Ternyata Hello Kitty itu Punya Keluarga

Bulan lalu, seorang temanku di group Whats App "Emak Ceria" mengadakan syukuran karna dia terpilih masuk nominasi pemenang Aqua tahun ini. Yupe, dialah mak Grace Melia.  Nah, ceritanya khusus di group w-a ini, mak Ges (yang sering disebut sebagai anak ketemu gede sama aku karena kami punya wajah yang mirip... xixixixi jadi serasa kayak ibu dan anak), ngadain kuis. Bunyi kuisnya kocak.... dan berhubung waktu itu aku lagi gak ada kerjaan jadi aku ikutan deh... nyaris semua anggota emak ceria bisa jawab, jadi pemenangnya dengan sistem undian kayak arisan gitu. Hasilnya: aku menang...  YEAAAHHH.... aku dapat pulsa gratis deh dari mak Ges (makasihhh)

Ini bunyi kuis kocaknya:

Nah... itu yang pertama kali jawab aku loh... hehehehe...

Gara-gara kuis ini aku jadi tahu bahwa ternyata Hello Kitty itu Punya Keluarga.
Ya Ampun.... aku gak pernah merhatiin... aku pikir selama ini itu cuma ada satu Hello Kitty tapi gonta-ganti kostum doang... hahahaha...ternyata emang mereka satu keluarga. Ini nih keluarga Hello Kitty:


Siapa saja mereka itu? Ini dia silsilah keluarga White (White ini nama family keluarga Hello Kitty. Nama asli Hello KItty itu: Kitty White)



Nah.... Jadi, hello Kitty itu punya saudara kembar namanya Mimmy.





Nah....keluarga mereka ternyata masih lengkap; jadi ada ayah ibu kakek dan nenek segala.

ini kakeknya

ini neneknya


Dan... karena si Kitty sekarang sudah besar.. jadi dia sudah punya pacar loh. Namanya Daniel Star.


Bahkan, ternyata Keluarga Hello KItty punya binatang peliharaan juga loh. Benar-benar keluarga sempurna.

ini hamster peliharaan Kitty, namanya sugar, dikasih sama Daniel.

ini adiknya kucing pelihraan kitty, namanya Honey

dan ini peliharaannya Kitty, namanya Charmmy, Dia kucing persia
Waaaahhh... gara-gara ikut kuisnya mak Ges, aku jadi tahu tentang Hello KItty. hahahahaha....

Balitaku Balita Bahagia Insya Allah

Alhamdulillah, 10 bulan setelah terpisah dengan suamiku (terhitung ketika aku hamil 4 bulan; yaitu ketika suamiku berangkat ke Sydney untuk melanjutkan studynya), aku akhirnya berangkat juga ke Sydney untuk menyusul suamiku. Sebagai mahasiswa beasiswa, memang ada peraturan bahwa jika keberadaan mahasiswa yang bersangkutan belum genap satu tahun, maka jika istrinya melakukan persalinan maka biaya tidak ditanggung oleh pemberi beasiswa alias suruh bayar sendiri. hohoho, mahal judulnya. Jadi, komprominya adalah (karena aku hamil tidak lama setelah kami menikah padahal suamiku berangkat ke Sydney di bulan ke 5 setelah menikah) maka aku melahirkan dulu, nanti baru menyusul.

Begitu kami bertemu di bulan Maret 1995 itu.... kangennya sudah menumpuk tinggi sekali.
Terlebih, sejak putraku lahir, suamiku belum pernah melihatnya kecuali hanya melihat di lembar photo-photo cetak (belum musim photo digital soalnya)  yang aku kirimkan lewat pos udara saja (dulu belum ada live streaming atau internet yang memungkinkan untuk video call dan chat). Suamiku benar-benar surprised melihat putranya yang ganteng dan sehat.

ini dia ketika ayah dan anak bertemu. Eh tapi ini setelah putraku sudah bisa berjalan sih. Ketika mereka berdua  bertemu, usia putraku baru 4,5 bulan


 Dan mungkin ini yang disebut dengan bonding antara orang tua dan anak. Meski mereka berdua baru saja bertemu tapi mereka berdua langsung bisa saling mengenal satu sama lain. Jadi tidak ada adegan saling menolak karena belum saling kenal. 

