Di awal bulan Februari 2015 lalu, ada sebuah foto yang diunggah di facebook, yang nota bene adalah media sosial untuk konsumsi publik, yang menghebohkan. Yaitu foto tentang anak balita yang disodorkan rokok oleh orang tuanya dan diberi judul "jagoan mom dan pop".
FOto ini tentu saja mendapat kecaman dari banyak pengunjung yang datang melihat foto tersebut diunggah. Alhamdulillahnya, kabarnya kasus ini sudah dilaporkan ke KPAI dan si ortu bisa diancam hukuman pidana. Entah deh bagaimana kelanjutannya.
Yang ingin aku bicarakan disini adalah komentar pembelaan dari ibu si bocah lucu ini:
"Gak diisep beneran kaleee... cm nempel aj... kl ga di trutun ngamuk anak na kepala jedotin tembol lbih bahaya."
Aku gak tahu bagaimana pola asuh yang diajarkan oleh orang tua pada bocah di atas. Tapi, dari komentar sepintas ini sepertinya si ortu tidak memberi batasan tegas apa yang boleh dan tidak boleh pada anaknya. Orang tua cenderung untuk menuruti kemauan anak guna terhindarnya situasi dimana anak sulit untuk dikendalikan.
Anak.
Dalam agama Islam, nafsu yang dimiliki oleh seseorang itu sering diidentikkan seperti anak kecil.
Mengapa nafsu, yang adalah sesuatu yang dimiliki oleh setiap manusia diidentikkan dengan sosok anak kecil?
Karena... seorang anak itu, pada dasarnya belum mengerti apa yang baik dan buruk bagi dirinya. Yang anak ketahui adalah, ada sesuatu yang bisa membuatnya gembira. Dia tidak pernah memikirkan apakah sesuatu itu berbahaya ataukah tidak. Orang dewasa lah yang mengetahui sesuatu itu berbahaya atau tidak.
Karena kondisi ini, maka seharusnya orang dewasa mengajarkan anak untuk bisa mengendalikan semua keinginannya. Karena, memang tidak semua keinginan itu harus dipenuhi. Tidak setiap hajat harus dilunasi.
Ketika ada sebuah kondisi, dimana semua keinginan seorang anak selalu dipenuhi, maka anak akan merasa bahwa tidak ada lagi yang tidak bisa dia dapatkan. Akibatnya, dia pun akan memandang dirinya sebagai satu-satunya yang memiliki kekuasaan untuk mengendalikan orang dewasa yang ada di sekitarnya. Akibatnya, orang dewasa tidak bisa lagi mengendalikan si anak.
Lebih lanjut, si anaklah yang menjadi tuan dan orang dewasa (yang seharusnya punya akal dan pengalaman yang lebih) menjadi budaknya yang bisa disuruh melakukan apa saja.
Demikianlah nafsu itu.
Ketika sebersit nafsu dituruti, maka nafsu akan menuntut pada keinginan yang sedikit demi sedikit naik tingkatannya. Dan ketika manusia tidak dapat lagi mengendalikan nafsunya, maka dirinya sudah diperbudak oleh nafsunya sendiri.
Yang terjadi kemudian adalah mala petaka.
Baik mala petaka bagi dirinya maupun mala petaka bagi orang lain.
Nah... dalam kasus komentar si orang tua dari bocah yang bermain-main dengan puntung rokok yang menyala tersebut pun demikian.
"Gak diisep beneran kaleee... cm nempel aj... kl ga di trutun ngamuk anak na kepala jedotin tembol lbih bahaya."
Tanpa diketahui oleh si ibu (yang dengan cara modern menyebut dirinya "MOM"), sebenarnya, si bocah sudah menguncinya untuk diarahkan menjadi orang tua terbodoh bagi si anak. Yaitu, orang tua yang hanya menjadi budak bagi anaknya saja.
Ugh.
Naudzubillah min dzaliik.
Dua Gunung Kembar
Masih inget gak waktu SD kalau disuruh gambar pemandangan, banyak yang sering menggambar pemandangan berupa dua buah gunung kembar dimana ada matahari terbit di tengah-tengahnya, lalu ada jalanan yang terbentang lurus membelah dua buah pemantang sawah yang terbentang luas di bawah kaki gunung kembar tersebut?
Ketika kecil dahulu, aku sering banget gambar pemandangan seperti ini. Mungkin, karena aku lihat teman-temanku banyak yang menggambar ini lalu aku mencontoh mereka. Atau... bisa juga guru di depan kelas yang pertama kali memperkenalkan gambar tersebut dan seterusnya murid-muridnya mengingatnya sebagai gambar pemandangan yang bisa dipilih jika ingin menggambar pemandangan.
Nah.... baru-baru ini, aku baru tahu bahwa ternyata itu sebenarnya adalah gambar gunung Sindoro dan Sumbing; dua buah gunung kembar yang ada di Jawa Tengah.
Eh tapi..... waktu sempat tinggal di apartemen beberapa waktu yang lalu; suatu pagi aku juga menemukan pemandangan cantik seperti ini loh.
Ini adalah dua buah gunung yang terlihat dari jendela apartemen yang terletak di wilayah Jakarta Selatan. nama gunung ini adalah Gunung Salak dan Pangrango.
