Putri bungsuku datang padaku dengan wajah berseri siang itu. Matahari bersinar cerah, dan langit berawan sebagian saja. Aku sedang duduk di bawah tenda yang dibentang di tengah lapangan sekolah. Hari ini memang sedang ada acara pelepasan dan wisuda kelas VI.
Hari ini spesial. Karena putriku akan mempersembahkan drama Jaka Tarub di atas panggung. Sejak kemarin, dia sudah berlatih bersama teman-temannya. Dan semalam, kami sibuk mencari selendang yang matching dengan pakaian muslim yang dia kenakan.
Begitu bersemangatnya putriku, hingga dia (sepertinya) melupakan rasa laparnya. Itu sebabnya ketika tadi aku membawakannya cemilan, dia langsung meraih seluruh cemilan yang aku bawakan dan melahapnya dengan cepat. Lalu sebagai penutup dia memilih crackers AHA Chese.
AHA Chese itu, isinya ada 6 stick keju. Dia sudah menghabiskan 5. Dan karena dia melihat aku sendirian menunggu penampilannya di atas panggung, putriku ini mendatangiku.
"Ibu... ibu mau ini? Ini... aku sisakan untuk ibu. Ibu suka keju kan?"
Ah.... anakku ini memang paling pandai mengambil hatiku. Membuatnya termehek-mehek oleh rasa haru yang menyerbu. Aku tersenyum.
Sekolah memang sudah masuk libur menyambut Ramadhan. Jadi, hanya anak kelas enam, para orang tua mereka, dan anak-anak kelas lain yang mengisi acara pelepasan dan wisuda kelas enam saja yang datang ke sekolah. Itu sebabnya aku duduk sendirian di tengah bangku-bangku.
Sebenarnya, aku bisa saja bergabung dengan ibu-ibu para orang tua murid kelas enam. Tapi, aku lihat sejak awal mereka sedang terbawa suasana sentimentil menjelang perpisahan. Aku tidak mau jadi kambing congek di tengah mereka. Jadi, setelah bertegur sapa beberapa saat, diam-diam aku memisahkan diri tadi. Putriku baru ingin naik kelas lima.
"Aku taro di sini ya bu. Aku ke kelas lagi, latihan terakhir." Aku mengangguk dan putriku segera melesat pergi.
Sementara pertunjukan di atas panggung cukup menarik. Ada anak yang suaranya bagus sekali. Juga ada pertunjukkan tari khas Banyuwangi yang enerjik. Aku belum menyentuh makanan yang disisakan oleh anakku tersebut ketika anakku itu datang lagi padaku.
"Loh? Kok nggak dimakan? Nggak suka? Tumben ibu nggak suka. Ya sudah, daripada mubazir... aku makan saja deh."
HAP.
Putriku yang pemurah hati dan penuh perhatian beberapa menit yang lalu itu sudah melahap cemilan yang tadi dia berikan padaku.
Bahkan dia tidak memberi kesempatan padaku untuk bersuara... huaaaaaaaaaaaaaaa.
Oke.
Aku nggak jadi terharu deh.
Keharuannya dibatalkan!
Resep Sosis Balut Mie Kering Goreng
Sabtu, 13 Juni 2015
[Lifestyle: Kuliner]: Aku sukses membuat kudapan dari bahan dasar mie. Ini bisa dikatakan salah satu resep andalanku jika pagi-pagi harus membuat bekal makan siang untuk dibawa anak ke sekolah.
Tahu sendiri kan, pagi-pagi gedubrak-gedubruk setelah selesai shalat shubuh. Mulai dari menyiapkan sarapan, cuci piring, lalu mulai menyiapkan bekal untuk makan siang.
Nah.. memasak mie instan dan membekali si kecil ke sekolah dengan Mie Instan? Itu boleh-boleh saja. Tapi, jika terlalu sering bentuknya Mie saja, bosan banget ya. Nah, ini variasi lain dari pengolahan menu berbahan dasar mie instan.
Tahu sendiri kan, pagi-pagi gedubrak-gedubruk setelah selesai shalat shubuh. Mulai dari menyiapkan sarapan, cuci piring, lalu mulai menyiapkan bekal untuk makan siang.
