Mothers Day dan Fathers Day

22 Desember, ditetapkan sebagai hari ibu di Indonesia. Dan peringatan ini diperingati secara nasional. 
Di sekolah-sekolah, ada peringatan hari ibu yang membuat para ibu biasanya menjadi sosok yang paling repot di hari itu. 
Kenapa? Karena mereka harus mendandani putra putri mereka dengan aneka pakaian yang menunjukkan aneka profesi yang ada di Indonesia (boleh juga di seluruh dunia).

Mengapa peringatan hari ibu identik dengan karnafal memakai pakaian aneka profesi? Karena, ibu adalah sosok yang ada di balik sukses seorang anak dalam meraih cita-citanya. Ibu mengandung, merawat dan mendidik anak mereka sejak mereka masih kecil hingga dewasa. Itu sebabnya di balik sosok yang sukses selalu ada sosok perempuan istimewa di belakangnya. Dialah ibu.

Kapan sejarah hari ibu dimulai di Indonesia? Sejarah hari ibu dimulai ketika pada tanggal 22 desember 1928  para pejuang perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra berkumpul dan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Salah satu hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Namun penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Bahkan, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember ini sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959.

Para pejuang perempuan tersebut berkumpul untuk menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Para feminis ini menggarap berbagai isu tentang persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan. Tak hanya itu, masalah perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan masih banyak lagi, juga dibahas dalam kongres itu. 

Bedanya dengan jaman sekarang, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis untuk perkembangan perempuan, tanpa mengusung kesetaraan jender.

Dari kejadian bersejarah ini, maka terlihat bagaimana peranan ibu dalam masyarakat ternyata memberi pengaruh pada cara mereka untuk mendukung dan membesarkan anak-anak mereka. 

Karena, keberhasilan seseorang itu memang tidak akan bisa berkembang jika ibu mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri mereka sendiri. Apapun kemampuan seorang ibu dalam mengembangkan dirinya sendiri akan memberi pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung pada perkembangan dan kemajuan anak-anak mereka. 
Di keluarga besarku sendiri, aku sejak kecil sudah terbiasa untuk merayakan hari ibu loh. Bisa dibaca di tulisanku yang ini: Teringat padamu Ibu


MOTHERS DAY DAN FATHERS DAY

Sekarang, jika kita melongok ke luar Indonesia, ada nggak sih peringatan hari ibu itu? 

Seorang teman pernah menyampaikan kebingungannya mengapa ada dua peringatan hari ibu yang muncul di timeline facebook dia. Karena setahu dia, sejak kecil dia hanya mengetahui bahwa Hari Ibu itu ada di tanggal 22 Desember saja. Tapi, ketika di bulan Mei ternyata Facebook ramai membicarakan tentanga hari ibu alias Mothers day, menjadi heranlah dia.

Di luar Indonesia, ternyata peringatan dalam rangka memberi penghargaan pada orang tua itu tidak hanya diberikan pada ibu saja, tapi juga pada para ayah. Itu sebabnya dikenal hari ibu (Mothers day) dan hari ayah (Fathers day). Bahkan ada juga Parents Day.

Peringatan Mothers day dan Fathers day dimulai di Amerika serikat sana. Diawali dengan Mothers Day terlebih dahulu. 

Adalah Ann Jarvis yang mengadakan pertemuan di bulan Mei tahun 1868 dalam rangka menyatukan kembali mereka yang selama ini terpisah akibat perang saudara di Amerika serikat. 

Sebagai informasi:  Perang Sipil Amerika atau Perang Saudara Amerika dimulai pada tanggal 12 April 1861, saat pasukan Konfederasi menyerang instalasi militer AS di Fort Sumter di South Carolina, dan berakhir pada tanggal 9 April 1865 saat pasukan Union memenangkan perang. Sekitar 6000 pertempuran berlangsung selama perang dan sebagian besar terjadi di wilayah Selatan.

Mereka yang ikut berperang, pada kenyataannya ternyata paling besar diikuti oleh pemuda berusia 18 tahun. Dalam perang ini dua pihak saling berhadapan yaitu Negara Konfederasi (Confederate States of America) dan Pemerintah Federal AS (Union). 