Keduanya juga berdiri bersisian sebelah-sebelahan. Bedanya, karena aku tinggal di daerah perkotaan maka yang ada di bawah kaki gunungnya bukan persawahan yang terpentang. Tapi areal perumahan yang padat.
Lalu, semak-semak yang biasanya menutupi tepat kaki gunung, berganti menjadi deretan apartemen yang berjajar.
Hmm... lain dulu lain sekarang.
Lain di desa lain juga di kota.
Meski demikian.... mereka berdua sama cantiknya.
Bagaimana menurutmu?
Ketika kecil dahulu, aku sering banget gambar pemandangan seperti ini. Mungkin, karena aku lihat teman-temanku banyak yang menggambar ini lalu aku mencontoh mereka. Atau... bisa juga guru di depan kelas yang pertama kali memperkenalkan gambar tersebut dan seterusnya murid-muridnya mengingatnya sebagai gambar pemandangan yang bisa dipilih jika ingin menggambar pemandangan.
Ini dia gambarnya.
Nah.... baru-baru ini, aku baru tahu bahwa ternyata itu sebenarnya adalah gambar gunung Sindoro dan Sumbing; dua buah gunung kembar yang ada di Jawa Tengah.
![]() |
| tuh... mirip kan gambar gunung sindoro dan sumbing ini |
Eh tapi..... waktu sempat tinggal di apartemen beberapa waktu yang lalu; suatu pagi aku juga menemukan pemandangan cantik seperti ini loh.
Ini adalah dua buah gunung yang terlihat dari jendela apartemen yang terletak di wilayah Jakarta Selatan. nama gunung ini adalah Gunung Salak dan Pangrango.
Keduanya juga berdiri bersisian sebelah-sebelahan. Bedanya, karena aku tinggal di daerah perkotaan maka yang ada di bawah kaki gunungnya bukan persawahan yang terpentang. Tapi areal perumahan yang padat.
Lalu, semak-semak yang biasanya menutupi tepat kaki gunung, berganti menjadi deretan apartemen yang berjajar.
Hmm... lain dulu lain sekarang.
Lain di desa lain juga di kota.
Meski demikian.... mereka berdua sama cantiknya.
Bagaimana menurutmu?
Perasaan Dilindungi
Selasa, 10 Februari 2015
Selama 21 tahun membina rumah tangga tanpa bantuan asisten rumah tangga sejak awal, seharusnya sudah membuatku menjadi perempuan yang tahan banting.
Bayangkan.
Aku terbiasa bangun pagi, lalu ketika orang lain masih setengah mengantuk tapi aku sudah mulai pegang masakan untuk diolah jadi sarapan dan cucian piring bekas semalam untuk dicuci. Lalu waktu berlalu seharian itu dengan menyelesaikan banyak pekerjaan (termasuk pekerjaan yang dikerjakan oleh figur-figur mainannku di SIM dan pertanian... hehehehe... ini mah harus kayaknya; karna buat hiburan jika pekerjaan di dunia nyata terasa berat).
Tapi... satu hal sepertinya yang aku masih pertahankan dari dulu sampai sekarang (eh sbeenarnya kalau dipaksakan bisa sih. Bener deh). Yaitu, "manja dengan suami jadi pinginnya dibantu".
hehehehehe.
Entah ya. Aku sih gak pernah gengsi buat minta bantuan suamiku. Dan menikmati banget dibantu untuk mendapatkan atau menghasilkan sesuatu (meski sekali lagi... jika aku mengerjakan sendiri sebenarnya bisa loh).
Yup.
Manjaku memang sudah gak bisa dihilangkan sepertinya. Tapi.... aku bahagia aja karena meski sudah berumah tangga 21 tahun tapi tetap merasa dilindungi banget sama suamiku.
Bayangkan.
Aku terbiasa bangun pagi, lalu ketika orang lain masih setengah mengantuk tapi aku sudah mulai pegang masakan untuk diolah jadi sarapan dan cucian piring bekas semalam untuk dicuci. Lalu waktu berlalu seharian itu dengan menyelesaikan banyak pekerjaan (termasuk pekerjaan yang dikerjakan oleh figur-figur mainannku di SIM dan pertanian... hehehehe... ini mah harus kayaknya; karna buat hiburan jika pekerjaan di dunia nyata terasa berat).
Tapi... satu hal sepertinya yang aku masih pertahankan dari dulu sampai sekarang (eh sbeenarnya kalau dipaksakan bisa sih. Bener deh). Yaitu, "manja dengan suami jadi pinginnya dibantu".
hehehehehe.
Entah ya. Aku sih gak pernah gengsi buat minta bantuan suamiku. Dan menikmati banget dibantu untuk mendapatkan atau menghasilkan sesuatu (meski sekali lagi... jika aku mengerjakan sendiri sebenarnya bisa loh).
Yup.
Manjaku memang sudah gak bisa dihilangkan sepertinya. Tapi.... aku bahagia aja karena meski sudah berumah tangga 21 tahun tapi tetap merasa dilindungi banget sama suamiku.