Nah.. memasak mie instan dan membekali si kecil ke sekolah dengan Mie Instan? Itu boleh-boleh saja. Tapi, jika terlalu sering bentuknya Mie saja, bosan banget ya. Nah, ini variasi lain dari pengolahan menu berbahan dasar mie instan.
Takut Gemuk dan Takut Sakit jika Makan Mie?
[Lifestyle: Kesehatan] Aku punya sedikit trauma jika harus sering-sering makan mie. Di keluarga besarku, ada beberapa kejadian yang kurang enak untuk dikenang tentang kebiasaan makan mie soalnya.
Yang pertama, yang menimpa saudara sepupu jauhku beberapa tahun yang silam.
Jadi, ceritanya saudara sepupuku ini diterima di Universitas Negeri yang terletak di luar Jakarta. Yang namanya dapat universitas negeri, pastilah senang dong. Masalah harus tinggal berjauhan dengan keluarga, padahal selama ini dia anak mama, sepertinya urusan nomor dua.
Jadi, berangkatlah sepupuku itu keluar kota. Ibunya, karena tahu anaknya tidak bisa memasak sama sekali, membekali anaknya dengan beberapa kardus mie. Aneka rasa, ada mie goreng, juga ada mie rebus. Si anak memang ditempatkan di kost-kostan yang ada dapurnya. Jadi, jika lapas bisa memasak sendiri.
Yang pertama, yang menimpa saudara sepupu jauhku beberapa tahun yang silam.
Jadi, ceritanya saudara sepupuku ini diterima di Universitas Negeri yang terletak di luar Jakarta. Yang namanya dapat universitas negeri, pastilah senang dong. Masalah harus tinggal berjauhan dengan keluarga, padahal selama ini dia anak mama, sepertinya urusan nomor dua.
Jadi, berangkatlah sepupuku itu keluar kota. Ibunya, karena tahu anaknya tidak bisa memasak sama sekali, membekali anaknya dengan beberapa kardus mie. Aneka rasa, ada mie goreng, juga ada mie rebus. Si anak memang ditempatkan di kost-kostan yang ada dapurnya. Jadi, jika lapas bisa memasak sendiri.
Vitamin A untuk Anak Kita
Selasa, 02 Juni 2015
Jika bunda pernah membawa anak ke POSYANDU atau PUSKESMAS, pasti deh mengenal apa yang disebut dengan Vitamin A. Yaitu Vitamin yang bentuknya seperti softkapsul berwarna merah atau orang. Setelah ujung soft kapsul digunting, maka petugas posyandu atau puskesmas akan meneteskan cairan yang sedikit banget itu ke dalam mulut anak balita kita. Pemberian vitamin A gratis ini biasanya terjadi 6 (enam) bulan sekali. Umumnya POSYANDU atau PUSKESMAS akan memasang tulisan di spanduk besar yang digantung di atas bangunan mereka: Bulan Pemberian Vitamin A Gratis.
Nah.
Tulisan berikut ini bukan tulisan tentang pemberian vitamin A seperti itu. Tapi, ini adalah pesan nasehat dari psikolog Elly Risman tentang pentingnya kehadiran dan peran serta ayah dalam mendidik anak. Jadi, vitamin A disini adalah vitamin Ayah.
Aku dapat pesan ini dari whats App. Aku share disini saja deh, karena isinya bagus.
Selamat membaca:
[6/2/2015, 07:07] +62 888-0568-9733: 📝 Vitamin A untuk Anak Kita
Narasumber: Elly Risman, Psi
(Direktur dan Psikolog Yayasan Kita dan Buah Hati)
〰〰〰〰〰〰〰〰
Tantangan zaman yang luar biasa berat bagi anak-anak kita saat ini membutuhkan Vitamin A (Ayah) yang memiliki peranan sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak
Ayah…
Engkaulah nahkoda, penentu Garis Besar Haluan Keluarga, engkau yang menentukan kemana keluarga kita akan kau bawa
Engkau bukan hanya pencari rizki yang penuh berkat, yang menyediakan makanan lezat dan pakaian yang hangat, serta rumah dan isinya yang tak mudah berkarat, bagi kami kau adalah pembimbing anak & istri yang hebat
Ayah..
