[Parenting] Punya tiga orang anak dimana jarak usia di antara mereka terentang cukup jauh itu... seru-seru gimana gitu.
Bayangkan saja.
Ketika kita sudah merasa lupa bagaimana rasanya mengasuh anak kecil, eh... kita punya anak lagi. Lalu mulai belajar lagi sebagaimana pasangan muda yang baru punya anak.
hehehe
seru kan.
Nah.. itulah yang terjadi padaku.
Eh... sebenarnya jarak antara satu anak ke anak yang lain itu tidak terlalu jauh-jauh amat sih. Masing-masing berjarak kurang lebih 6 tahun.
Artinya, yang namanya nyimpen baju-baju bekas buat adiknya, atau mainan-mainan bekas buat adiknya itu ya... jarang ada. Artinya, ya harus beli baru lagi. Dan itulah serunya.
Dunia di Mata Anak-Anak
Rabu, 28 Januari 2015
Bagaimana sih dunia pekerjaan di mata anak-anak itu? Tahun 2013 silam (hehe kesannya dah lama banget ya?) aku pernah ngobrol sama anak bungsuku, Hawna. Ini aku copas dari status facebookku tahun 2013 itu:
Jika pembaca sendiri, jika diminta untuk memilih, menurut kalian lebih enak mana? Jaman kecil atau jaman setelah sudah besar?
Dulu waktu aku masih kecil, aku paling sebal jika ada seseorang yang berkata mengingatkanku:
"Eh... kamu tuh udah gede sekarang. Jangan kayak gitu dong."
atau
"Ih, badannya doang yang gede, kelakuan masih kayak anak kecil."
atau
"De... kamu sudah besar sekarang. Jangan begitu."
Wah.... aku paling sebal satu hal: menghadapi kenyataan bahwa aku sudah tidak lagi kecil. Karena menurutku menjadi orang dewasa itu sama sekali tidak enak. Ada banyak kewajiban dan keharusan dan etika dan etiket dan aturan dan wuaaaaaa... banyak hal-hal lain yang terlarang deh pokoknya.
Jadi... masa kecil itu memang selalu menyenangkan insya Allah.
Jadi... beri masa kecil pada anak-anak kita menjadi masa terbaik yang insya Allah bisa mereka kenang kelak ketika sudah besar nanti.
Karena sakit, jadi Hawna di rumah sejak kemarin, tidak sekolah. Dengan begitu, dia ikut akuke depan pintu rumah untuk mengantar suamiku yang akan pergi bekerja. Sambil memperhatikan ayahnya memakai sepatu, Hawna (7 tahun) bergumam.
"Bu, ayah itu sebenarnya kerjanya jadi apa sih?"
"Dosen."
"Oh..." (diam sejenak, mikir, lalu bertanya lagi) "dosen itu apaan?' (gantian ibunya yang ngeliatin dia, dan mikir, 'selama ini kemana aja kok baru nanya sekarang?')
"Dosen itu... mirip guru, tapi yang diajarin tuh mahasiswa. Kayak mas Ibam gitu. Jadi dah pada gede-gede badannya, terus pake baju bebas belajarnya."
"Ihhh, enak banget." (kata 'ih'nya dengan penekanan penuh nada kekaguman)
"Terus, kalo hari senin gak ada upacara bendera."
"Iihhhhh... enak banget!" (nada kekagumannya kian mengental)
"Tapi... mereka gak ada jadwal keluar mainnya."
"Wuiihhh... NGGAK enak banget!" (Hawna mengedikkan pundaknya dengan roman wajah tidak suka)
Lalu dia terdiam.
Cukup lama terdiam dengan bola mata yang serius tanda berpikir.
"Kalau begitu, sekolah yang paling enak itu TK ya bu. Boleh pake baju bebas, keluar mainnya dua kali, nggak ada upacara kalo hari senin, sudah begitu ada pasirnya lagi di tempat main. Ada ayunan, sliding, panjat-panjatan. Gak ada PR, gak ada UAS, masuknya jam 8 lagi jadi kita bisa main dulu puas-puas bareng teman-teman."
xixixixixi... pemikiran anak kecil banget ya. Tapi dunia yang dia gambarkan memang asli menyenangkan sih.
Itu sebabnya pada kakaknya yang kuliah ditanya lagi pertanyaan perbandingan mana yang lebih enak, TK atau Kuliah, si kakak sulungnya yang sudah kuliah itu langsung menjawab, "TK"
Jika pembaca sendiri, jika diminta untuk memilih, menurut kalian lebih enak mana? Jaman kecil atau jaman setelah sudah besar?