Orang tua yang salah, anak yang kena getah
Jumat, 06 Februari 2015
Ketika sedang ngobrol bersama teman-teman di sekolah putriku, salah seorang temanku yang kebetulan memang selalu membawa dagangan ke sekolah bercerita padaku.
"De... Anak yang baru beli es gue tuh,"
"Maksud lo...." (kita sebut saja nama anak ini mawar ya)
"Iye... mawar. Sebenarnya anaknya bae, tapi sejak gue gak demen ama ibunye gue jadi rada-rada malas deh ngelayani anaknye kalo mao beli ape-ape ama gue." (ini bahasa betawi nih. Pada ngerti kan ya? Nggak perlu pake footnote ya buat translatenya... hehehhe)
"Yee... jangan gitu dong. Kasihan mawar. Kan Mawar gak salah apa-apa?"
"Iya sih. Tapi yee gimane ye? Suse gue nego ama hati gue sendiri."
"Emang salahnya ibunya Mawar apa sih ama elu?"
"Begini ceritanye...."
Jadi, beberapa waktu lalu ceritanya di kantin sekolah ada banyak ibu-ibu yang berkumpul dalam rangka ingin menjemput anaknya pulang sekolah. Di luar memang sedang turun gerimis jadi kantin yang tertutup dan hangat adalah tempat nyaman sambil menunggu bel sekolah berbunyi.
Ketika itulah ibunya Mawar tampak sedang berbicara dengan seorang temannya. Kebetulan, temanku ini, kita sebut saja namanya Anggrek deh, pas melihat ibunya Mawar langsung memanggil ibunya Mawar. Ibunya Mawar ini memang jarang ke sekolah. Mawar berlangganan ojek jadi ibunya jarang menjemput. Jadi, selagi Anggrek melihat ada ibunya Mawar langsung saja Anggrek memanggil ibunya Mawar.
Dipanggil sekali tidak menoleh.
Dipanggil dua kali tetap tidak menolah.
Akhirnya, setelah 5 kali dipanggil, ibunya Mawar ini baru menoleh. Tapi, kalimat yang keluar dari mulutnya pada Anggrek adalah:
"APAAN SIH? MAU APA LAGI?"
Cuma lima kata saja tapi diucapkan dengan nada yang tinggi dan membentak. Anggrek langsung terdiam. Dan lirih mengatakan bahwa "Mawar waktu itu ambil dagangan gue, dan dia belum bayar."
"Tau gak De. Gue tuh langsung tersinggung saat itu. Bukan ape-ape sih. Tapi gue ngerasa diperlakukan kayak babu dia aje denger cara dia gentak gue. Gue tuh orangnya serba okeh sebenarnya. Disuruh apa aje gue okeh. Dikerjain ama teman-teman karena gaya ngomong gue yang kampungan gue juga nerima. Dikatain ape aje gue okeh aja. Tapi satu yang gue gak demen: digentak. Kayaknya gue tuh hina banget deh kalo ada orang yang gentak gue."
(gentak itu bahasa betawi untuk bentak alias berbicara dengan suara keras seperti sedang menghardik)
"Mungkin karena dia lagi ngobrol kali. Harusnya elu ngantri aja nunggu giliran."
"Lahhh... yang dia obrolin gak penting-penting amat kok. Kan gue bisa denger dia lagi ngobrol ape. Terus die juga nggak full ngobrol. Ada juga yang cuma liat-liatan doang ama temennya. Lah... mesti nunggu ape lagi coba gue? Emang die aje dasar rada sombong. Mentang-mentang sih die tinggal di apartemen, punya banyak kendaraan, duitnya lebih banyak daripade gue mangkanye dia mandang rendah gue. Ihh... gue gak demen deh pokoknya ama die."
"Iya sih tapi kan jadi kasihan si mawar."
"Ibunye nyebelin sih, De."
"Tapi kan tetep.. Mawar gak salah ape-ape."
"Iye sih.... salah ye gue. Mawar kan gak sale ape-ape ye."
"Nah.. ntu."
"Ya udah deh. Nanti gue kompromi ame ati gue deh."
"Nah... cakep tuh."
--------------------------------
Dari obrolanku ini, aku jadi tahu satu hal: bahwa kita sebagai orang tua hendaknya hati-hati dalam bertindak karena bisa jadi kesalahan yang kita lakukan pada orang lain berakibat anak kita yang kelak diperlakukan tidak baik oleh orang lain.
Nah loh. Kenapa orang tua yang berseteru anak yang kena imbasnya? Tapi demikianlah kenyataan yang sering terjadi.
Yang gawat itu kalau kita sebagai orang tua tidak sadar telah menyakiti hati seseorang lalu tiba-tiba anak kita bersedih karena mendapat perlakuan tidak adil dari lingkungannya. Bisa-bisa, berakhir dengan menyalahkan takdir.
ugh.
naudzubillah min dzaliik.
"De... Anak yang baru beli es gue tuh,"
"Maksud lo...." (kita sebut saja nama anak ini mawar ya)
"Iye... mawar. Sebenarnya anaknya bae, tapi sejak gue gak demen ama ibunye gue jadi rada-rada malas deh ngelayani anaknye kalo mao beli ape-ape ama gue." (ini bahasa betawi nih. Pada ngerti kan ya? Nggak perlu pake footnote ya buat translatenya... hehehhe)
"Yee... jangan gitu dong. Kasihan mawar. Kan Mawar gak salah apa-apa?"