Engkau adalah pembuat kebijakan dan peraturan, engkau pula yang menentukan standar keberhasilan.
Ayah..
Engkau senantiasa melakukan pemantauan dan perawatan terhadap kami dan harta benda yang kau titipkan.
Ayah..
Luangkan waktumu lebih banyak lagi ya. Obrolan sederhana yang kau bangun dengan anak kita, membuat ia menjadi anak yang:
- Tumbuh menjadi orang dewasa yang suka menghibur
- Punya harga diri yang tinggi
- Prestasi akademis di atas rata-rata, dan
- Lebih pandai bergaul
Ayah lain yang kurang ngobrol dan bercengkrama dengan anak, ternyata menyebabkan anak perempuannya:
* Cenderung mudah jatuh cinta dan mencari penerimaan dari laki-laki lain
* 7-8 kali lebih mungkin memiliki anak diluar pernikahan.
* Cenderung suka lelaki yang jauh lebih tua, dan
* Cenderung lebih mudah bercerai
Ternyata hal ini berlaku pada anak perempuan dari latar belakang sosial ekonomi apapun.
Sedangkan anak laki-laki yang jarang diajak ngobrol oleh ayahnya,
* Lebih beresiko terlibat pornografi, narkoba, dan tindak kriminal
* Cenderung lebih cepat puber di usia yang lebih muda
* Cenderung join a gang, dan
* Cenderung menemui kesulitan mendapatkan atau mempertahankan pekerjaan di masa dewasa
Ciri anak yang kekurangan vitamin A adalah lebih rentan terhadap peer pressure😢
Ayah…
Ingat yuk peran kita sebagai orangtua; anak itu AMANAH; kita mendapatkan tugas dari Allah untuk mengasuh dan membesarkan anak dengan baik dan benar. Sebab itu butuh perjuangan (pikir, rasa, jiwa, tenaga, waktu dan biaya).
Ayah…
Yuk pimpin keluarga dengan membuat Visi Pengasuhan bersama Ibu. Visi membuat Ayah dan Ibu lebih mudah mengayuh bahtera keluarga bersama-sama.
Keluarga Nabi Ibrahim (QS. Ibrahim: 35-37) mempunyai misi:
✅Penyelamatan aqidah,
✅Pembiasaan ibadah,
✅Pembentukan akhakul karimah dan
✅Pengajaran lifeskill (entrepreneur).
Sedangkan Visi Keluarga Imran (QS. Ali Imran: 35), yakni menciptakan hamba Allah yang taat.
Ayah…
Mari kita terus perbaiki pola pengasuhan selama ini. Anak kita perlu mendapat validasi dari kita agar ia tidak perlu mencari dari orang lain. Ia membutuhkan 3P:
- Penerimaan,
- Penghargaan, dan
- Pujian.
Ayah..
Mari kita bedakan pola pengasuhan anak laki-laki dan perempuan kita, sebab:
- Otak mereka berbeda
- Tugas dan tanggung jawab mereka kelak dewasa juga berbeda
- Sehingga, tujuan pengasuhannya pun berbeda. Anak laki-laki kita kelak mengemban tanggungjawab yang lebih besar daripada anak perempuan kita. Selain menjadi hamba yang bertakwa dan berperan di masyarakat, anak laki-laki kita kelak akan menadi pendidik dan pengayom keluarga.
Ayah…
Penting sekali vitamin A bagi anak; bukan hanya meluangkan ‘waktu lebih’, tapi kuantitas dan kualitas berjalan seimbang. Tidak hanya terlibat secara fisik, tapi melakukan authoritative parenting (kasih sayang tinggi – tuntutan tinggi, yakni orangtua memberikan dorongan, dukungan, perhatian dan menawarkan perhatian tanpa kekerasan).
