[Pernikahan]: Pada tulisanku sebelumnya, aku menulis tentang ceritaku bagaimana keseruan yang didapat oleh seorang temanku ketika dia untuk pertama kalinya memakai Lingerie Merah Seksi di hadapan suaminya (baca: Lingerie Merah Seksi). Dalam sehari saja, tulisan ini mampu menyedot kunjungan hingga 500 orang.
Lingerie Merah Seksi
Rabu, 09 Desember 2015
[Pernikahan] Dimana-mana yang namanya pasangan menikah itu pasti dong lebih enak ketimbang pasangan yang belum menikah. Itu sebabnya setelah terjadinya sebuah pesta pernikahan; lelucon abadi yang selalu diucapkan oleh orang-orang yang berada di sekeliling pasangan pengantin baru adalah:
"Gimana rasanya setelah menikah? Jika ini ditanya sama mereka, pasti jawaban mereka adalah menyesal. Yaitu menyesal kenapa tidak dari dulu saja menikah. Karena menikah itu rasanya lebih enak dari sekedar legit."
"Gimana rasanya setelah menikah? Jika ini ditanya sama mereka, pasti jawaban mereka adalah menyesal. Yaitu menyesal kenapa tidak dari dulu saja menikah. Karena menikah itu rasanya lebih enak dari sekedar legit."
Pelajaran dari Obrolan Anak SD
Selasa, 08 Desember 2015
[Parenting]: Siang hari ini mendung. Warna biru di langit rata abu-abu muda. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Tapi bisa juga hujan baru akan turun nanti petang.
Belakangan ini cuaca memang tidak dapat diprediksikan. Meski demikan, 3 orang anak lelaki berpakaian seragam tampak asyik saling berbincang-bincang di hadapanku. Dari tinggi badan mereka yang mungil-mungil sepertinya sih mereka anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Kebetulan, aku berada tidak jauh dari mereka. Jadi keberadaan anak-anak SD menjadi menarik perhatianku.
Belakangan ini cuaca memang tidak dapat diprediksikan. Meski demikan, 3 orang anak lelaki berpakaian seragam tampak asyik saling berbincang-bincang di hadapanku. Dari tinggi badan mereka yang mungil-mungil sepertinya sih mereka anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Kebetulan, aku berada tidak jauh dari mereka. Jadi keberadaan anak-anak SD menjadi menarik perhatianku.
Bau Jempol
Kamis, 03 Desember 2015
[Lifestyle] Dosen di depanku sudah mulai berbicara panjang lebar tentang materi pengantar antropologi. Aku sibuk membuat aneka catatan kecil di atas kertas untuk menuliskan semua poin-poin tang dibicarakan oleh dosenku itu.
Ini era tahun 90-an. Dimana di era ini belum ada yang namanya teknologi gadget atau tablet. Jadi, semua catatan ditulis di atas buku.
Oh.
Ralat.
Aku terbiasa sejak SMP tidak punya buku catatan. Semua ilmu dari berbagai mata pelajaran biasanya aku tulis di atas sehelai kertas folio yang aku lipat kecil-kecil hingga selebar handphone 4 inch. Nanti, di rumah semua catatan ini baru aku pindahkan ke atas buku catatanku. Di depanku, seorang teman mulai menampakkan wajah bosannya.
Ini era tahun 90-an. Dimana di era ini belum ada yang namanya teknologi gadget atau tablet. Jadi, semua catatan ditulis di atas buku.
Oh.
Ralat.
Aku terbiasa sejak SMP tidak punya buku catatan. Semua ilmu dari berbagai mata pelajaran biasanya aku tulis di atas sehelai kertas folio yang aku lipat kecil-kecil hingga selebar handphone 4 inch. Nanti, di rumah semua catatan ini baru aku pindahkan ke atas buku catatanku. Di depanku, seorang teman mulai menampakkan wajah bosannya.
Pecandu Bola
Senin, 30 November 2015
[Pernikahan]: Pernikahan itu, sebenarnya bukan hanya menggabungkan dua orang saja (suami istri). Tapi juga menggabungkan:
2 kebiasaan yang berbeda
2 mimpi yang berbeda
2 karakter yang berbeda
2 hobbi yang berbeda
2 budaya yang berbeda
2 keinginan yang berbeda
2 sifat yang berbeda
Lalu, jika semuanya berbeda, bagaimana cara mengatasinya agar bisa bersesuaian? Seperti jika yang satu hobi banget sama bola dan yang satu sama sekali nggak suka? Yang satu bela-belain buat begadang demi nonton bola sedangkan yang satu pingin mencukupkan waktu tidur yang sehat dan paling nggak mau begadang?