"Iya sih. Tapi yee gimane ye? Suse gue nego ama hati gue sendiri."
"Emang salahnya ibunya Mawar apa sih ama elu?"
"Begini ceritanye...."
Jadi, beberapa waktu lalu ceritanya di kantin sekolah ada banyak ibu-ibu yang berkumpul dalam rangka ingin menjemput anaknya pulang sekolah. Di luar memang sedang turun gerimis jadi kantin yang tertutup dan hangat adalah tempat nyaman sambil menunggu bel sekolah berbunyi.
Ketika itulah ibunya Mawar tampak sedang berbicara dengan seorang temannya. Kebetulan, temanku ini, kita sebut saja namanya Anggrek deh, pas melihat ibunya Mawar langsung memanggil ibunya Mawar. Ibunya Mawar ini memang jarang ke sekolah. Mawar berlangganan ojek jadi ibunya jarang menjemput. Jadi, selagi Anggrek melihat ada ibunya Mawar langsung saja Anggrek memanggil ibunya Mawar.
Dipanggil sekali tidak menoleh.
Dipanggil dua kali tetap tidak menolah.
Akhirnya, setelah 5 kali dipanggil, ibunya Mawar ini baru menoleh. Tapi, kalimat yang keluar dari mulutnya pada Anggrek adalah:
"APAAN SIH? MAU APA LAGI?"
Cuma lima kata saja tapi diucapkan dengan nada yang tinggi dan membentak. Anggrek langsung terdiam. Dan lirih mengatakan bahwa "Mawar waktu itu ambil dagangan gue, dan dia belum bayar."
"Tau gak De. Gue tuh langsung tersinggung saat itu. Bukan ape-ape sih. Tapi gue ngerasa diperlakukan kayak babu dia aje denger cara dia gentak gue. Gue tuh orangnya serba okeh sebenarnya. Disuruh apa aje gue okeh. Dikerjain ama teman-teman karena gaya ngomong gue yang kampungan gue juga nerima. Dikatain ape aje gue okeh aja. Tapi satu yang gue gak demen: digentak. Kayaknya gue tuh hina banget deh kalo ada orang yang gentak gue."
(gentak itu bahasa betawi untuk bentak alias berbicara dengan suara keras seperti sedang menghardik)
"Mungkin karena dia lagi ngobrol kali. Harusnya elu ngantri aja nunggu giliran."
"Lahhh... yang dia obrolin gak penting-penting amat kok. Kan gue bisa denger dia lagi ngobrol ape. Terus die juga nggak full ngobrol. Ada juga yang cuma liat-liatan doang ama temennya. Lah... mesti nunggu ape lagi coba gue? Emang die aje dasar rada sombong. Mentang-mentang sih die tinggal di apartemen, punya banyak kendaraan, duitnya lebih banyak daripade gue mangkanye dia mandang rendah gue. Ihh... gue gak demen deh pokoknya ama die."
"Iya sih tapi kan jadi kasihan si mawar."
"Ibunye nyebelin sih, De."
"Tapi kan tetep.. Mawar gak salah ape-ape."
"Iye sih.... salah ye gue. Mawar kan gak sale ape-ape ye."
"Nah.. ntu."
"Ya udah deh. Nanti gue kompromi ame ati gue deh."
"Nah... cakep tuh."
--------------------------------
Dari obrolanku ini, aku jadi tahu satu hal: bahwa kita sebagai orang tua hendaknya hati-hati dalam bertindak karena bisa jadi kesalahan yang kita lakukan pada orang lain berakibat anak kita yang kelak diperlakukan tidak baik oleh orang lain.
Nah loh. Kenapa orang tua yang berseteru anak yang kena imbasnya? Tapi demikianlah kenyataan yang sering terjadi.
Yang gawat itu kalau kita sebagai orang tua tidak sadar telah menyakiti hati seseorang lalu tiba-tiba anak kita bersedih karena mendapat perlakuan tidak adil dari lingkungannya. Bisa-bisa, berakhir dengan menyalahkan takdir.
ugh.
naudzubillah min dzaliik.
Etika Mengambil Gambar Gratis di Internet
Selasa, 03 Februari 2015
Pagi ini, sambil menunggu air matang agar bisa membuat susu untuk putriku yang akan berangkat sekolah; iseng aku membuka facebook. Di bagian notifikasi ada seorang teman yang mentag namaku sambil berkata bahwa foto yang dia lihat di sebuah website mirip sekali denganku.
Aku langsung meluncur ke artikel yang dibaca oleh temanku itu dan terkejut. Ternyata artikel tersebut memajang fotoku.
Terkejut? Pasti.
Kok bisa sebuah website mengambil foto orang tanpa izin? Ini... website islam lagi? Wah.
Tapi aku lantas bingung mau bagaimana lagi? Jadi... sambil resah campur panik, aku pun menshare kembali artikel tersebut di wall facebookku.