Ayah…
Biasakan tanya perasaan anak kita setiap hari ya, itu berarti kau sedang membangun kekuatan emosi dan kedekatan batin dengan mereka. Ingat PERASAAN ya Yah…
Biarkan dirimu menjadi tempat curhat anak-anakmu, tempat mereka meluapkan perasaannya. Kalian bisa ngobrol tentang apaaaa saja, tentang hal-hal yang pribadi, tentang hal yang menyenangkan, tentang kesulitan yang di [truncated by WhatsApp]
[6/2/2015, 07:10] +62 888-0568-9733: Biarkan dirimu menjadi tempat curhat anak-anakmu, tempat mereka meluapkan perasaannya. Kalian bisa ngobrol tentang apaaaa saja, tentang hal-hal yang pribadi, tentang hal yang menyenangkan, tentang kesulitan yang dialami, tentang hal yang yang dianggap tabu dan menjadi tantangan anak zaman sekarang.
Ayah…
Berikan fondasi bagi anak-anakmu agar kelak mereka kuat dan mampu berdiri sendiri dengan arif dan disayangi banyak orang.😊😉
Ayah..
peranmu tak tergantikan untuk membantu Ibu membesarkan anak yang sehat dan bahagia, yang nantinya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan kestabilan Negara
Pesan Rasul tercinta, manusia yang baik adalah mereka yang paling baik kepada KELUARGAnya.
Mohon sampaikan untuk ayah-ayah lainnya 😊
Semoga bermanfaat...
Terima kasih...
Nah.
Tulisan berikut ini bukan tulisan tentang pemberian vitamin A seperti itu. Tapi, ini adalah pesan nasehat dari psikolog Elly Risman tentang pentingnya kehadiran dan peran serta ayah dalam mendidik anak. Jadi, vitamin A disini adalah vitamin Ayah.
Aku dapat pesan ini dari whats App. Aku share disini saja deh, karena isinya bagus.
Selamat membaca:
![]() |
| iyaa... iyaaa... aku tahu gambar ini gak ada hubungannya dengan tulisan di bawahnya. #biarinajasih #gakusahkesal |
[6/2/2015, 07:07] +62 888-0568-9733: 📝 Vitamin A untuk Anak Kita
Narasumber: Elly Risman, Psi
(Direktur dan Psikolog Yayasan Kita dan Buah Hati)
〰〰〰〰〰〰〰〰
Tantangan zaman yang luar biasa berat bagi anak-anak kita saat ini membutuhkan Vitamin A (Ayah) yang memiliki peranan sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak
Ayah…
Engkaulah nahkoda, penentu Garis Besar Haluan Keluarga, engkau yang menentukan kemana keluarga kita akan kau bawa
Engkau bukan hanya pencari rizki yang penuh berkat, yang menyediakan makanan lezat dan pakaian yang hangat, serta rumah dan isinya yang tak mudah berkarat, bagi kami kau adalah pembimbing anak & istri yang hebat
Ayah..
Engkau adalah pembuat kebijakan dan peraturan, engkau pula yang menentukan standar keberhasilan.
Ayah..
Engkau senantiasa melakukan pemantauan dan perawatan terhadap kami dan harta benda yang kau titipkan.
Ayah..
Luangkan waktumu lebih banyak lagi ya. Obrolan sederhana yang kau bangun dengan anak kita, membuat ia menjadi anak yang:
- Tumbuh menjadi orang dewasa yang suka menghibur
- Punya harga diri yang tinggi
- Prestasi akademis di atas rata-rata, dan
- Lebih pandai bergaul
Ayah lain yang kurang ngobrol dan bercengkrama dengan anak, ternyata menyebabkan anak perempuannya:
* Cenderung mudah jatuh cinta dan mencari penerimaan dari laki-laki lain
* 7-8 kali lebih mungkin memiliki anak diluar pernikahan.
* Cenderung suka lelaki yang jauh lebih tua, dan
* Cenderung lebih mudah bercerai
Ternyata hal ini berlaku pada anak perempuan dari latar belakang sosial ekonomi apapun.
Sedangkan anak laki-laki yang jarang diajak ngobrol oleh ayahnya,
* Lebih beresiko terlibat pornografi, narkoba, dan tindak kriminal
* Cenderung lebih cepat puber di usia yang lebih muda
* Cenderung join a gang, dan
* Cenderung menemui kesulitan mendapatkan atau mempertahankan pekerjaan di masa dewasa
Ciri anak yang kekurangan vitamin A adalah lebih rentan terhadap peer pressure😢
Ayah…
Ingat yuk peran kita sebagai orangtua; anak itu AMANAH; kita mendapatkan tugas dari Allah untuk mengasuh dan membesarkan anak dengan baik dan benar. Sebab itu butuh perjuangan (pikir, rasa, jiwa, tenaga, waktu dan biaya).