Dulu waktu aku masih kecil, aku paling sebal jika ada seseorang yang berkata mengingatkanku:
"Eh... kamu tuh udah gede sekarang. Jangan kayak gitu dong."
atau
"Ih, badannya doang yang gede, kelakuan masih kayak anak kecil."
atau
"De... kamu sudah besar sekarang. Jangan begitu."
Wah.... aku paling sebal satu hal: menghadapi kenyataan bahwa aku sudah tidak lagi kecil. Karena menurutku menjadi orang dewasa itu sama sekali tidak enak. Ada banyak kewajiban dan keharusan dan etika dan etiket dan aturan dan wuaaaaaa... banyak hal-hal lain yang terlarang deh pokoknya.
Jadi... masa kecil itu memang selalu menyenangkan insya Allah.
Jadi... beri masa kecil pada anak-anak kita menjadi masa terbaik yang insya Allah bisa mereka kenang kelak ketika sudah besar nanti.
Perkenalkan nih: KIm Soo Hyun
Aku pernah mengalami kejadian seperti ini nih menjelang malam pergantian tahun (dari tahun 2014 ke 2015).
hehehe
Jadi, di Lotte Shopping Centre itu memang ada poster ukuran asli orangnya yang dipajang di salah satu sudut mall tersebut.
Eh, buat yang belum tahu dimana letak Lotte Shopping Avenue itu, ini ada denahnya:
Duluuuuu. Waktu Pusat perbelanjaan ini baru berdiri, setiap kali kita berbelanja di atas Rp100.000, kita bisa berpose di samping poster gede yang sudah digunting ukuran badan ini. Jadi memang disediakan booth khusus. Nah.. jika kita berbelanja di atas Rp500.000, kita malah boleh meminjam antribut untuk pemotretan tersebut.
Aku... hmm... merasa "tua" untuk mengambil kesempatan ini. hehehehehhe (malu ama umur euy). Jadi, ketika lewat booth pemotretan cuma bisa... celeguk... menelan ludah diam-diam.
Hingga ketika malam menjelang pergantian tahun, pas mau nonton eh... gak tahunya poster artis-artis Korea sengaja disebar di beberapa titik dan kita bebas-bebas saja jika ingin berphoto ria bersama poster-poster tersebut.
hahahahaha
asyik mantap kan
Jelas saja kesempatan ini tidak aku lewatkan. Akhirnya terjadilah adegan yang aku tulis di status facebookku tersebut.
Ini dia fotonya:
Nah... nah..... mungkin ada yang belum tahu sebenarnya siapa sih artis ganteng Korea yang malu-malu bergaya ketika diajak foto denganku itu? (uhuk..uhuk).
Dia adalah: KIM SOO HYUN.
Ini biodatanya:
Jadi, dari yang aku baca sih, katanya si ganteng satu ini anak tunggal. Dari kecil dia emang sih sempat ikut kerja part time tapi ya emang sudah diarahin juga sih sama orang tuanya buat jadi aktor karena banyak yang memuji kegantengannya yang memang sudah terpatri sejak masih kecil. Itu sebabnya talenta yang dimiliki oleh Kim Soo Hyun banyak. Dia bisa jadi pemain teather, main film/drama, nyanyi, main alat musik, dan modeling.
Aku sendiri, pertama kali lihat penampilan dia waktu dia main film Dream High. Pandangan pertama, aku langsung sukaaaaa sama dia. Nyari-nyari lagunya, koleksi, lalu mulai ngumpulin fotonya. Hahahaha.. Gaje emang. Makanya lantas menghentikan kegilaan itu.
Lantas puasa untuk tidak melihat Kim Soo Hyun lagi.
Eh... lantas mengikuti kembali drama korea The Moon That Embraces the sun...
Aduh.
kacau
karena aku lantas jadi suka lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Ngumpulin lagunya lagi. Dengerin saat lagi ngetik.
Lalu... mencoba untuk menjauhi lagi agar tidak terlalu suka lagi
Eh... nonton lagi drama You Who Came From The Stars
Lantas suka lagiiiii
kacau
kacau
sepertinya kejadian ini akan terus berulang. Jadi... ya sudahlah.