. Lalu mentag beberapa orang teman yang aku pikir bisa membantu atau setidaknya teman-teman mereka bisa membantu siapa tahu teman-teman mereka membacanya (catatan: jadi, ketika kita mentag seseorang untuk sesuatu yang kita bagi dengan mereka. Maka sesuatu yang kita bagi tersebut bukan hanya muncul di wall facebook teman kita saja, tapi juga di halaman telusur facebook teman kita tersebut. Dengan begitu, yang bisa membacanya jadi lebih luas lagi).
Akhirnya, bantuan datang dengan segera.
Dimulai dari mak Efi Fitriyah dan Winda Krisnadefa: yang memberi saran untuk menghubungi admin website tersebut guna melayangkan protes.
(tapi akunya lagi ngantar anak sekolah jadi belum bisa buka notebook)
Lalu, bantuan berikutnya datang dari anne adzkira yang mengaku kenal dengan pemilik website tersebut. Wah.... alhamdulillah Anne langsung menghubungi adminnya.
Ketika aku sedang ada di pasar, handphoneku tang tung tang tung memberitahu ada pesan inbox. Isinya ternyata dari admin website tersebut yang meminta maaf.
Alhamdulillah.. masalah pun selesai. Case closed.
Senangnya luar biasa.
Jadi... siangnya, aku pun membuat status baru yang berisi klarifikasi untuk menjelaskan semuanya (dan ketika siang hari, artikel tersebut sudah dihapus diganti dengan artkel sama tapi edisi terbaru yang terevisi dengan gambar yang baru).
Jadi... masalah pun selesai.
Ini persiapan yang aku lakuin jika ternyata kasus menjadi alot.. hehehe.. aku dah langsung siap-siap euy... Tapi alhamdulillah kasus lancar dan sudah diselesaikan dengan damai dan baik. Alhamdulillah.
Aku langsung meluncur ke artikel yang dibaca oleh temanku itu dan terkejut. Ternyata artikel tersebut memajang fotoku.
Terkejut? Pasti.
Kok bisa sebuah website mengambil foto orang tanpa izin? Ini... website islam lagi? Wah.
Tapi aku lantas bingung mau bagaimana lagi? Jadi... sambil resah campur panik, aku pun menshare kembali artikel tersebut di wall facebookku.
. Lalu mentag beberapa orang teman yang aku pikir bisa membantu atau setidaknya teman-teman mereka bisa membantu siapa tahu teman-teman mereka membacanya (catatan: jadi, ketika kita mentag seseorang untuk sesuatu yang kita bagi dengan mereka. Maka sesuatu yang kita bagi tersebut bukan hanya muncul di wall facebook teman kita saja, tapi juga di halaman telusur facebook teman kita tersebut. Dengan begitu, yang bisa membacanya jadi lebih luas lagi).
Akhirnya, bantuan datang dengan segera.
Dimulai dari mak Efi Fitriyah dan Winda Krisnadefa: yang memberi saran untuk menghubungi admin website tersebut guna melayangkan protes.
(tapi akunya lagi ngantar anak sekolah jadi belum bisa buka notebook)
Lalu, bantuan berikutnya datang dari anne adzkira yang mengaku kenal dengan pemilik website tersebut. Wah.... alhamdulillah Anne langsung menghubungi adminnya.
Ketika aku sedang ada di pasar, handphoneku tang tung tang tung memberitahu ada pesan inbox. Isinya ternyata dari admin website tersebut yang meminta maaf.
Alhamdulillah.. masalah pun selesai. Case closed.
Senangnya luar biasa.
Jadi... siangnya, aku pun membuat status baru yang berisi klarifikasi untuk menjelaskan semuanya (dan ketika siang hari, artikel tersebut sudah dihapus diganti dengan artkel sama tapi edisi terbaru yang terevisi dengan gambar yang baru).
Alhamdulillah. Masalah fotoku yang diambil oleh website islam sudah selesai.
Adminnya secara resmi sudah minta maaf dan mengganti foto di artikel tersebut.
Buat para netizen, meski foto yang dipublikasi di internet (baik lewat Blog atau facebook atau akun media sosial lain), memang google menyimpan foto tersebut tapi tetap saja foto itu ada pemiliknya.
(Coba saja kalian masukkan clue gambar lalu pilih opsi image di google search maka akan bermunculan ratusan ribu atau jutaan gambar. Apakah ini gambar2 free dan bisa diambil begitu saja? Nah... etikanya, tetap harus minta izin pada pemilik awal foto tersebut. Klik opsi :kunjungi sumber asal foto berada. Biasanya selalu ada opsi ini di foto yang tersimpan di google.)
Jika tidak ada waktu untuk meminta izin, masukkan selalu link hidup dan pemberitahuan bahwa foto itu diambil dari sana.
Duluuuuu (ini sekedar cerita.. kisah nyata).
Sekitar tahun 2000an. Ada sebuah buku kumpulan resep yang terbit dan dijual di pasaran. Ternyata, salah satu pemilik foto gambar makanan di buku resep ini baru tahu bahwa fotonyalah yang diambil oleh penerbit tersebut. Maka dia pun protes. Alasan penerbit dan penyusun buku resep tersebut karen foto itu diambil dari google alias internet dan diyakini bahwa semua yang sudah dipublikasikan secara bebas di internet maka bebas juga untuj diambil untuk keperluan lain.