Negara Konfederasi Amerika atau ‘Konfederasi’ adalah kumpulan 11 negara bagian Selatan yang tetap mendukung perbudakan dan menarik diri dari pemerintah federal (union).

Fakta yang menarik adalah, ada lebih dari 360.000 tentara Amerika Serikat kehilangan nyawa dalam perang ini. Dari jumlah tersebut, hanya sepertiga yang tewas akibat pertempuran sedangkan dua pertiga sisanya tewas akibat wabah penyakit. Penyakit yang paling umum diderita selama Perang Saudara adalah tifus, malaria, pneumonia, disentri, arthritis, dan kekurangan gizi.

Perang memang telah membuat sengsara banyak orang. Apalagi yang terjadi kala itu adalah perang saudara; dimana tidak jarang membuat mereka yang semula bersaudara tapi karena ideologi politik yang berbeda terpaksa harus bermusuhan dan saling membunuh satu sama lain. Dan tidak jarang mereka yang semula saling cinta malah jadi musuh. 

Jika sudah demikian, siapa yang paling sedih? Tentu saja para ibu. Apalagi jika ibu harus melihat dua anaknya saling bermusuhan dan saling berperang satu sama lain. 
Melihat kakak yang berperang dan memusuhi adiknya itu luar biasa perihnya bagi seorang ibu. Apalagi para ibu memang banyak yang tidak ikut berperang. Mereka lebih banyak mengungsi  atau ikut berperan di bidang pengobatan dan pemulihan kesehatan pada korban perang. Itu sebabnya pemulihan hubungan pasca perang harus segera dilakukan. 

Mereka yang semula bermusuhan harus didamaikan. Mereka yang kalah tidak boleh dikecilkan hatinya agar tidak jadi sakit hati. Dan terutama, keluarga yang ditinggalkan harus segera dibangkitkan kembali semangat untuk bangkit dan damainya. Inilah cita-cita dari Ann Jarvis ketika mengumpulkan para ibu untuk berkontribusi dalam masyarakat. Sayangnya, Ann Jarvis keburu meninggal sebelum cita-citanya untuk menyatukan kembali hati tiap orang amerika agar bersatu ini. Usahanya tersebut lalu diteruskan oleh putrinya, Anna Jarvis.

gambar diambil dari sini


Dan dimulailah hari untuk menghormati jasa para ibu dalam mengembalikan luka akibat perang tersebut. Peringatan itu diadakan setiap hari Minggu ke dua di bulan Mei (jadi tidak tetap tanggalnya seperti halnya peringatan hari ibu di Indonesia).

Nah. 
Yang harus diingat itu adalah, bukan hanya Ibu yang memiliki peran besar dalam keluarga. Ayah juga memiliki peranan yang sama besarnya dengan ibu dalam keluarga. Untuk menyeimbangkan peringatan hari ibu, maka diadakanlah peringatan hari ayah (Fathers day).

Fathers Day dimulai ketika Grace Golden Clayton di Amerika mendengar tentang keberhasilan Ann Jarvis dalam mensosialisasikan  Mothers day. Kebetulan, saat itu terjadi bencana yang menimpa pertambahan Monongah (pertambagannya runtuh dan mengubur hidup2 para penambang di dalamnya). Ada 361 lelaki penambang yang tewas kala itu dan 250 di antara mereka adalah sosok ayah dalam keluarganya. Untuk mengingat keberadaan mereka dan jasa-jasa mereka dalam mencari nafkah bagi keluarganya (hingga berjibaku hingga tewas) maka diusulkan untuk dilakukan hari ayah. Sayangnya ide ini kurang bergema dan hari ayah belum diperingati secara nasional.

Baru tahun 1910 ide untuk memperingati hari ayah digaungkan kembali oleh Sonora Smart Dodd, karena dia merasa ayahnya lah yang merupakan veteran perang saudara Amerika memiliki jasa amat besar dalam mendidik ke enam anak mereka hingga semuanya berhasil. Dan memang pada kenyataannya, ternyata akibat perang saudara yang bukan hanya menyebabkan negeri Amerika porak poranda juga menyebabkan berkembangnya banyak wabah penyakit telah membuat banyak keluarga hanya memiliki orang tua tunggal saja. Dimana, karena kondisi kesehatan yang belum bagus, banyak kaum perempuan yang meninggal dunia lebih cepat sehingga menyebabkan keluarga hanya memiliki orang tua tunggal, dalam hal ini ayah.