Ayah…
Yuk pimpin keluarga dengan membuat Visi Pengasuhan bersama Ibu. Visi membuat Ayah dan Ibu lebih mudah mengayuh bahtera keluarga bersama-sama.
Keluarga Nabi Ibrahim (QS. Ibrahim: 35-37) mempunyai misi:
✅Penyelamatan aqidah,
✅Pembiasaan ibadah,
✅Pembentukan akhakul karimah dan
✅Pengajaran lifeskill (entrepreneur).
Sedangkan Visi Keluarga Imran (QS. Ali Imran: 35), yakni menciptakan hamba Allah yang taat.
Ayah…
Mari kita terus perbaiki pola pengasuhan selama ini. Anak kita perlu mendapat validasi dari kita agar ia tidak perlu mencari dari orang lain. Ia membutuhkan 3P:
- Penerimaan,
- Penghargaan, dan
- Pujian.
Ayah..
Mari kita bedakan pola pengasuhan anak laki-laki dan perempuan kita, sebab:
- Otak mereka berbeda
- Tugas dan tanggung jawab mereka kelak dewasa juga berbeda
- Sehingga, tujuan pengasuhannya pun berbeda. Anak laki-laki kita kelak mengemban tanggungjawab yang lebih besar daripada anak perempuan kita. Selain menjadi hamba yang bertakwa dan berperan di masyarakat, anak laki-laki kita kelak akan menadi pendidik dan pengayom keluarga.
Ayah…
Penting sekali vitamin A bagi anak; bukan hanya meluangkan ‘waktu lebih’, tapi kuantitas dan kualitas berjalan seimbang. Tidak hanya terlibat secara fisik, tapi melakukan authoritative parenting (kasih sayang tinggi – tuntutan tinggi, yakni orangtua memberikan dorongan, dukungan, perhatian dan menawarkan perhatian tanpa kekerasan).
Ayah…
Biasakan tanya perasaan anak kita setiap hari ya, itu berarti kau sedang membangun kekuatan emosi dan kedekatan batin dengan mereka. Ingat PERASAAN ya Yah…
Biarkan dirimu menjadi tempat curhat anak-anakmu, tempat mereka meluapkan perasaannya. Kalian bisa ngobrol tentang apaaaa saja, tentang hal-hal yang pribadi, tentang hal yang menyenangkan, tentang kesulitan yang di [truncated by WhatsApp]
[6/2/2015, 07:10] +62 888-0568-9733: Biarkan dirimu menjadi tempat curhat anak-anakmu, tempat mereka meluapkan perasaannya. Kalian bisa ngobrol tentang apaaaa saja, tentang hal-hal yang pribadi, tentang hal yang menyenangkan, tentang kesulitan yang dialami, tentang hal yang yang dianggap tabu dan menjadi tantangan anak zaman sekarang.
Ayah…
Berikan fondasi bagi anak-anakmu agar kelak mereka kuat dan mampu berdiri sendiri dengan arif dan disayangi banyak orang.😊😉
Ayah..
peranmu tak tergantikan untuk membantu Ibu membesarkan anak yang sehat dan bahagia, yang nantinya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan kestabilan Negara
Pesan Rasul tercinta, manusia yang baik adalah mereka yang paling baik kepada KELUARGAnya.
Mohon sampaikan untuk ayah-ayah lainnya 😊
Semoga bermanfaat...
Terima kasih...
Ini Pola Hidup Sehat Yang Aku dan Suamiku Jalankan sebagai #healthAgent
Minggu, 31 Mei 2015
[Lifestyle: Kesehatan]: Siapa coba yang mau menderita sakit.