2 kebiasaan yang berbeda
2 mimpi yang berbeda
2 karakter yang berbeda
2 hobbi yang berbeda
2 budaya yang berbeda
2 keinginan yang berbeda
2 sifat yang berbeda
Lalu, jika semuanya berbeda, bagaimana cara mengatasinya agar bisa bersesuaian? Seperti jika yang satu hobi banget sama bola dan yang satu sama sekali nggak suka? Yang satu bela-belain buat begadang demi nonton bola sedangkan yang satu pingin mencukupkan waktu tidur yang sehat dan paling nggak mau begadang?
Buah di Dada : part 2
Jumat, 27 November 2015
[Pernikahan]: Hai...hai... hai... ayo kita lanjutkan cerita tentang temanku yang baru saja melakukan pemberian pupuk guna menyuburkan buah yang ada di dadanya."Ini gosip?"
"Ih, nggak. Ini cuma menceritakan salah satu cerita kehidupan yang muncul di keseharianku. Tentu saja nyata."
"Ngomongin orang deh pasti. Ghibah dong?"
"Hush. Tidak ada yang ditunjuk kok sosoknya. Kesamaan lokasi atau nama itu hanya kebetulan belaka. Tapi... ada hikmah dari cerita itu yang mau aku bagi. Khususnya, pelajaran tentang pernikahan."
Oke. Silahkan lanjut membacanya ya. Sekali lagi diingatkan:
Warning: Ini tidak diperuntukkan untuk anak-anak atau mereka yang belum dewasa. Silahkan tutup jika merasa belum dewasa. Tidak usah membaca tulisanku ini karena tulisan ini mengandung:
(mungkin) Kategori N : Nudity
(mungkin) Kategori 18 +
(mungkin) Kategori A: Adult only
(mungkin) Kategori S : ada unsur S yang itu deh.
Kebab
[Lifestyle: shopping, Resep] Waktu yang paling gerabak-gerubuk itu di rumahku adalah waktu pagi hari. Alarm handphone sengaja aku bikin 3 sekaligus:
- 1. Alarm pertama untuk bisa bangun shubuh.
- 2. Alarm kedua untuk bisa bangun shubuh part. 2 (hahaha, karena sering masih ngantuk banget jadi begitu alarm pertama bunyi, reflekku adalah mematikan alarm tersebut. Lalu tidur lagi. Itu sebabnya harus ada alarm part 2).
- 3. Alarm ketiga adalah mengingatkan sudah tiba waktunya harus masuk dapur (hehehe, setelah usai shalat berjamaah, aku sering ngobrol dulu sama suami dan anak-anakku. Nggak tentu ngobrol apa, nah... padahal kami keluarga hobbi ngobrol. Jadi terpaksa harus dipasang alarm pengingat agar ngobrolnya tidak kebablasan lama).
Buah Di Dada
Kamis, 26 November 2015
[Pernikahan]: Teman-temanku itu amat beragam orangnya. Dan karena kemajuan zaman, keberagaman mereka akhirnya dikelompokkan dalam aneka macam pertemanan. Ada yang pertemanan online, yaitu yang hanya aku temui ketika aku sedang ada di dunia maya saja. Ada juga pertemanan offline, yaitu yang bisa aku temui secara langsung tatap muka.
Usia, suku, agama, pendidikan, status sosial ekonomi... ah. Lupakan itu semua. Karena, pada akhirnya pengelompokan pertemanan itu tidak lagi memandang perbedaan. Kami disatukan karena satu kepentingan. Dan kepentingan tersebut, ternyata membawa dampak pada warna pergaulan yang muncul ketika kami bertemu. Di antara sekian banyak pertemanan tersebut, salah satunya adalah jenis ibu-ibu yang tanpa malu-malu sering berkumpul untuk saling berbagi pengalaman paling seru yang mereka miliki, apalagi jika bukan pengalaman melakukan hubungan seksual dengan pasangan.
Oke. Sampai sini, ini ada sebuah peringatan.
Usia, suku, agama, pendidikan, status sosial ekonomi... ah. Lupakan itu semua. Karena, pada akhirnya pengelompokan pertemanan itu tidak lagi memandang perbedaan. Kami disatukan karena satu kepentingan. Dan kepentingan tersebut, ternyata membawa dampak pada warna pergaulan yang muncul ketika kami bertemu. Di antara sekian banyak pertemanan tersebut, salah satunya adalah jenis ibu-ibu yang tanpa malu-malu sering berkumpul untuk saling berbagi pengalaman paling seru yang mereka miliki, apalagi jika bukan pengalaman melakukan hubungan seksual dengan pasangan.
Oke. Sampai sini, ini ada sebuah peringatan.
WARNING: Tulisan ini bukan diperuntukkan untuk anak-anak. Tulisan ini hanya untuk orang yang sudah dewasa saja.
Langganan:
Komentar (Atom)