Akhirnya, tanggal 19 Juni 1910 dimulailah peringatan hari ayah atau Fathers day. Dan sejak itu disepakati bahwa peringatan itu dilakukan setiap minggu ke 3 bulan Juni.

Bagaimana dengan hari ayah di Indonesia? 

Ternyata, hari ayah di Indonesia juga ada loh, yaitu setiap tanggal 12 November.
Perayaan Hari Ayah di Indonesia memang belum sepopuler Hari Ibu. Perayaan yang juga bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional ini lahir dari prakarsa sebuah komunitas lintas agama pada 2006 silam.

Uniknya, para pemrakarsa Hari Bapak Nasional ini bukanlah kaum ayah. Melainkan para wanita. Kaum ibu yang tergabung dalam Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) menggelar deklarasi Hari Ayah pada 12 November 2006 di Pendapi Gede Balaikota Solo, Jawa Tengah.

Hmm... kalau menurutku sih, daripada kurang bergaung, mending ikut yang sudah ngetop aja ya, yaitu Fathers Day di luar Indonesia sana, minggu ke 3 bulan Juni.
Eh... tapi itu pendapatku pribadi sih. 
Bagaimana dengan kalian?

Oh ya, dalam Islam sendiri, menghormati ayah dan ibu itu wajib hukumnya. Dan itu tentu saja harus dilakukan setiap hari.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman : 14)

Kisah Yang (seharusnya) Mengharukan

Putri bungsuku datang padaku dengan wajah berseri siang itu. Matahari bersinar cerah, dan langit berawan sebagian saja. Aku sedang duduk di bawah tenda yang dibentang di tengah lapangan sekolah. Hari ini memang sedang ada acara pelepasan dan wisuda kelas VI.

Hari ini spesial. Karena putriku akan mempersembahkan drama Jaka Tarub di atas panggung. Sejak kemarin, dia sudah berlatih bersama teman-temannya. Dan semalam, kami sibuk mencari selendang yang matching dengan pakaian muslim yang dia kenakan.

Begitu bersemangatnya putriku, hingga dia (sepertinya) melupakan rasa laparnya. Itu sebabnya ketika tadi aku membawakannya cemilan, dia langsung meraih seluruh cemilan yang aku bawakan dan melahapnya dengan cepat. Lalu sebagai penutup dia memilih crackers AHA Chese.

AHA Chese itu, isinya ada 6 stick keju. Dia sudah menghabiskan 5. Dan karena dia melihat aku sendirian menunggu penampilannya di atas panggung, putriku ini mendatangiku.

"Ibu... ibu mau ini? Ini... aku sisakan untuk ibu. Ibu suka keju kan?"

Ah.... anakku ini memang paling pandai mengambil hatiku. Membuatnya termehek-mehek oleh rasa haru yang menyerbu. Aku tersenyum.

Sekolah memang sudah masuk libur menyambut Ramadhan. Jadi, hanya anak kelas enam, para orang tua mereka, dan anak-anak kelas lain yang mengisi acara pelepasan dan wisuda kelas enam saja yang datang ke sekolah. Itu sebabnya aku duduk sendirian di tengah bangku-bangku.

Sebenarnya, aku bisa saja bergabung dengan ibu-ibu para orang tua murid kelas enam. Tapi, aku lihat sejak awal mereka sedang terbawa suasana sentimentil menjelang perpisahan. Aku tidak mau jadi kambing congek di tengah mereka. Jadi, setelah bertegur sapa beberapa saat, diam-diam aku memisahkan diri tadi. Putriku baru ingin naik kelas lima.

"Aku taro di sini ya bu. Aku ke kelas lagi, latihan terakhir." Aku mengangguk dan putriku segera melesat pergi.

Sementara pertunjukan di atas panggung cukup menarik. Ada anak yang suaranya bagus sekali. Juga ada pertunjukkan tari khas Banyuwangi yang enerjik. Aku belum menyentuh makanan yang disisakan oleh anakku tersebut ketika anakku itu datang lagi padaku.