Di Sydney, aku mengasuh putraku ini tanpa pembantu (la iya lah... suamiku kan masih mahasiswa; meski dia kuliah untuk mengambil S3 sekalipun. Sayang duitnya ah kalau harus bayar baby sitter.. hehehe, *otak pelit mulai bereaksi). Di sana gak ada saudara (eh ada sih.. tapi jauhhhhh tinggalnya, di Cronulla sana; jadi nggak mungkin nitip-nitip sama mereka). Tapi karena mengasuh sendiri kami jadi dekat satu sama lain. Saling mengerti kesulitan satu sama lain dan saling membantu otomatis satu sama lain.

Kebaikan dari mengasuh anak tanpa pembantu itu menurutku sih:
1. Anak jadi lebih cepat mandiri. Ini mungkin karena aku tidak memanjakan dia. Tidak bisa nangis sedikit-gendong-nangis sedikit-gendong. Waaaaa... bisa rontok tenagaku. Jadilah anak-anakku
2. Anak tumbuh jadi pribadi yang tidak cengeng. hehehe... mau cengeng gimana kalau ibunya gak ada waktu buat ngebujuk-bujuk dia. Jadi... semua harus jelas. Mau apa bilang. Nggak mau ya bilang juga. Itu sebabnya anakku...
3. Anak yang terbuka dan mau menerima perbedaan atau kenyataan pahit. Sejak kecil mereka sudah aku ajarkan, bahwa tidak semua yang mereka inginkan di dunia ini bisa mereka dapatkan. Bisa sih dapat, asal mereka mau berusaha terlebih dahulu. Ternyata, ajaran sepele ini malah membuat ...
4. Anak tumbuh menjadi figur yang mau berusaha; tidak gengsi jika harus bekerja; dan tidak malu jika ternyata tidak punya atau tidak bisa mendapatkannya. Mungkin ini akibat dari segala sesuatuya harus dikerjakan sendiri ya. Jadi mereka tahu pasti kesulitan yang akan dihadapi dan kenyataan jika ternyata hasil pekerjaannya tidak maksimal. Juga kenyataan bahwa ada faktor lain di luar kehendak mereka jika ternyata kita sudah berusaha semaksimal mungkin tapi hasilnya tetap dinilai oleh orang lain kurang (hehehhe; ini nih.. harus berterima kasih pada orang-orang yang mampir ke rumah dan tidak lupa berkomentar: "Rumah lo berantakan banget sih."... wuih, dia nggak tahu bahwa sebelumnya kami semua sudah berusaha menata semaksimal mungkin rumah kami agar bisa lebih rapi dan nyaman sebelum dia datang). 

ini Ibam yang setiap hari aku masukkan ke dalam pagar kotak seluas 1 x 1,5 meter. Dia waktu itu baru bisa merangkak lalu berdiri. Karena ruang lingkupnya dibatasi maka dia tidak bisa kemana-mana selain berada dalam pagar kotak ini. Jadi aku pun bisa melakukan berbagai aktifitas membereskan rumah dan menulis atau menyeterika atau mengerjakan PR. Iya, dulu aku ikut kursus2 gitu deh jadi suka dapat PR. Ibam anteng disini karna bisa tetap melihat aku beraktifitas.
Untuk mendidik anak agar bisa mandiri dan tidak cengeng itu sebenarnya sederhana saja menurutku. Yaitu dengan membuatnya merasa nyaman dan aman berada di lingkungan yang dia kenal. Meski demikian, kita sebagai orang tua tetap harus memenuhi semua kebutuhan yang sesuai dengan usia perkembangannya.

Nah.... ini Ibam yang sudah mulai bisa bermain sendirian. Kadang, dia sampai tertidur di depan kotak mainannya. 