Anggapan ini jelas salah. Karena tujuan awal foto itu dipublikasikan memang untuk kegiatan publik. Tapi ketika sebuah foto digunakan untuk keperluan komersial maka aturannya berubah lagi karen ada hak royalti yang harus dibayar sehubungan dengan pemanfaatannya untuk tujuan komersial.
Sama2 ngotot maka pemilik foto melayangkan keberatannya ke pengadilan. Dan lewat rangkaian sidang akhirnya penerbit dan penulis kalah. Merek punya dua opsi: bayar royalti sesuai dengan permintaan pemilik foto atau menarik seluruh buku yang sudah beredar. Berhubung buku resep itu penjualannya juga biasa saja, jadi kalau bayar royalti malah rugi akhirnya buku itu ditarik dari pasaran.
Nah....
Dari cerita ini, semoga kita semua sadar bahwa yang terlihat gratis itu belum tentu gratis sebenarnya. Karena beda pemanfaatan maka beda perlakuan (*karena alasan ini maka aku sering menggambar sendiri gambar untuk postinganku di Blog. ..meski gambarnya kayak gambar anak TK).
Pelajaran pagi ini: beri selalu watermark untuk foto2 kita yang akan dipublikasikan di blog atau instagram.
Noted!
Ini klarifikasi yang sudah dilakukan oleh redaksi media tersebut dan bukti bahwa artikel sudah diperbaharui.
-------
Assalamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Mbak Ade yang dimuliakan Allah SWT, saya dari perwakilan islampos mengucapkan mhon maaf sebesar-besarnya, kami lalai dalam meminta izin jika fotonya kami pakai di salah satu menggunakan foto Mbak. Kami mendapatkannya dari internet. Foto sdah kami edit (ganti) di postingan tersebut. Sekali lagi mhon maaf jika sesuatu yang bersifat pribadi ini jadi masuk konsumsi publik dan mengganggu. Terima kasih banyak. Jzklah khairan katsira.
https://www.islampos.com/7-cara-tepat-mendidik-anak-1-2-16…/
Jadi... masalah pun selesai.
Ini persiapan yang aku lakuin jika ternyata kasus menjadi alot.. hehehe.. aku dah langsung siap-siap euy... Tapi alhamdulillah kasus lancar dan sudah diselesaikan dengan damai dan baik. Alhamdulillah.
Barang Bekas Untuk Calon Adik
Senin, 02 Februari 2015
[Parenting] Punya tiga orang anak dimana jarak usia di antara mereka terentang cukup jauh itu... seru-seru gimana gitu.
Bayangkan saja.
Ketika kita sudah merasa lupa bagaimana rasanya mengasuh anak kecil, eh... kita punya anak lagi. Lalu mulai belajar lagi sebagaimana pasangan muda yang baru punya anak.
hehehe
seru kan.
Nah.. itulah yang terjadi padaku.
Eh... sebenarnya jarak antara satu anak ke anak yang lain itu tidak terlalu jauh-jauh amat sih. Masing-masing berjarak kurang lebih 6 tahun.
Artinya, yang namanya nyimpen baju-baju bekas buat adiknya, atau mainan-mainan bekas buat adiknya itu ya... jarang ada. Artinya, ya harus beli baru lagi. Dan itulah serunya.
Bayangkan saja.
Ketika kita sudah merasa lupa bagaimana rasanya mengasuh anak kecil, eh... kita punya anak lagi. Lalu mulai belajar lagi sebagaimana pasangan muda yang baru punya anak.
hehehe
seru kan.
Nah.. itulah yang terjadi padaku.
Eh... sebenarnya jarak antara satu anak ke anak yang lain itu tidak terlalu jauh-jauh amat sih. Masing-masing berjarak kurang lebih 6 tahun.
Artinya, yang namanya nyimpen baju-baju bekas buat adiknya, atau mainan-mainan bekas buat adiknya itu ya... jarang ada. Artinya, ya harus beli baru lagi. Dan itulah serunya.
Dunia di Mata Anak-Anak
Rabu, 28 Januari 2015
Bagaimana sih dunia pekerjaan di mata anak-anak itu? Tahun 2013 silam (hehe kesannya dah lama banget ya?) aku pernah ngobrol sama anak bungsuku, Hawna. Ini aku copas dari status facebookku tahun 2013 itu:
Jika pembaca sendiri, jika diminta untuk memilih, menurut kalian lebih enak mana? Jaman kecil atau jaman setelah sudah besar?
Dulu waktu aku masih kecil, aku paling sebal jika ada seseorang yang berkata mengingatkanku:
"Eh... kamu tuh udah gede sekarang. Jangan kayak gitu dong."
atau
"Ih, badannya doang yang gede, kelakuan masih kayak anak kecil."
atau
"De... kamu sudah besar sekarang. Jangan begitu."