"Loh? Kok nggak dimakan? Nggak suka? Tumben ibu nggak suka. Ya sudah, daripada mubazir... aku makan saja deh."

HAP.
Putriku yang pemurah hati dan penuh perhatian beberapa menit yang lalu itu sudah melahap cemilan yang tadi dia berikan padaku.
Bahkan dia tidak memberi kesempatan padaku untuk bersuara... huaaaaaaaaaaaaaaa.

Oke.
Aku nggak jadi terharu deh.
Keharuannya dibatalkan!


Resep Sosis Balut Mie Kering Goreng

[Lifestyle: Kuliner]: Aku sukses membuat kudapan dari bahan dasar mie. Ini bisa dikatakan salah satu resep andalanku jika pagi-pagi harus membuat bekal makan siang untuk dibawa anak ke sekolah.
Tahu sendiri kan, pagi-pagi gedubrak-gedubruk setelah selesai shalat shubuh. Mulai dari menyiapkan sarapan, cuci piring, lalu mulai menyiapkan bekal untuk makan siang.

Nah.. memasak mie instan dan membekali si kecil ke sekolah dengan Mie Instan? Itu boleh-boleh saja. Tapi, jika terlalu sering bentuknya Mie saja, bosan banget ya. Nah, ini variasi lain dari pengolahan menu berbahan dasar mie instan.

Takut Gemuk dan Takut Sakit jika Makan Mie?

[Lifestyle: Kesehatan] Aku punya sedikit trauma jika harus sering-sering makan mie. Di keluarga besarku, ada beberapa kejadian yang kurang enak untuk dikenang tentang kebiasaan makan mie soalnya.

Yang pertama, yang menimpa saudara sepupu jauhku beberapa tahun yang silam.
Jadi, ceritanya saudara sepupuku ini diterima di Universitas Negeri yang terletak di luar Jakarta. Yang namanya dapat universitas negeri, pastilah senang dong. Masalah harus tinggal berjauhan dengan keluarga, padahal selama ini dia anak mama, sepertinya urusan nomor dua.

Jadi, berangkatlah sepupuku itu keluar kota. Ibunya, karena tahu anaknya tidak bisa memasak sama sekali, membekali anaknya dengan beberapa kardus mie. Aneka rasa, ada mie goreng, juga ada mie rebus. Si anak memang ditempatkan di kost-kostan yang ada dapurnya. Jadi, jika lapas bisa memasak sendiri.

Vitamin A untuk Anak Kita

Jika bunda pernah membawa anak ke POSYANDU atau PUSKESMAS, pasti deh mengenal apa yang disebut dengan Vitamin A. Yaitu Vitamin yang bentuknya seperti softkapsul berwarna merah atau orang. Setelah ujung soft kapsul digunting, maka petugas posyandu atau puskesmas akan meneteskan cairan yang sedikit banget itu ke dalam mulut anak balita kita. Pemberian vitamin A gratis ini biasanya terjadi 6 (enam) bulan sekali. Umumnya POSYANDU atau PUSKESMAS akan memasang tulisan di spanduk besar yang digantung di atas bangunan mereka: Bulan Pemberian Vitamin A Gratis.

Nah.
Tulisan berikut ini bukan tulisan tentang pemberian vitamin A seperti itu. Tapi, ini adalah pesan nasehat dari psikolog Elly Risman tentang pentingnya kehadiran dan peran serta ayah dalam mendidik anak. Jadi, vitamin A disini adalah vitamin Ayah.

Aku dapat pesan ini dari whats App. Aku share disini saja deh, karena isinya bagus.
Selamat membaca:

iyaa... iyaaa... aku tahu gambar ini gak ada hubungannya dengan tulisan di bawahnya. #biarinajasih #gakusahkesal


[6/2/2015, 07:07] +62 888-0568-9733: 📝 Vitamin A untuk Anak Kita


Narasumber: Elly Risman, Psi
(Direktur dan Psikolog Yayasan Kita dan Buah Hati)
〰〰〰〰〰〰〰〰
Tantangan zaman yang luar biasa berat bagi anak-anak kita saat ini membutuhkan Vitamin A (Ayah) yang memiliki peranan sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak


Ayah…
Engkaulah nahkoda, penentu Garis Besar Haluan Keluarga, engkau yang menentukan kemana keluarga kita akan kau bawa

Engkau bukan hanya pencari rizki yang penuh berkat, yang menyediakan makanan lezat dan pakaian yang hangat, serta  rumah dan isinya yang tak mudah berkarat, bagi kami kau adalah pembimbing anak & istri yang hebat

Ayah..
Engkau adalah pembuat kebijakan dan peraturan, engkau pula yang menentukan standar keberhasilan.