Kebetulan, aku dikelilingi oleh keluarga besar dengan riwayat penyakit yang beragam. Ayahku, punya tekanan darah rendah dan penyakit pencernaan. Sedangkan ibuku punya asma, gula darah, tekanan darah tinggi dan jantung. Kesemua penyakit ini, tentu saja bersifat herediter, alias diturunkan dari generasi ke generasi. Jadi, kami anak-anaknya membawa gen yang memiliki bakat untuk bisa terkena penyakit-penyakit tersebut. Jadi baru bakat ya, belum pasti terkena.
Bakat penyakit itu artinya jika kami tidak hati-hati menjalankan pila hidup sehat maka bisa jadi penyakit itu muncul dan menyerang kesehatan kami.
Kebetulan, aku dikelilingi oleh keluarga besar dengan riwayat penyakit yang beragam. Ayahku, punya tekanan darah rendah dan penyakit pencernaan. Sedangkan ibuku punya asma, gula darah, tekanan darah tinggi dan jantung. Kesemua penyakit ini, tentu saja bersifat herediter, alias diturunkan dari generasi ke generasi. Jadi, kami anak-anaknya membawa gen yang memiliki bakat untuk bisa terkena penyakit-penyakit tersebut. Jadi baru bakat ya, belum pasti terkena.
Bakat penyakit itu artinya jika kami tidak hati-hati menjalankan pila hidup sehat maka bisa jadi penyakit itu muncul dan menyerang kesehatan kami.
Mengabadikan Matahari
Rabu, 27 Mei 2015
Jika sudah begini, rasa lelah, penat, jenuh, panik takut telat, dan sebagainya hilang dalam sekejap.
Anak dan Sepasang Sepatu
Selasa, 26 Mei 2015
Jakarta itu kota yang sering macet.
Sepertinya, semua orang sudah tahu itu ya.
Nah. Untuk mengantisipasi macet, maka aku memilih untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi jika ingin mengantar dan menjemput anak sekolah.
Biasanya, pagi-pagi aku dan kedua putriku sudah berangkat sebelum jarum jam menunjukkan pukul enam pagi. Karena jika lewat jam enam, sudah bisa dipastikan ada yang tiba terlambat di sekolahnya. Rute perjalananku ketika mengantar kedua putriku adalah, yang SMA dulu (SMA 8 Bukit Duri) baru kemudian menuju ke sebuah Sekolah Dasar Swasta di bilangan Tebet.
Jalan kaki, naik jembatan penyeberangan, turun jembatan penyeberangan baru kemudian naik kendaraan umum.
Di Punggungku, ada tas ransel sekolah anakku.
Jika sudah begitu, maka sebuah benda yang amat besar jasanya buatku adalah sepasang sepatu.
Sejak tahun 2012, kedua lutut dan pergelangan kakiku terkena pengapuran tulang. Jadi, ceritanya kata dokter usia tulangku di kedua tempat itu lebih cepat tua dibanding usia biologisku. Dari pemeriksaan usia kepadatan tulang, usia lutut dan pergelangan kakiku tuh kata dokter sih sudah 60 tahun (uhuk..uhuk..). Jadi tidak seimbang dengan usia biologisku yang baru sweet seventeen lewat (hitung pake kalkulator.... lewat seperempat abad...wkwkwkkw.... masya Allah, digit usiaku sudah bisa dihitung dengan kalkulator).
Nah... karena pengeroposan tulang tidak bisa disembuhkan, pun tidak bisa dikurangi.... tapi bisa dicegah agar tidak terus bertambah luas dan bertambah parah, maka aku pun mulai amat memperhatikan yang namanya SEPATU. Dokter tulangku memang menyarankan agar sepatu yang aku gunakan haruslah sepatu yang empuk dan nyaman dipakai sehingga ramah untuk lutut dan pergelangan kaki.
Itu sebabnya, nyaris untuk kebutuhan sepasang sepatu, aku termasuk yang cepat sekali ganti. Sama seperti kebutuhan memiliki sepasang sepatu pada anak-anak. Bedanya... anak-anak membutuhkan sepasang sepatu baru karena mereka tumbuh dengan cepat sehingga sepatu mereka cepat sekali kekecilan sedangkan aku... untuk mencegah agar gejala pengeroposan tulangku tidak semakin luas dan parah.
Anak-anakku... tahu tentang penyakitku ini.