Apa saja kebutuhan seorang Balita agar tetap merasa aman dan nyaman sehingga membuat dia insya Allah bahagia?

1. Usahakan untuk mengurangi kata "jangan" padanya. Biarkan dia bereksplorasi sepuasnya. Tapi, tetap diarahkan ke arah yang benar. Dengan begitu dia menjadi lebih percaya diri.
2. Jangan sodorkan berbagai macam harapan dan tuntutan padanya. Seperti: "Kamu tuh harusnya begini dong... gimana sih?"... nah.... ini nih yang harus dilarang. Nanti balita kita jadi merasa tertekan dan tidak percaya diri. Atau bahkan jadi menutup diri untuk berusaha kembali.
3. Jangan pernah menakuti balita sesuatu yang membuat mereka membayangkannya menjadi sosok yang menyeramkan. Seperrti: "Ih, jangan kesitu.. ada hantu loh."... atau.... "sstt, jangan berisik. Nanti ditangkep polisi loh."... atau... "ih, tuh ada Pak RT... ada Pak RT... udah, diem, jangan nangis terus."
4. Katakan terus terang kondisi keuangan kita pada mereka dengan  bahasa mereka jika kita tidak bisa memenuhi permintaan mereka. 
nah... loh. Gimana tuh? hehehe... entah ya, tapi aku tidak pernah berbohong pada anak-anakku. Jika mereka ingin mainan dan aku tidak punya uang maka aku katakan pada mereka bahwa aku tidak punya uang. Tapi jika aku punya uang ya aku tawarkan mereka barangkali mereka masih menginginkan barang yang dahulu mereka tunjuk (penekanannya pada penawaran jika mereka masih butuh atau tidak. Jadi, tidak langsung membelikannya ketika ada uang, tapi mengajak mereka berpikir apakah mereka memang butuh barang tersebut atau tidak? Jika tetap ingin ya sudah beli; tapi kalau sudah gak mau ya gak usah dipaksa).
5. Ajak mereka untuk bergaul dengan banyak orang; perkenalkan mereka dengan banyak pengalaman lewat berbagai aktifitas.
Yang terakhir ini, usahakan jangan mengajak mereka dengan keterpaksaan. Dan usahakan kita menjadi orang pertama dimana mereka bisa memperlihatkan ekspresi apapun pada kita.

Ini foto Arna ketika baru berusia belum setahun. Karena bersyukur dikaruniai anak perempuan maka aku pun berjilbab (eh, ini emang nazar sih; bahwa kalau punya anak perempuana aku akan mengenakan jilbab). Suamiku bahagia banget ketika tahu aku hamil anak perempuan.

Nah, ini Hawna putri ketigaku. Sejak kecil, girly sekali. Senangnya warna Pink... saking senang banget sama warna Pink, kadang dia seperti tidak pernah ganti baju dan barang-barang dia mirip-mirip semua. Akhirnya, kami mengeluarkan sebuah peraturan. Dia harus mengubah kecenderungannya untuk memilih warna pink jika tidak kami tidak akan membelikan dia apapun. Sejak itu dia jadi suka warna Ungu. Awalnya Ungu muda, tapi sekarang semua warna ungu dia suka. (hahahaha, sebelas dua belas sebenarnya pink dan ungu itu)

masih hawna; yang jika merasa senang sering melet lidahnya.

Nah... itu pengalamanku ketika mengasuh balita-balitaku agar menjadi balita yang bahagia dan mandiri. Bagaimana cerita pengalamanmu teman?

-----------------------------------
 " Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away "Saat Tumbuh Kembang Balitaku Balitamu"

Semua Istri Baik, Hanya....

[Pernikahan] Tiga hari yang lalu, aku dan suami berdua makan di sebuah rumah makan Soto. Sejak anak-anak beranjak besar, dari pagi hingga siang aku dan suamiku memang seperti orang pacaran saja. Berdua terus kemana-mana. Setelah mengantar anak-anak sekolah, kami berdua joging di taman berdua. Setelah mencari sarapan. Sesekali belanja. Dan kegiatan yang tidak pernah lupa adalah mengobrol. Aku dan suami memang sejak pertama kali kenal dahulu senang ngobrol. Ada saja yang kami perbincangkan.