Wah.... aku paling sebal satu hal: menghadapi kenyataan bahwa aku sudah tidak lagi kecil. Karena menurutku menjadi orang dewasa itu sama sekali tidak enak. Ada banyak kewajiban dan keharusan dan etika dan etiket dan aturan dan wuaaaaaa... banyak hal-hal lain yang terlarang deh pokoknya.
Jadi... masa kecil itu memang selalu menyenangkan insya Allah.
Jadi... beri masa kecil pada anak-anak kita menjadi masa terbaik yang insya Allah bisa mereka kenang kelak ketika sudah besar nanti.
Karena sakit, jadi Hawna di rumah sejak kemarin, tidak sekolah. Dengan begitu, dia ikut akuke depan pintu rumah untuk mengantar suamiku yang akan pergi bekerja. Sambil memperhatikan ayahnya memakai sepatu, Hawna (7 tahun) bergumam.
"Bu, ayah itu sebenarnya kerjanya jadi apa sih?"
"Dosen."
"Oh..." (diam sejenak, mikir, lalu bertanya lagi) "dosen itu apaan?' (gantian ibunya yang ngeliatin dia, dan mikir, 'selama ini kemana aja kok baru nanya sekarang?')
"Dosen itu... mirip guru, tapi yang diajarin tuh mahasiswa. Kayak mas Ibam gitu. Jadi dah pada gede-gede badannya, terus pake baju bebas belajarnya."
"Ihhh, enak banget." (kata 'ih'nya dengan penekanan penuh nada kekaguman)
"Terus, kalo hari senin gak ada upacara bendera."
"Iihhhhh... enak banget!" (nada kekagumannya kian mengental)
"Tapi... mereka gak ada jadwal keluar mainnya."
"Wuiihhh... NGGAK enak banget!" (Hawna mengedikkan pundaknya dengan roman wajah tidak suka)
Lalu dia terdiam.
Cukup lama terdiam dengan bola mata yang serius tanda berpikir.
"Kalau begitu, sekolah yang paling enak itu TK ya bu. Boleh pake baju bebas, keluar mainnya dua kali, nggak ada upacara kalo hari senin, sudah begitu ada pasirnya lagi di tempat main. Ada ayunan, sliding, panjat-panjatan. Gak ada PR, gak ada UAS, masuknya jam 8 lagi jadi kita bisa main dulu puas-puas bareng teman-teman."
xixixixixi... pemikiran anak kecil banget ya. Tapi dunia yang dia gambarkan memang asli menyenangkan sih.
Itu sebabnya pada kakaknya yang kuliah ditanya lagi pertanyaan perbandingan mana yang lebih enak, TK atau Kuliah, si kakak sulungnya yang sudah kuliah itu langsung menjawab, "TK"
Jika pembaca sendiri, jika diminta untuk memilih, menurut kalian lebih enak mana? Jaman kecil atau jaman setelah sudah besar?
Dulu waktu aku masih kecil, aku paling sebal jika ada seseorang yang berkata mengingatkanku:
"Eh... kamu tuh udah gede sekarang. Jangan kayak gitu dong."
atau
"Ih, badannya doang yang gede, kelakuan masih kayak anak kecil."
atau
"De... kamu sudah besar sekarang. Jangan begitu."
Wah.... aku paling sebal satu hal: menghadapi kenyataan bahwa aku sudah tidak lagi kecil. Karena menurutku menjadi orang dewasa itu sama sekali tidak enak. Ada banyak kewajiban dan keharusan dan etika dan etiket dan aturan dan wuaaaaaa... banyak hal-hal lain yang terlarang deh pokoknya.
Jadi... masa kecil itu memang selalu menyenangkan insya Allah.
Jadi... beri masa kecil pada anak-anak kita menjadi masa terbaik yang insya Allah bisa mereka kenang kelak ketika sudah besar nanti.
Perkenalkan nih: KIm Soo Hyun
Aku pernah mengalami kejadian seperti ini nih menjelang malam pergantian tahun (dari tahun 2014 ke 2015).
hehehe
Jadi, di Lotte Shopping Centre itu memang ada poster ukuran asli orangnya yang dipajang di salah satu sudut mall tersebut.
Eh, buat yang belum tahu dimana letak Lotte Shopping Avenue itu, ini ada denahnya:
Duluuuuu. Waktu Pusat perbelanjaan ini baru berdiri, setiap kali kita berbelanja di atas Rp100.000, kita bisa berpose di samping poster gede yang sudah digunting ukuran badan ini. Jadi memang disediakan booth khusus. Nah.. jika kita berbelanja di atas Rp500.000, kita malah boleh meminjam antribut untuk pemotretan tersebut.
Aku... hmm... merasa "tua" untuk mengambil kesempatan ini. hehehehehhe (malu ama umur euy). Jadi, ketika lewat booth pemotretan cuma bisa... celeguk... menelan ludah diam-diam.
Hingga ketika malam menjelang pergantian tahun, pas mau nonton eh... gak tahunya poster artis-artis Korea sengaja disebar di beberapa titik dan kita bebas-bebas saja jika ingin berphoto ria bersama poster-poster tersebut.
hahahahaha
asyik mantap kan
Jelas saja kesempatan ini tidak aku lewatkan. Akhirnya terjadilah adegan yang aku tulis di status facebookku tersebut.