Itu sebabnya mereka menaruh perhatian cukup besar pada sepatuku.
Jika aku membeli sepatu baru sedangkan mereka tidak... mereka tidak ada yang cemburu. Malah mereka mendukung. Mereka ikut menemaniku mencari sepatu, kadang ikut memberi suara mana sepatu yang lebih baik aku beli jika aku punya beberapa kandidat sepatu baru yang lucu-lucu.
Justru, kesalah pahaman sering muncul ketika kita menyembunyikan sebuah penyakit menjadi sebuah rahasia. Dan kesalah pahaman ini bisa fatal malah.
Apalagi jika itu berhubungan dengan sesuatu yang menimbulkan reaksi alergi atau efek samping lain.
Nah.... karena anak-anakku tahu bahwa aku dan sepatu itu adalah dua yang tak bisa disepelekan, maka mereka juga menaruh perhatian terhadap kebutuhankku ini.
Ini salah satu moment sweet dimana putri bungsuku selalu mempersiapkan sepasang sepatuku selalu siap di depan pintu jika aku masuk ke suatu ruangan dan harus lepas sepatu. Jadi, jika aku ingin memakai sepatuku lagi aku tidak perlu susah mencari dimana sepatuku. Baca di tulisanku "anakku yang so sweet" deh. Itu asli sweet banget menurutku sehingga aku sering diam-diam terharu.
Nah. Sedangkan gambar ini adalah foto kenanganku ketika putri keduaku dengan manis memperbaiki tali sepatuku yang terlepas. Aku memang sering kesulitan memasang tali sepatu... tas pinggang yang setia bergelayut di pinggang dan perutku ini (baca: lemak di perut) memang menyulitkanku untuk membungkuk memperbaiki tali sepatu yang terlepas. Nah... putri keduaku dengan manis memperbaiki tali sepatuku tanpa harus disuruh dan tanpa berkata apa-apa sekedar untuk mengharapkan ucapan terima kasih. Dia... melakukannya begitu saja. Dan itu asli membuatku terharu...
Alhamdulillah.
Nah. Untuk mengantisipasi macet, maka aku memilih untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi jika ingin mengantar dan menjemput anak sekolah.
Biasanya, pagi-pagi aku dan kedua putriku sudah berangkat sebelum jarum jam menunjukkan pukul enam pagi. Karena jika lewat jam enam, sudah bisa dipastikan ada yang tiba terlambat di sekolahnya. Rute perjalananku ketika mengantar kedua putriku adalah, yang SMA dulu (SMA 8 Bukit Duri) baru kemudian menuju ke sebuah Sekolah Dasar Swasta di bilangan Tebet.
Jalan kaki, naik jembatan penyeberangan, turun jembatan penyeberangan baru kemudian naik kendaraan umum.
Di Punggungku, ada tas ransel sekolah anakku.
Jika sudah begitu, maka sebuah benda yang amat besar jasanya buatku adalah sepasang sepatu.
Sejak tahun 2012, kedua lutut dan pergelangan kakiku terkena pengapuran tulang. Jadi, ceritanya kata dokter usia tulangku di kedua tempat itu lebih cepat tua dibanding usia biologisku. Dari pemeriksaan usia kepadatan tulang, usia lutut dan pergelangan kakiku tuh kata dokter sih sudah 60 tahun (uhuk..uhuk..). Jadi tidak seimbang dengan usia biologisku yang baru sweet seventeen lewat (hitung pake kalkulator.... lewat seperempat abad...wkwkwkkw.... masya Allah, digit usiaku sudah bisa dihitung dengan kalkulator).
Nah... karena pengeroposan tulang tidak bisa disembuhkan, pun tidak bisa dikurangi.... tapi bisa dicegah agar tidak terus bertambah luas dan bertambah parah, maka aku pun mulai amat memperhatikan yang namanya SEPATU. Dokter tulangku memang menyarankan agar sepatu yang aku gunakan haruslah sepatu yang empuk dan nyaman dipakai sehingga ramah untuk lutut dan pergelangan kaki.