Kebetulan, di depanku ada segerombolan ibu-ibu yang juga sedang makan soto. Mereka ramai sekali. Saling bersenda gurau dan melemparkan seloroh.

"Mereka temanmu, De?"
"Hmm... bukan sih."

Belanja di Toko Online? Aku banget tuh



[Lifestyle] Kegiatan jual beli dimana pembeli dan penjual saling melakukan tatap muka dan berlanjut pada terjadinya transaksi jual beli, adalah kegiatan pasar yang umum terjadi. Seiring dengan perkembangan yang melesat di dunia telekomunikasi, kegiatan jual beli tatap muka ini mulai mengalami perkembangan juga. Kesibukan pembeli untuk melakukan transaksi langsung membuat penjual melakukan inovasi dalam menjual barang atau jasa mereka. Salah satu inovasi yang dilakukan oleh para penjual adalah menghadirkan barang atau jasa tersebut di hadapan pembeli tanpa si pembeli harus beranjak dari bangkunya. Dengan demikian, pembeli tidak perlu berlelah-lelah meluangkan waktu dan tenaga untuk datang ke toko atau pasar. Tapi, penjuallah yang akan menyajikan barang dagangan atau jasa yang dibutuhkan di hadapan mereka. 

Black and White Photo

Dua pekan lalu, secara tidak sengaja aku melihat status dari temanku Ria Rochma yang menampilkan foto hitam putih. Sebenarnya, status Ria Rochma itu adalah relay dari status Instagramnya. Diberi hashtag #BWChallenge, selama 5 hari berikutnya aku jadi penasaran sebenarnya itu challenge apa?
Akhirnya, setelah 5 hari barulah Ria Rochma memberitahuku bahwa itu adalah sebuah event tanpa hadiah kecuali kesenangan saja untuk mengisi alias meng-update akun instagram dengan parade foto hitam putih.

Wah.... Aku tertarik dong.
Kebetulan akun instagramku juga mulai megap-megap minta di-update .. hehehehe.
Jadi... dengan suka cita aku pun ikut challenge ini. Bahwasanya event ini tidak memberikan hadiah... ahhh.... ada banyak kesenangan dalam hidup ini yang muncul tidak disertai dengan hadiah kan?

Nah... ini dia beberapa hasil foto hitam putih alias Black and White Photo-ku.








Teratai Putih

Kelebihan kita sebagai orang tua dari anak-anak kita itu sebenarnya cuma satu: kita sudah terlebih dahulu menemukan dan mengalami sebuah pengalaman hidup. Itu sebabnya ada ungkapan yang mengatakan bahwa orang tua itu sudah terlebih dahulu merasakan asam-garam kehidupan.

Aku rasa, disinilah betapa Allah begitu sayang pada makhluk ciptaanNya. Pada tiap-tiap makhluk, Allah memberi pengetahuan secara perlahan-lahan. Pengetahuan inilah yang kelak akan diwariskan pada generasi berikutnya. Yaitu pada anak-anak kita yang lahir kemudian. Tidak terkecuali putra-putriku.

Aku dan suami setiap pagi rajin olahraga mengitari sebuah taman di daerah Tebet. Taman ini memang diperuntukkan untuk jalur hijau dan paru-paru kota Jakarta. Pohon-pohonnya rindang dan ada sebuah kolam yang cukup panjang disana. Di atas kolam tersebut tumbuh tanaman teratai.

Bagiku dan suamiku semua keberadaan yang ada di taman Bibit Tebet ini biasa saja. Pemandangan yang sudah amat biasa aku lihat dalam keseharian. Begitu biasa sehingga aku tidak menaruh perhatian dimana letak menariknya. Hanya saja taman ini memang membuat nyaman. Kadar oksigennya banyak sejauh kita melakukan olahraga jogging di sana. Pepohonannya rindang dan meneduhkan. Tapi bagi putriku hal yang biasa ini ternyata adalah sesuatu yang: luar biasa.