Nah... ini dia salah satu lagu yang bikin kebat kebit gak karuan pas nontonnya (hehehehe). Aku ambil dari You TUbe:
Selamat menikmati....
hehehe
Jadi, di Lotte Shopping Centre itu memang ada poster ukuran asli orangnya yang dipajang di salah satu sudut mall tersebut.
Eh, buat yang belum tahu dimana letak Lotte Shopping Avenue itu, ini ada denahnya:
Duluuuuu. Waktu Pusat perbelanjaan ini baru berdiri, setiap kali kita berbelanja di atas Rp100.000, kita bisa berpose di samping poster gede yang sudah digunting ukuran badan ini. Jadi memang disediakan booth khusus. Nah.. jika kita berbelanja di atas Rp500.000, kita malah boleh meminjam antribut untuk pemotretan tersebut.
Aku... hmm... merasa "tua" untuk mengambil kesempatan ini. hehehehehhe (malu ama umur euy). Jadi, ketika lewat booth pemotretan cuma bisa... celeguk... menelan ludah diam-diam.
Hingga ketika malam menjelang pergantian tahun, pas mau nonton eh... gak tahunya poster artis-artis Korea sengaja disebar di beberapa titik dan kita bebas-bebas saja jika ingin berphoto ria bersama poster-poster tersebut.
hahahahaha
asyik mantap kan
Jelas saja kesempatan ini tidak aku lewatkan. Akhirnya terjadilah adegan yang aku tulis di status facebookku tersebut.
Ini dia fotonya:
Nah... nah..... mungkin ada yang belum tahu sebenarnya siapa sih artis ganteng Korea yang malu-malu bergaya ketika diajak foto denganku itu? (uhuk..uhuk).
Dia adalah: KIM SOO HYUN.
Ini biodatanya:
Jadi, dari yang aku baca sih, katanya si ganteng satu ini anak tunggal. Dari kecil dia emang sih sempat ikut kerja part time tapi ya emang sudah diarahin juga sih sama orang tuanya buat jadi aktor karena banyak yang memuji kegantengannya yang memang sudah terpatri sejak masih kecil. Itu sebabnya talenta yang dimiliki oleh Kim Soo Hyun banyak. Dia bisa jadi pemain teather, main film/drama, nyanyi, main alat musik, dan modeling.
Aku sendiri, pertama kali lihat penampilan dia waktu dia main film Dream High. Pandangan pertama, aku langsung sukaaaaa sama dia. Nyari-nyari lagunya, koleksi, lalu mulai ngumpulin fotonya. Hahahaha.. Gaje emang. Makanya lantas menghentikan kegilaan itu.
Lantas puasa untuk tidak melihat Kim Soo Hyun lagi.
Eh... lantas mengikuti kembali drama korea The Moon That Embraces the sun...
Aduh.
kacau
karena aku lantas jadi suka lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Ngumpulin lagunya lagi. Dengerin saat lagi ngetik.
Lalu... mencoba untuk menjauhi lagi agar tidak terlalu suka lagi
Eh... nonton lagi drama You Who Came From The Stars
Lantas suka lagiiiii
kacau
kacau
sepertinya kejadian ini akan terus berulang. Jadi... ya sudahlah.
Nah... ini dia salah satu lagu yang bikin kebat kebit gak karuan pas nontonnya (hehehehe). Aku ambil dari You TUbe:
Selamat menikmati....
Because I Love You
Jumat, 23 Januari 2015
Tanpa terasa, alhamdulillah usia pernikahanku sudah mencapai 21 tahun. Kebetulan, aku dan suami termasuk pasangan suami istri yang tidak pernah mengadakan acara syukuran secara spesial untuk merayakan "happy anniversary" kami.
Tapi.... ketika pagi di hari pengulangan akad nikah itu datang, biasanya aku dan suami saling pandang lalu menatap anak-anak yang kini sudah tumbuh besar.
Alhamdulillah, si sulung sudah mencapai tingkat akhir masa perkuliahannya.
Yang tengah sudah masuk SMA dan kami masih punya anak bungsu yang masih SD (jadi masih punya teman bermain di rumah ketika anak yang lebih besar sudah mulai asyik dengan teman-teman dan kegiatan mereka).
"Mas... alhamdulillah... sudah 21 tahun." (aku, melirik suami sambil senyum-senyum. Si sulung melihat aku yang pandang-pandangan dengan suami nyeletuk usil:)
"Apaan sih 21 tahun?"
"Usia pernikahan ibu sama ayah."