Ini dia fotonya:
Nah... nah..... mungkin ada yang belum tahu sebenarnya siapa sih artis ganteng Korea yang malu-malu bergaya ketika diajak foto denganku itu? (uhuk..uhuk).
Dia adalah: KIM SOO HYUN.
Ini biodatanya:
Jadi, dari yang aku baca sih, katanya si ganteng satu ini anak tunggal. Dari kecil dia emang sih sempat ikut kerja part time tapi ya emang sudah diarahin juga sih sama orang tuanya buat jadi aktor karena banyak yang memuji kegantengannya yang memang sudah terpatri sejak masih kecil. Itu sebabnya talenta yang dimiliki oleh Kim Soo Hyun banyak. Dia bisa jadi pemain teather, main film/drama, nyanyi, main alat musik, dan modeling.
Aku sendiri, pertama kali lihat penampilan dia waktu dia main film Dream High. Pandangan pertama, aku langsung sukaaaaa sama dia. Nyari-nyari lagunya, koleksi, lalu mulai ngumpulin fotonya. Hahahaha.. Gaje emang. Makanya lantas menghentikan kegilaan itu.
Lantas puasa untuk tidak melihat Kim Soo Hyun lagi.
Eh... lantas mengikuti kembali drama korea The Moon That Embraces the sun...
Aduh.
kacau
karena aku lantas jadi suka lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Ngumpulin lagunya lagi. Dengerin saat lagi ngetik.
Lalu... mencoba untuk menjauhi lagi agar tidak terlalu suka lagi
Eh... nonton lagi drama You Who Came From The Stars
Lantas suka lagiiiii
kacau
kacau
sepertinya kejadian ini akan terus berulang. Jadi... ya sudahlah.
Nah... ini dia salah satu lagu yang bikin kebat kebit gak karuan pas nontonnya (hehehehe). Aku ambil dari You TUbe:
Selamat menikmati....
hehehe
Jadi, di Lotte Shopping Centre itu memang ada poster ukuran asli orangnya yang dipajang di salah satu sudut mall tersebut.
Eh, buat yang belum tahu dimana letak Lotte Shopping Avenue itu, ini ada denahnya:
Duluuuuu. Waktu Pusat perbelanjaan ini baru berdiri, setiap kali kita berbelanja di atas Rp100.000, kita bisa berpose di samping poster gede yang sudah digunting ukuran badan ini. Jadi memang disediakan booth khusus. Nah.. jika kita berbelanja di atas Rp500.000, kita malah boleh meminjam antribut untuk pemotretan tersebut.
Aku... hmm... merasa "tua" untuk mengambil kesempatan ini. hehehehehhe (malu ama umur euy). Jadi, ketika lewat booth pemotretan cuma bisa... celeguk... menelan ludah diam-diam.
Hingga ketika malam menjelang pergantian tahun, pas mau nonton eh... gak tahunya poster artis-artis Korea sengaja disebar di beberapa titik dan kita bebas-bebas saja jika ingin berphoto ria bersama poster-poster tersebut.
hahahahaha
asyik mantap kan
Jelas saja kesempatan ini tidak aku lewatkan. Akhirnya terjadilah adegan yang aku tulis di status facebookku tersebut.
Ini dia fotonya:
Nah... nah..... mungkin ada yang belum tahu sebenarnya siapa sih artis ganteng Korea yang malu-malu bergaya ketika diajak foto denganku itu? (uhuk..uhuk).
Dia adalah: KIM SOO HYUN.
Ini biodatanya:
Jadi, dari yang aku baca sih, katanya si ganteng satu ini anak tunggal. Dari kecil dia emang sih sempat ikut kerja part time tapi ya emang sudah diarahin juga sih sama orang tuanya buat jadi aktor karena banyak yang memuji kegantengannya yang memang sudah terpatri sejak masih kecil. Itu sebabnya talenta yang dimiliki oleh Kim Soo Hyun banyak. Dia bisa jadi pemain teather, main film/drama, nyanyi, main alat musik, dan modeling.
Aku sendiri, pertama kali lihat penampilan dia waktu dia main film Dream High. Pandangan pertama, aku langsung sukaaaaa sama dia. Nyari-nyari lagunya, koleksi, lalu mulai ngumpulin fotonya. Hahahaha.. Gaje emang. Makanya lantas menghentikan kegilaan itu.
Lantas puasa untuk tidak melihat Kim Soo Hyun lagi.
Eh... lantas mengikuti kembali drama korea The Moon That Embraces the sun...
Aduh.
kacau
karena aku lantas jadi suka lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Ngumpulin lagunya lagi. Dengerin saat lagi ngetik.
Lalu... mencoba untuk menjauhi lagi agar tidak terlalu suka lagi
Eh... nonton lagi drama You Who Came From The Stars
Lantas suka lagiiiii
kacau
kacau
sepertinya kejadian ini akan terus berulang. Jadi... ya sudahlah.
Nah... ini dia salah satu lagu yang bikin kebat kebit gak karuan pas nontonnya (hehehehe). Aku ambil dari You TUbe:
Selamat menikmati....
Langganan:
Komentar (Atom)














