nyari my link.. itu loh, link-link yang pernah aku share di wall aku sendiri.. gimana ya caranya? dulu perasaan ada deh...
about an hour ago · Like
Ade Anita oo... sama satu lagi.. aku jug anyari setting, jadi yang muncul di notificationku itu, status yang aku ninggalin jejak aja.. bukan semua satus close friendku... tahu nggak Hasanudin H Syafaat?
about an hour ago · Like
Ade Anita eh.. satu lagi.. aku juga mesen bakso 1 mangkok dong.. nggak pake sambal
about an hour ago · Like
Ade Anita eh.. sama minumannya jugaaaaaaaaaaaaaa
about an hour ago · Like

Hasanudin H Syafaat yg link, ada di.. ngasih taunya piye kiy.
aku capture deh
about an hour ago · Like
Ade Anita kasi tutorialnya dong lewat inbox gitu..
about an hour ago · Like
Ade Anita biar bisa agak panjangan...
about an hour ago · Like

Hasanudin H Syafaat http://www.facebook.com/?sk=app_2309869772 << ini bukan yah maksudnya?
about an hour ago · Like

Hasanudin H Syafaat atau begini kira2 tutornya, semoga halaman fb kita sama :D
di menu search, ketik: link
nanti ada Link (app). Klik itu..
57 minutes ago · Like

Hasanudin H Syafaat atau cara laen pake aplikasi fb ini:
https://apps.facebook.com/findmylinks/

Find My Posted Links
apps.facebook.com
52 minutes ago · Unlike · 1 person ·

Fiani Gee Rajin temannya mbak.. :)
44 minutes ago · Like

Hasanudin H Syafaat rajin pangkal pandai... :D
43 minutes ago · Like

Riesta Ariesta Tegaaaaa.....parahhhh....
13 minutes ago · Like
Ade Anita ‎Hasanudin H Syafaat: makasih ya... teruskan usahamu... jangan pedulikan mereka..
4 minutes ago · Like
Ade Anita ‎Hasanudin H Syafaat: bener.. bener... aduh.. makasih banget... bener.. itu yang aku cari selama ini... kenapa aku tidak nanya ke kamu sejak dulu ya??...
2 minutes ago · Like
Ade Anita aku simpen di blog aku deh aplikasi ini.. biar aku ingat... hasan.. makasih ya...
about a minute ago · Like

terima kasih

Terima kasih
by Ade Anita on Sunday, 12 September 2010 at 10:03

Terima kasih kompor, karena selama bulan Ramadhan nggak pernah rewel, kehabisan gas di waktu yang tidak tepat dan semua kegiatan masak memasak lancarrrr... serta nggak bikin panik, bahkan setelah acara besar lebaran hari pertama (masak besar untuk bantu halal bihalal keluarga).