"O." (lalu dia kembali sibuk dengan persiapan untuk ke kampusnya).
"Maksudnya apa sih?" (ini si bungsu yang pingin ikut-ikutan)
"Usia pernikahan ibu sama ayah sudah 21 tahun."
"Maksudnya apa?" (tetap memasang wajah polos)
"Maksudnya, ini hari ulang tahun pernikahan ibu sama ayah yang ke 21."
"Nggak ngerti aku."
"Jadi... 21 tahun yang lalu, ibu sama ayah kan gak kenal awalnya. Terus nikah sebelum akhirnya melahirkan kamu-kamu. Nah.. kejadiannya 21 tahun yang lalu."
"Oo... jadi ibu lahir 21 tahun yang lalu?" (mulai senyap.... jika.... hanya jika... tatapan mataku mengeluarkan sinar laser... sudah pasti yang bertanya ini sudah aku laser)
sabar...
sabar...
"Nggak nak. Waktu nikah usia ibu 23 tahun. Ayah 30 tahun. Nah, waktu usia ibu 23 dan ayah 30, eh.. ibu sama ayah nikah deh.... tradammm.... nahhh... kejadian pernikahan itu sudah 23 tahun yang lalu."
"Loh? Katanya ini ulang tahun yang ke 21.. kenapa 23 tahun yang lalu?"
"Iyaaaa... ibu kesel abis ditanya mulu jadi salah ngomong deh."
(lalu si bungsu senyam-senyum gak jelas. Jangan-jangan dia cuma ngetes kesabaranku saja ya?)
"Sabar... bu... sabar. Kalau ibu gak kuat, ibu bisa melambaikan tangan ke atas." (komen si tengah yang asli gak jelas).
Akhirnya.... pembicaraan yang semula direncanakan untuk menjadi sebuah pembicaraan yang romantis... berantakan gara-gara ulah anak-anakku yang iseng.
Ya sudah... lupakan.
Aku pun lalu kembali pada kegiatan rutin seperti biasa... mengantar anak-anak sekolah, beresin tempat tidur, mengumpulkan cucian, ngerapihin letak-letak aneka benda di atas meja... dan suamiku sibuk dengan bebenah isi tas untuk bekerjanya sambil mengutak atik notebook untuk memutar sebuah lagu. Lagu itu disambungkannya ke speaker.... jadi suaranya cukup besar meski dari sebuah notebook.
Aku abai dengan lagu yang dia putarkan. Masih sibuk dengan acara bebenah rumah. Hingga datang pertanyaan dari suamiku:
"De.. inget gak, 25 tahun yang lalu, aku pernah ngasih kamu lagu ini."
Okeh. Stop semua kegiatan.
Dengan seksama aku mendengar lagu yang diputar dari notebook suamiku. Payahnya, ingatanku tidak tergali.
"Nggak inget."
"Aku pernah ngasih lagu ini. Aku rekam di kaset yang aku kasih ke kamu." (okeh... kami adalah generasi 80-an... jadi, jika suka dengan sebuah lagu kita bisa merekamnya dengan menggunakan tape recorder dan hasilnya bisa didengar di kaset).
"Oh ... yang foto sampulnya foto aku ya?" (kembang kempis.... hehehe... dulu sebelum menikah, suamiku ini senang sekali mengambil gambarku secara candid. Nah... fotonya dicetak terus dijadikan sampul kaset kompilasi yang dia buat dengan cara merekam di tape recorder.... it's so eighties ya?)
"Iya... benar."
Jadilah aku bebenah rumah sambil mendengar lagu "because I Love You" yang dinyanyikan oleh Shakin Steven.
Ketika mendengar jalinan lirik-liriknya... hmmm... diam-diam aku GR, sodara-sodara.
(jujur saja ya... Suamiku bukan tipe suami romantis. Tapi... jika dia sedang ingin romantis... hmm... malah bikin aku terhege-hege meleleh karena GR berat (sayang: kejadian ini sama langkanya dengan kedatangan planet mars yang mendekati bumi).
Ini dia lagu dan liriknya.
Tapi.... ketika pagi di hari pengulangan akad nikah itu datang, biasanya aku dan suami saling pandang lalu menatap anak-anak yang kini sudah tumbuh besar.
Alhamdulillah, si sulung sudah mencapai tingkat akhir masa perkuliahannya.