Ayah..
Engkau senantiasa melakukan pemantauan dan perawatan terhadap kami dan harta benda yang kau titipkan.


Ayah..
Luangkan waktumu lebih banyak lagi ya. Obrolan sederhana yang kau bangun dengan anak kita, membuat ia menjadi anak yang:
- Tumbuh menjadi orang dewasa yang suka menghibur
- Punya harga diri yang tinggi
- Prestasi akademis di atas rata-rata, dan
- Lebih pandai bergaul


Ayah lain yang kurang ngobrol dan bercengkrama dengan anak, ternyata menyebabkan anak perempuannya:
* Cenderung mudah jatuh cinta dan mencari penerimaan dari laki-laki lain
* 7-8 kali lebih mungkin memiliki anak diluar pernikahan.
* Cenderung suka lelaki yang jauh lebih tua, dan
* Cenderung lebih mudah bercerai

Ternyata hal ini berlaku pada anak perempuan dari latar belakang sosial ekonomi apapun.

Sedangkan anak laki-laki yang jarang diajak ngobrol oleh ayahnya,
* Lebih beresiko terlibat pornografi, narkoba, dan tindak kriminal
* Cenderung lebih cepat puber di usia yang lebih muda
* Cenderung join a gang, dan
* Cenderung menemui kesulitan mendapatkan atau mempertahankan pekerjaan di masa dewasa

Ciri anak yang kekurangan vitamin A adalah lebih rentan terhadap peer pressure😢

Ayah…
Ingat yuk peran kita sebagai orangtua; anak itu AMANAH; kita mendapatkan tugas dari Allah untuk mengasuh dan membesarkan anak dengan baik dan benar. Sebab itu butuh perjuangan (pikir, rasa, jiwa, tenaga, waktu dan biaya).

Ayah…
Yuk pimpin keluarga dengan membuat Visi Pengasuhan bersama Ibu. Visi membuat Ayah dan Ibu lebih mudah mengayuh bahtera keluarga bersama-sama.

Keluarga Nabi Ibrahim (QS. Ibrahim: 35-37) mempunyai misi:
✅Penyelamatan aqidah,
✅Pembiasaan ibadah,
✅Pembentukan akhakul karimah dan
✅Pengajaran lifeskill (entrepreneur).

Sedangkan Visi Keluarga Imran (QS. Ali Imran: 35), yakni menciptakan hamba Allah yang taat.


Ayah…
Mari kita terus perbaiki pola pengasuhan selama ini. Anak kita perlu mendapat validasi dari kita agar ia tidak perlu mencari dari orang lain. Ia membutuhkan 3P:
- Penerimaan,
- Penghargaan, dan
- Pujian.

Ayah..
Mari kita bedakan pola pengasuhan anak laki-laki dan perempuan kita, sebab:
- Otak mereka berbeda
- Tugas dan tanggung jawab mereka kelak dewasa juga berbeda
- Sehingga, tujuan pengasuhannya pun berbeda. Anak laki-laki kita kelak mengemban tanggungjawab yang lebih besar daripada anak perempuan kita. Selain menjadi hamba yang bertakwa dan berperan di masyarakat, anak laki-laki kita kelak akan menadi pendidik dan pengayom keluarga.

Ayah…
Penting sekali vitamin A bagi anak; bukan hanya meluangkan ‘waktu lebih’, tapi kuantitas dan kualitas berjalan seimbang. Tidak hanya terlibat secara fisik, tapi melakukan authoritative parenting (kasih sayang tinggi – tuntutan tinggi, yakni orangtua memberikan dorongan, dukungan, perhatian dan menawarkan perhatian tanpa kekerasan).

