Berapa penghasilan kalian semua setiap bulannya?
Ah. Pertanyaan ini kasar dan terlalu frontal ya.
Baiklah. Aku akan mengubah redaksionalnya.
Setiap pagi, pada mereka yang mengenakan celana panjang pantalon, kemeja licin dan berdasi... berapa kira-kira penghasilan mereka setiap bulannya? Ada yang bisa memberi rincian kisarannya? Aku pernah iseng-iseng bertanya pada beberapa orang dan ternyata kisaran penghasilan mereka yang mengenakan celana pantalon rapi, kemeja licin, berdasi, dan pakai minyak wangi itu, setiap bulannya memiliki penghasilan berkisar antara Rp3.000.000 (tiga juta rupiah) hingga Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah). Angka terbesar ini juga jarang sih sebenarnya. Yang terbanyak itu kisarannya di pertengahan.
Nah.... waktu salah satu anakku masih duduk di bangku Sekolah Dasar, seorang ibu yang menjadi salah satu orang tua murid teman anakku datang ke sekolah dengan tangan yang dipenuhi gelang emas hingga bunyinya bergemerincing dan kalung dengan rantai besar hingga nyaris aku menyangka dia sedang mengalungi tali tas pesta. Semuanya terbuat dari emas tuh. Dan dompetnya tebal sekali layaknya sebuah sandwich dengan irisan daging-tomat-wortel-telur yang tebal. Yupe. Duit yang diselipkan dalam dompetnya memang amat gemuk alias banyak sekali.
Ketika ibu-ibu itu datang, beberapa ibu-ibu lain mencibir padanya. Jadilah aku iseng bertanya kenapa dicibirin?
"Duh, bu Ade. Bu Ade tahu gak apa pekerjaan ibu itu?"
"Apa?"
"Dia sehari-hari bekerja sebagai pemulung!"
Hah?
Aku kaget dan terpaksa memperhatikan penampilan si ibu ini dari atas ke bawah dengan lebih seksama. Emas dan dompetnya bukan fatamorgana. Asli dan Nyata. Jadi?
"Kok dia bisa ...? Berarti dia...?"
"Kapan-kapan, Bu Ade main deh ke rumah saya nanti lihat penampilan ibu itu sehari-hari. Seratus delapan puluh derajat banget dengan penampilan dia kalau lagi ke sekolah. Sehari-hari tuh cuma pakai sendal jepit dekil, bajunya warnanya abu-abu lusuhhh banget. Tapi duitnya... wuihhh..... di kampung, rumahnya tuh banyak. Belum sawahnya. Makanya emasnya banyak banget. Itu aja sudah beberapa kali kecurian tapi tetap saja banyak."
Sekarang... anak saya yang itu, sudah remaja. Nah... ada anak saya yang bungsu yang sekarang duduk di SD.
Di depan sekolah SD, ada pemukiman kumuh yang ditempati oleh para pemulung. Bulan lalu, pemukiman itu kena gusur oleh PEMDA DKI karena pemukiman tersebut berdiri di atas lahan hijau. Jadi, rencananya di atas tanahnya akan dibuat taman dan paru-paru kota.
Pasca penggusuran, seorang ibu temanku yang merasa kasihan dengan mereka yang tergusur iseng bertanya pada para korban penggusuran.
"Gimana kabarnya? Sudah dapat tempat tinggal baru?"
"Sudah bu, alhamdulillah."
"Alhamdulillah. Masih tetap ngumpul atau jadi berpencar sekarang?"
"Berpencar bu. Mau gimana lagi?
"Tapi kan yang penting sudah dapat tempat tinggal lagi? Iya nggak? Daripada nggak punya tempat tinggal?"
"Iya.... yang belum punya tempat tinggal cuma si ibu xxxx saja kok."
"Ohh.. kenapa?"
"Susah bu nyari tempat tinggal yang cocok."
"Susahnya?"
"Iya, nyarinya yang kecil aja, sederhana. Tapi ternyata tempat tinggal yang kecil dan sederhana itu tidak muat untuk nyimpen mobilnya. MObilnya ada dua soalnya. Salah satunya Pajero Sport."
Cerita temanku ini langsungn menggemparkan semua ibu-ibu yang sedang bergerombol dan semula memperlihatkan wajah prihatin.
WHAT???
"Aih... kalau sekaya itu ngapain nyari rumah yang kecil dan sederhana sih? Ya sewa rumah yang gede aja sekalian." (nada temanku mulai kesal dan sewot, tapi dijawab dengan tenang oleh lawan bicaranya)
"Ya... buat apa bu nyewa yang gede? RUmah di kampung dah banyak dan gede-gede pula. Mending gedein rumah di kampung daripada gedein rumah di kota."
AHRHHHHGGHH.... Menyebalkan!!
Bikin sewot aja.