"Waa.... bagus banget. Itu tanaman apa bu?"
"Hmm... tanaman apa ya? Ibu juga gak begitu." (fakta sebenarnya: ibu gak pernah merhatiin itu tanaman apa. Selama ini lewat ya lewat aja)

"Enak ya jalan disini. Seru..."
"Oh ya? Iya sih... enak." (fakta sebenarnya: ibu sudah biasa banget lewat sini, jadi biasa saja sebenarnya)

"Eh... itu bunga apa? Besar banget?... Lihat yuk."
"Yang mana? Oh ... yang itu... namanya bunga teratai." (fakta sebenarnya: eh..eh.., ada bunga teratai toh disini? aih, selama ini gak pernah merhatiin. Kemenong ajeee?)

Akhirnya, berdua putri bungsuku aku baru menyadari betapa indah dan luar biasanya taman Tebet yang biasa aku lewati itu. Sambil menikmati seluruh pemandangan luar biasa tersebut, aku berusaha menjelaskan bahwa Teratai adalah salah satu tanaman yang tumbuh tanpa media tanam dari tanah.

"Jadi, dia tumbuh di atas air?"
"Iya... akarnya serabut kalau gak salah dan nyari makanan dari serpihan-serpihan makanan yang ngambang di air gitu kalau gak salah."
"Oh.... bagus ya."

Akhirnya, karena putri bungsuku ini (usianya baru 8 tahun) begitu kagum pada bunga teratai, aku pun mengabadikan beberapa gambar. Kebetulan, ada beberapa tawon di atas bunga teratai putih. Jadi, aku pun punya kesempatan untuk menjelaskan tentang penyerbukan yang terjadi dengan bantuan para lebah yang hinggap di putih dan benang sari bunga teratai.






Penampilan Lusuh Penghasilan Jutawan

Berapa penghasilan kalian semua setiap bulannya?
Ah. Pertanyaan ini kasar dan terlalu frontal ya.
Baiklah. Aku akan mengubah redaksionalnya.

Setiap pagi, pada mereka yang mengenakan celana panjang pantalon, kemeja licin dan berdasi... berapa kira-kira penghasilan mereka setiap bulannya? Ada yang bisa memberi rincian kisarannya? Aku pernah iseng-iseng bertanya pada beberapa orang dan ternyata kisaran penghasilan mereka yang mengenakan celana pantalon rapi, kemeja licin, berdasi, dan pakai minyak wangi itu, setiap bulannya memiliki penghasilan berkisar antara Rp3.000.000 (tiga juta rupiah) hingga Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah). Angka terbesar ini juga jarang sih sebenarnya. Yang terbanyak itu kisarannya di pertengahan.

Nah.... waktu salah satu anakku masih duduk di bangku Sekolah Dasar, seorang ibu yang menjadi salah satu orang tua murid teman anakku datang ke sekolah dengan tangan yang dipenuhi gelang emas hingga bunyinya bergemerincing dan kalung dengan rantai besar hingga nyaris aku menyangka dia sedang mengalungi tali tas pesta. Semuanya terbuat dari emas tuh. Dan dompetnya tebal sekali layaknya sebuah sandwich dengan irisan daging-tomat-wortel-telur yang tebal. Yupe. Duit yang diselipkan dalam dompetnya memang amat gemuk alias banyak sekali.

Ketika ibu-ibu itu datang, beberapa ibu-ibu lain mencibir padanya. Jadilah aku iseng bertanya kenapa dicibirin?
"Duh, bu Ade. Bu Ade tahu gak apa pekerjaan ibu itu?"
"Apa?"
"Dia sehari-hari bekerja sebagai pemulung!"

Hah?
Aku kaget dan terpaksa memperhatikan penampilan si ibu ini dari atas ke bawah dengan lebih seksama. Emas dan dompetnya bukan fatamorgana. Asli dan Nyata. Jadi?