Ayah…
Biasakan tanya perasaan anak kita setiap hari ya, itu berarti kau sedang membangun kekuatan emosi dan kedekatan batin dengan mereka. Ingat PERASAAN ya Yah…

Biarkan dirimu menjadi tempat curhat anak-anakmu, tempat mereka meluapkan perasaannya. Kalian bisa ngobrol tentang apaaaa saja, tentang hal-hal yang pribadi, tentang hal yang menyenangkan, tentang kesulitan yang di [truncated by WhatsApp]
[6/2/2015, 07:10] +62 888-0568-9733: Biarkan dirimu menjadi tempat curhat anak-anakmu, tempat mereka meluapkan perasaannya. Kalian bisa ngobrol tentang apaaaa saja, tentang hal-hal yang pribadi, tentang hal yang menyenangkan, tentang kesulitan yang dialami, tentang hal yang yang dianggap tabu dan menjadi tantangan anak zaman sekarang.

Ayah…
Berikan fondasi bagi anak-anakmu agar kelak mereka kuat dan mampu berdiri sendiri dengan arif dan disayangi banyak orang.😊😉

Ayah..
peranmu tak tergantikan untuk membantu Ibu membesarkan anak yang sehat dan bahagia, yang nantinya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan kestabilan Negara

Pesan Rasul tercinta, manusia yang baik adalah mereka yang  paling baik kepada KELUARGAnya.

Mohon sampaikan untuk ayah-ayah lainnya 😊

Semoga bermanfaat...
Terima kasih...

Ini Pola Hidup Sehat Yang Aku dan Suamiku Jalankan sebagai #healthAgent

[Lifestyle: Kesehatan]: Siapa coba yang mau menderita sakit.
Kebetulan, aku dikelilingi oleh keluarga besar dengan riwayat penyakit yang beragam. Ayahku, punya tekanan darah rendah dan penyakit pencernaan. Sedangkan ibuku punya asma, gula darah, tekanan darah tinggi dan jantung. Kesemua penyakit ini, tentu saja bersifat herediter, alias diturunkan dari generasi ke generasi. Jadi, kami anak-anaknya membawa gen yang memiliki bakat untuk bisa terkena penyakit-penyakit tersebut.  Jadi baru bakat ya, belum pasti terkena.

Bakat penyakit itu artinya jika kami tidak hati-hati menjalankan pila hidup sehat maka bisa jadi penyakit itu muncul dan menyerang kesehatan kami.

Mengabadikan Matahari

Setiap kali aku pergi mengantar anak-anakku ke sekolah, inilah pemandangan yang paling aku sukai. Melewati moment ketika matahari terbit dari atas jembatan penyeberangan yang ada di atas jalan raya MT Haryono.

Jika sudah begini, rasa lelah, penat, jenuh, panik takut telat, dan sebagainya hilang dalam sekejap.









Anak dan Sepasang Sepatu

Jakarta itu kota yang sering macet.
Sepertinya, semua orang sudah tahu itu ya.
Nah. Untuk mengantisipasi macet, maka aku memilih untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi jika ingin mengantar dan menjemput anak sekolah.

Biasanya, pagi-pagi aku dan kedua putriku sudah berangkat sebelum jarum jam menunjukkan pukul enam pagi. Karena jika lewat jam enam, sudah bisa dipastikan ada yang tiba terlambat di sekolahnya. Rute perjalananku ketika mengantar kedua putriku adalah, yang SMA dulu (SMA 8 Bukit Duri) baru kemudian menuju ke sebuah Sekolah Dasar Swasta di bilangan Tebet.

Jalan kaki, naik jembatan penyeberangan, turun jembatan penyeberangan baru kemudian naik kendaraan umum.


Di Punggungku, ada tas ransel sekolah anakku.
Jika sudah begitu, maka  sebuah benda yang amat besar jasanya buatku adalah sepasang sepatu.

Sejak tahun 2012, kedua lutut dan pergelangan kakiku terkena pengapuran tulang. Jadi, ceritanya kata dokter usia tulangku di kedua tempat itu lebih cepat tua dibanding usia biologisku. Dari pemeriksaan usia kepadatan tulang, usia lutut dan pergelangan kakiku tuh kata dokter sih sudah 60 tahun (uhuk..uhuk..). Jadi tidak seimbang dengan usia biologisku yang baru sweet seventeen lewat (hitung pake kalkulator.... lewat seperempat abad...wkwkwkkw.... masya Allah, digit usiaku sudah bisa dihitung dengan kalkulator).