Yang tengah sudah masuk SMA dan kami masih punya anak bungsu yang masih SD (jadi masih punya teman bermain di rumah ketika anak yang lebih besar sudah mulai asyik dengan teman-teman dan kegiatan mereka).
"Mas... alhamdulillah... sudah 21 tahun." (aku, melirik suami sambil senyum-senyum. Si sulung melihat aku yang pandang-pandangan dengan suami nyeletuk usil:)
"Apaan sih 21 tahun?"
"Usia pernikahan ibu sama ayah."
"O." (lalu dia kembali sibuk dengan persiapan untuk ke kampusnya).
"Maksudnya apa sih?" (ini si bungsu yang pingin ikut-ikutan)
"Usia pernikahan ibu sama ayah sudah 21 tahun."
"Maksudnya apa?" (tetap memasang wajah polos)
"Maksudnya, ini hari ulang tahun pernikahan ibu sama ayah yang ke 21."
"Nggak ngerti aku."
"Jadi... 21 tahun yang lalu, ibu sama ayah kan gak kenal awalnya. Terus nikah sebelum akhirnya melahirkan kamu-kamu. Nah.. kejadiannya 21 tahun yang lalu."
"Oo... jadi ibu lahir 21 tahun yang lalu?" (mulai senyap.... jika.... hanya jika... tatapan mataku mengeluarkan sinar laser... sudah pasti yang bertanya ini sudah aku laser)
sabar...
sabar...
"Nggak nak. Waktu nikah usia ibu 23 tahun. Ayah 30 tahun. Nah, waktu usia ibu 23 dan ayah 30, eh.. ibu sama ayah nikah deh.... tradammm.... nahhh... kejadian pernikahan itu sudah 23 tahun yang lalu."
"Loh? Katanya ini ulang tahun yang ke 21.. kenapa 23 tahun yang lalu?"
"Iyaaaa... ibu kesel abis ditanya mulu jadi salah ngomong deh."
(lalu si bungsu senyam-senyum gak jelas. Jangan-jangan dia cuma ngetes kesabaranku saja ya?)
"Sabar... bu... sabar. Kalau ibu gak kuat, ibu bisa melambaikan tangan ke atas." (komen si tengah yang asli gak jelas).
Akhirnya.... pembicaraan yang semula direncanakan untuk menjadi sebuah pembicaraan yang romantis... berantakan gara-gara ulah anak-anakku yang iseng.
Ya sudah... lupakan.
Aku pun lalu kembali pada kegiatan rutin seperti biasa... mengantar anak-anak sekolah, beresin tempat tidur, mengumpulkan cucian, ngerapihin letak-letak aneka benda di atas meja... dan suamiku sibuk dengan bebenah isi tas untuk bekerjanya sambil mengutak atik notebook untuk memutar sebuah lagu. Lagu itu disambungkannya ke speaker.... jadi suaranya cukup besar meski dari sebuah notebook.
Aku abai dengan lagu yang dia putarkan. Masih sibuk dengan acara bebenah rumah. Hingga datang pertanyaan dari suamiku:
"De.. inget gak, 25 tahun yang lalu, aku pernah ngasih kamu lagu ini."
Okeh. Stop semua kegiatan.
Dengan seksama aku mendengar lagu yang diputar dari notebook suamiku. Payahnya, ingatanku tidak tergali.
"Nggak inget."
"Aku pernah ngasih lagu ini. Aku rekam di kaset yang aku kasih ke kamu." (okeh... kami adalah generasi 80-an... jadi, jika suka dengan sebuah lagu kita bisa merekamnya dengan menggunakan tape recorder dan hasilnya bisa didengar di kaset).
"Oh ... yang foto sampulnya foto aku ya?" (kembang kempis.... hehehe... dulu sebelum menikah, suamiku ini senang sekali mengambil gambarku secara candid. Nah... fotonya dicetak terus dijadikan sampul kaset kompilasi yang dia buat dengan cara merekam di tape recorder.... it's so eighties ya?)
"Iya... benar."
Jadilah aku bebenah rumah sambil mendengar lagu "because I Love You" yang dinyanyikan oleh Shakin Steven.
Ketika mendengar jalinan lirik-liriknya... hmmm... diam-diam aku GR, sodara-sodara.
(jujur saja ya... Suamiku bukan tipe suami romantis. Tapi... jika dia sedang ingin romantis... hmm... malah bikin aku terhege-hege meleleh karena GR berat (sayang: kejadian ini sama langkanya dengan kedatangan planet mars yang mendekati bumi).