"Kok dia bisa ...? Berarti dia...?"
 "Kapan-kapan, Bu Ade main deh ke rumah saya nanti lihat penampilan ibu itu sehari-hari. Seratus delapan puluh derajat banget dengan penampilan dia kalau lagi ke sekolah. Sehari-hari tuh cuma pakai sendal jepit dekil, bajunya warnanya abu-abu lusuhhh banget. Tapi duitnya... wuihhh..... di kampung, rumahnya  tuh banyak. Belum sawahnya. Makanya emasnya banyak banget. Itu aja sudah beberapa kali kecurian tapi tetap saja banyak."

Sekarang... anak saya yang itu, sudah remaja. Nah... ada anak saya yang bungsu yang sekarang duduk di SD.
Di depan sekolah SD, ada pemukiman kumuh yang ditempati oleh para pemulung. Bulan lalu, pemukiman itu kena gusur oleh PEMDA DKI karena pemukiman tersebut berdiri di atas lahan hijau. Jadi, rencananya di atas tanahnya akan dibuat taman dan paru-paru kota.

 Pasca penggusuran, seorang ibu temanku yang merasa kasihan dengan mereka yang tergusur iseng bertanya pada para korban penggusuran.

"Gimana kabarnya? Sudah dapat tempat tinggal baru?"
"Sudah bu, alhamdulillah."
"Alhamdulillah. Masih tetap ngumpul atau jadi berpencar sekarang?"
"Berpencar bu. Mau gimana lagi?
"Tapi kan yang penting sudah dapat tempat tinggal lagi? Iya nggak? Daripada nggak punya tempat tinggal?"
"Iya.... yang belum punya tempat tinggal cuma si ibu xxxx saja kok."
"Ohh.. kenapa?"
"Susah bu nyari tempat tinggal yang cocok."
"Susahnya?"
"Iya, nyarinya yang kecil aja, sederhana. Tapi ternyata tempat tinggal yang kecil dan sederhana itu tidak muat untuk nyimpen mobilnya. MObilnya ada dua soalnya. Salah satunya Pajero Sport."

Cerita temanku ini langsungn menggemparkan semua ibu-ibu yang sedang bergerombol dan semula memperlihatkan wajah prihatin.
WHAT???

"Aih... kalau sekaya itu ngapain nyari rumah yang kecil dan sederhana sih? Ya sewa rumah yang gede aja sekalian." (nada temanku mulai kesal dan sewot, tapi dijawab dengan tenang oleh lawan bicaranya)
"Ya... buat apa bu nyewa yang gede? RUmah di kampung dah banyak dan gede-gede pula. Mending gedein rumah di kampung daripada gedein rumah di kota."

AHRHHHHGGHH.... Menyebalkan!!
Bikin sewot aja.

Persembahan Sederhana

[Keluarga]  Aku punya cerita.
Waktu hamil anak ke 6 (kalo jadi semua anakku sudah 6 orang, tapi yang hidup alhamdulillah hanya 3 pada akhirnya), aku terus menerus muntah muntah. Apa saja yang aku masukkan ke dalam mulut langsung dimuntahkan lagi. Masuk sesendok makanan keluar lima sendok. Bahkan ketika tidak makan apa2 tetap saja aku muntah2. Kepala sampai pusing, badan sampai lemas. Hingga suatu hari, di rumah seorang diri dan aku terus saja muntah2. Hingga pusing, dan gemetar lapar. Tapi ketika buka kulkas, kulkasku kosong. Tidak ada makanan apa2, jangankan yang matang, yang mentah saja tidak ada. Semua orang pada pergi. Suami kerja, anak2 sekolah dan aku tidak punya pembantu memang. Akhirnya aku menangis sendirian krn utk jalan ke warung benar2 sudah tidak ada tenaga lagi. Ketika itulah tiba2 pintu rumahku diketuk orang. Ketika dibuka ternyata ada temanku disana. Dia membawakan semangkuk makanan, tempe oseng cabe hijau dengan sedikit nasi.