Nah... karena pengeroposan tulang tidak bisa disembuhkan, pun tidak bisa dikurangi.... tapi bisa dicegah agar tidak terus bertambah luas dan bertambah parah, maka aku pun mulai amat memperhatikan yang namanya SEPATU. Dokter tulangku memang menyarankan agar sepatu yang aku gunakan haruslah sepatu yang empuk dan nyaman dipakai sehingga ramah untuk lutut dan pergelangan kaki.

Itu sebabnya, nyaris untuk kebutuhan sepasang sepatu, aku termasuk yang cepat sekali ganti. Sama seperti kebutuhan memiliki sepasang sepatu pada anak-anak. Bedanya... anak-anak membutuhkan sepasang sepatu baru karena mereka tumbuh dengan cepat sehingga sepatu mereka cepat sekali kekecilan sedangkan aku... untuk mencegah agar gejala pengeroposan tulangku tidak semakin luas dan parah.

Anak-anakku... tahu tentang penyakitku ini.
Itu sebabnya mereka menaruh perhatian cukup besar pada sepatuku.
Jika aku membeli sepatu baru sedangkan mereka tidak... mereka tidak ada yang cemburu. Malah mereka mendukung. Mereka ikut menemaniku mencari sepatu, kadang ikut memberi suara mana sepatu yang lebih baik aku beli jika aku punya beberapa kandidat sepatu baru yang lucu-lucu.

Menurutku, untuk urusan penyakit, akan lebih baik jika sesama anggota keluarga (istri-suami-anak-anak) tahu apa penyakit satu sama lain. Keterbukaan ini akan melahirkan rasa pengertian dan rasa kasih dan sayang serta keinginan untuk saling membantu satu sama lain.

Justru, kesalah pahaman sering muncul ketika kita menyembunyikan sebuah penyakit menjadi sebuah rahasia. Dan kesalah pahaman ini bisa fatal malah.
Apalagi jika itu berhubungan dengan sesuatu yang menimbulkan reaksi alergi atau efek samping lain.

Meski rasanya pahit, terkadang, keterbukaan dan kejujuran memang jauh lebih baik. Kecuali jika memang menyimpan sebuah rahasia dirasakan lebih mendatangkan manfaat daripada mudharat.

Nah.... karena anak-anakku tahu bahwa aku dan sepatu itu adalah dua yang tak bisa disepelekan, maka mereka juga menaruh perhatian terhadap kebutuhankku ini.

Ini salah satu moment sweet dimana putri bungsuku selalu mempersiapkan sepasang sepatuku selalu siap di depan pintu jika aku masuk ke suatu ruangan dan harus lepas sepatu. Jadi, jika aku ingin memakai sepatuku lagi aku tidak perlu susah mencari dimana sepatuku. Baca di tulisanku "anakku yang so sweet" deh. Itu asli sweet banget menurutku sehingga aku sering diam-diam terharu.

Nah. Sedangkan gambar ini adalah foto kenanganku ketika putri keduaku dengan manis memperbaiki tali sepatuku yang terlepas. Aku memang sering kesulitan memasang tali sepatu... tas pinggang yang setia bergelayut di pinggang dan perutku ini (baca: lemak di perut) memang menyulitkanku untuk membungkuk memperbaiki tali sepatu yang terlepas. Nah... putri keduaku dengan manis memperbaiki tali sepatuku tanpa harus disuruh dan tanpa berkata apa-apa sekedar untuk mengharapkan ucapan terima kasih. Dia... melakukannya begitu saja. Dan itu asli membuatku terharu...
Alhamdulillah.

Facebook, 9 mei 2014: Urusan tali sepatu utk ibu2 rempong (*plus maunya cepat n praktis) kayak aku tuh suka ribet. Kadang, aku suka selipin aja tali sepatuku di sisi kaus kaki. Tapi enaknya punya anak perempuan (alhamdulillah) sebelum dia pergi jalan2 dengan teman2nya, dia menyempatkan diri untuk mengikat tali sepatuku dulu. Jadi pas aku mau pergi, aku tinggal SLURP.. memasukkan kakiku saja. Praktis.
Alhamdulillah.