Ini dia lagu dan liriknya.
Curhat tentang Kurikulum 2013 dan Apresiasi Pembaca Facebook
[Parenting] Semua berawal dari kemasygulanku karena membaca berita bahwa Mendikdasmen berencana untuk membekukan Kurikulum 2013 dan rencana dia untuk kembali ke kurikulum KTSP 2006.
Hmm... Aku kurang setuju dengan KTSP 2006. Aku lebih suka Kurtilas (singkatan dari Kurikulum 2013). Jadi gimana dong?
Akhirnya, aku pun menulis status panjang di facebook. Sebelumnya, aku belum pernah menulis status panjang-panjang di facebook. Tapi, aku benar-benar tidak tahu lagi kemana harus menyuarakan keberatanku dengan rencana pak menteri Anis Baswedan tersebut. Jadilah aku menulis statusku tersebut. Nulisnya juga pake hape... (bayangkan, nulis dihape dan nulisnya panjang. Tapi karena dah niat jadi bisa).
Hmm... Aku kurang setuju dengan KTSP 2006. Aku lebih suka Kurtilas (singkatan dari Kurikulum 2013). Jadi gimana dong?
Akhirnya, aku pun menulis status panjang di facebook. Sebelumnya, aku belum pernah menulis status panjang-panjang di facebook. Tapi, aku benar-benar tidak tahu lagi kemana harus menyuarakan keberatanku dengan rencana pak menteri Anis Baswedan tersebut. Jadilah aku menulis statusku tersebut. Nulisnya juga pake hape... (bayangkan, nulis dihape dan nulisnya panjang. Tapi karena dah niat jadi bisa).
Evaluasi Resolusi 2014 : GUE NGGAK SEMPURNA, MAS"
Rabu, 31 Desember 2014
[Catatan Akhir Tahun] Selama beberapa tahun belakangan ini, aku selalu menulis dalam daftar resolusi awal tahunku bahwa aku ingin belajar memetik gitar. Bahkan, saking pinginnya bisa main gitar aku sampai-sampai mengkhayal udah jago beneran. Nah... karena udah jago main gitar, gak salah kan kalau nulis daftar lagu yang mau dimainkan. Daftarnya bisa dilihat di tulisanku yang berjudul To run my own playlist.Terus, khayalanku bahkan sampai jauhhhhh.... yaitu sampai mengkhayal jika saja bisa mengisi sebuah acara di atas panggung.
Pelangi Setelah Hujan
Selasa, 30 Desember 2014
Hujan yang menurunkan bulir air yang indah pun; akhirnya menjadi sesuatu yang tidak lagi diinginkan.
Tapi aku termasuk orang yang tetap setia menyukai hujan.
Aku percaya, bahwa ketika hujan turun ke bumi, itu adalah kesempatan untuk memanjatkan doa. Karena janji Allah akan doa yang akan dikabulkan di saat hujan turun membasahi bumi.
Itu sebabnya aku tetap setia mencintai hujan.
Dan merindukannya ketika cuaca panas datang menerjang.
Tanah merekah.
Daun kering kian bertumpuk dan ranting banyak yang rapuh karena kekurangan air.
Kenangan Blue Moon
[Parenting] Apakah orang tua harus sempurna? Tidak juga. Justru orang tua yang terlalu sempurna malah membuat hubungan antara anak dan orang tua menjadi berjarak.
Orang tua kan juga manusia biasa. Bisa lupa, bisa lalai. Yang penting adalah, bagaimana caranya kita sebagai orang tua mencari jalan agar semua kekurangan dan kelemahan bisa terus diperbaiki. Dengan begitu, secara otomatis anak juga belajar bagaimana caranya mengatasi kekurangan dan kelemahan yang mereka miliki.
Lah... orang tuanya aja mau berusaha masa yang muda-muda tidak mau? setuju nggak.
Orang tua kan juga manusia biasa. Bisa lupa, bisa lalai. Yang penting adalah, bagaimana caranya kita sebagai orang tua mencari jalan agar semua kekurangan dan kelemahan bisa terus diperbaiki. Dengan begitu, secara otomatis anak juga belajar bagaimana caranya mengatasi kekurangan dan kelemahan yang mereka miliki.
Lah... orang tuanya aja mau berusaha masa yang muda-muda tidak mau? setuju nggak.
Langganan:
Komentar (Atom)