Itu sebabnya, nyaris untuk kebutuhan sepasang sepatu, aku termasuk yang cepat sekali ganti. Sama seperti kebutuhan memiliki sepasang sepatu pada anak-anak. Bedanya... anak-anak membutuhkan sepasang sepatu baru karena mereka tumbuh dengan cepat sehingga sepatu mereka cepat sekali kekecilan sedangkan aku... untuk mencegah agar gejala pengeroposan tulangku tidak semakin luas dan parah.
Anak-anakku... tahu tentang penyakitku ini.
Itu sebabnya mereka menaruh perhatian cukup besar pada sepatuku.
Jika aku membeli sepatu baru sedangkan mereka tidak... mereka tidak ada yang cemburu. Malah mereka mendukung. Mereka ikut menemaniku mencari sepatu, kadang ikut memberi suara mana sepatu yang lebih baik aku beli jika aku punya beberapa kandidat sepatu baru yang lucu-lucu.
Menurutku, untuk urusan penyakit, akan lebih baik jika sesama anggota keluarga (istri-suami-anak-anak) tahu apa penyakit satu sama lain. Keterbukaan ini akan melahirkan rasa pengertian dan rasa kasih dan sayang serta keinginan untuk saling membantu satu sama lain.
Justru, kesalah pahaman sering muncul ketika kita menyembunyikan sebuah penyakit menjadi sebuah rahasia. Dan kesalah pahaman ini bisa fatal malah.
Apalagi jika itu berhubungan dengan sesuatu yang menimbulkan reaksi alergi atau efek samping lain.
Meski rasanya pahit, terkadang, keterbukaan dan kejujuran memang jauh lebih baik. Kecuali jika memang menyimpan sebuah rahasia dirasakan lebih mendatangkan manfaat daripada mudharat.
Nah.... karena anak-anakku tahu bahwa aku dan sepatu itu adalah dua yang tak bisa disepelekan, maka mereka juga menaruh perhatian terhadap kebutuhankku ini.
Ini salah satu moment sweet dimana putri bungsuku selalu mempersiapkan sepasang sepatuku selalu siap di depan pintu jika aku masuk ke suatu ruangan dan harus lepas sepatu. Jadi, jika aku ingin memakai sepatuku lagi aku tidak perlu susah mencari dimana sepatuku. Baca di tulisanku "anakku yang so sweet" deh. Itu asli sweet banget menurutku sehingga aku sering diam-diam terharu.
Nah. Sedangkan gambar ini adalah foto kenanganku ketika putri keduaku dengan manis memperbaiki tali sepatuku yang terlepas. Aku memang sering kesulitan memasang tali sepatu... tas pinggang yang setia bergelayut di pinggang dan perutku ini (baca: lemak di perut) memang menyulitkanku untuk membungkuk memperbaiki tali sepatu yang terlepas. Nah... putri keduaku dengan manis memperbaiki tali sepatuku tanpa harus disuruh dan tanpa berkata apa-apa sekedar untuk mengharapkan ucapan terima kasih. Dia... melakukannya begitu saja. Dan itu asli membuatku terharu...
Alhamdulillah.
Jangan Biarkan Anak Main Gadget Terus
Minggu, 24 Mei 2015
[Parenting] Putriku yang paling kecil, masih duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar saat ini. Dua pekan lalu, dia diliburkan oleh sekolah karena kakak kelasnya yang duduk di kelas 6 sedang menjalani Ujian Nasional dan Ujian Sekolah.
Kebetulan, di lingungan sekitar rumahku putriku ini tidak punya banyak teman. Malah bisa dikatakan tidak ada. Karena tetangga kiri kanan kebanyakan adalah rumah-rumah yang dijadikan tempat kost-kostan. Jika pun ada rumah yang ditempati sendiri, tidak ada anak kecil yang sepantaran dia.
Kebetulan, di lingungan sekitar rumahku putriku ini tidak punya banyak teman. Malah bisa dikatakan tidak ada. Karena tetangga kiri kanan kebanyakan adalah rumah-rumah yang dijadikan tempat kost-kostan. Jika pun ada rumah yang ditempati sendiri, tidak ada anak kecil yang sepantaran dia.
Langganan:
Komentar (Atom)













