Hawna punya tugas percobaan 2 hari untuk menjelaskan apa itu Perpindahan Kalor Konduksi, Konveksi dan Radiasi. Tugasnya diberikan Hari Senin, Hari Kamis Hawna harus presentasi di depan kelasnya membacakan apa saja yang dimaksud dengan perpindahan Kalor dan apa yang telah dia lakukan untuk mengamati proses perpindahan kalor tersebut.
Aku tulis di blog aja deh, siapa tahu ada yang punya tugas serupa, jadi tulisan ini bisa membantu (maaf jika bahasanya tidak formal karena ini bahan untuk presentasi anak kelas 4 SD)
Renovasi Rumah (2): Hal Yang Sebaiknya DIhindari
Jumat, 19 September 2014
[Lifestyle] Pada tulisan sebelumnya, aku menulis tentang hal-hal yang Harus dilakukan ketika sedang merenovasi rumah. Nah... sekarang aku ingin melanjutkan dengan menulis hal yang sebaliknya. Yaitu apa saja hal-hal yang sebaiknya dihindari ketika kita sedang membangun atau merenovasi rumah.
Nah, apa sajakah itu?
Renovasi Rumah (1): Hal Yang Harus Diperhatikan
Selasa, 16 September 2014
[Lifestye] Apakah kalian sudah mulai sering mengeluhkan hal-hal yang
beragam dari rumah yang kalian tempati? Atap bocor, mulai banyak sarang tikus,
dinding jebol, genteng yang turun, pagar yang karatan, tiang rumah yang miring,
listrik yang mulai sering padam tanpa sebab, dan sebagainya? Jika iya,
jangan-jangan itu disebabkan karena rumah kalian yang sudah waktunya untuk
direnovasi. Just like mine. hehehe.
Bangkrut!
Selasa, 09 September 2014
[Lifestyle] Aku tuh hobbi main game. Tapi, yang membedakan aku dan anak-anakku adalah: aku main buat iseng-iseng saja mengisi waktu senggang. Cuma kebetulan saja waktu senggangnya ternyata banyak, jadilah yang terlihat main terus. hehehe
Game yang suka aku mainkan adalah game yang tidak memerlukan pemikiran yang mendalam. Dan paling suka main game yang ada kesempatan aku mengatur ruangan, membangun rumah, bertani, mengatur tata kota, yaaa.. semacam itulah. Itu sebabnya game SIM'S pernah menjadi salah satu game yang aku gemari.
Aku bilang pernah kan?
Ya. Pernah.
Game yang suka aku mainkan adalah game yang tidak memerlukan pemikiran yang mendalam. Dan paling suka main game yang ada kesempatan aku mengatur ruangan, membangun rumah, bertani, mengatur tata kota, yaaa.. semacam itulah. Itu sebabnya game SIM'S pernah menjadi salah satu game yang aku gemari.
Aku bilang pernah kan?
Ya. Pernah.
Ruang Kosong dan Ruang Penuh
[Lifestyle] Sudah pernah melihat sebuah ruangan yang kosong tanpa sebuah barang pun di dalamnya? Aku pernah.
Sudah pernah melihat sebuah ruangan yang penuh sekali sehingga melihatnya jadi ikut sesak napas? Aku pernah.
Inilah kedua foto ruangan yang aku ceritakan tersebut.
Sudah pernah melihat sebuah ruangan yang penuh sekali sehingga melihatnya jadi ikut sesak napas? Aku pernah.
Inilah kedua foto ruangan yang aku ceritakan tersebut.
Resep Sambal Mangga dan Kisah di Baliknya
Sabtu, 06 September 2014
[Keluarga, Lifestyle : Kuliner] : Kemarin, sepertinya aku terkompori oleh sambal bu Sukri alias @anikkeenola. Beberapa kali nyoba masakan buatan dia terbukti enak jadi liat sambalnya asli bikin kepingin
Jadilah step by step resep sambal ibu sukri aku ikuti. Begitu udah jadi dan aku colek, wuihhhhh.... Rasanya emang enak.
Lalu tiba-tiba aku ingat almarhum ayahku.
Dulu, ayah menanam pohon mangga bacang di rumahnya. Buahnya besar dan bulat sebesar melon. Belakangan, pohon mangga ini ternyata di luar sana dikenal dengan nama Mangga Apel.
Hmm. Sebenarnya, pohon Mangga Apel ini tidak sepenuhnya ditanam oleh Ayahku. Awalnya, pohon ini ditanam di halaman rumahku. Ceritanya, aku ingin menanam tambulapot alias tanaman buah dalam pot. Benih cikal bakal pohon ini aku beli di tukang tanaman seharga Rp15.000. Murah kan. Nah, di rumah, mangga apel ini aku tanam di sebuah pot plastik ukuran besar. Seiring dengan bertambah besarnya tanaman manggaku, pot plastikku pun pecah. Lalu, aku pindahkan ke sebuah pot tanah liat. Dan, akar-akar pohon mangga apelku pun kembali merobek dinding pot tanah liatku. Tukang tanaman langgananku menyarankan agar tanaman mangga apel itu ditanam saja di tanah. Tapi.... hmm. Tanah pekarangan rumahku mini. Luasnya hanya sebesar 2 x 1,5 meter saja.
Hmm. Sebenarnya, pohon Mangga Apel ini tidak sepenuhnya ditanam oleh Ayahku. Awalnya, pohon ini ditanam di halaman rumahku. Ceritanya, aku ingin menanam tambulapot alias tanaman buah dalam pot. Benih cikal bakal pohon ini aku beli di tukang tanaman seharga Rp15.000. Murah kan. Nah, di rumah, mangga apel ini aku tanam di sebuah pot plastik ukuran besar. Seiring dengan bertambah besarnya tanaman manggaku, pot plastikku pun pecah. Lalu, aku pindahkan ke sebuah pot tanah liat. Dan, akar-akar pohon mangga apelku pun kembali merobek dinding pot tanah liatku. Tukang tanaman langgananku menyarankan agar tanaman mangga apel itu ditanam saja di tanah. Tapi.... hmm. Tanah pekarangan rumahku mini. Luasnya hanya sebesar 2 x 1,5 meter saja.
Mencegah lebih murah daripada mengobati
Sabtu, 30 Agustus 2014
[Keluarga] Setiap hari, tugas utamaku adalah mengantar dan menjemput anak pergi dan pulang sekolah. Jalan kaki dan naik turun tangga penyeberangan untuk melewati jalan tol dalam kota sepertinya menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari. Meski melakukannya setiap pagi dan siang (yaitu ketika mengantar dan menjemput anak sekolah), setiap kali melewati tangga penyeberangan tersebut, napasku selalu tersengal-sengal. Satu-satunya cara agar aktifitas bisa terus berjalan meski nafas tersengal-sengal adalah dengan cara mengatur keluar masuk udara dari mulut dan hidung sedemikian rupa. Tapi, tetap saja ini amat menggangguku. Lagipula, penasaran juga aku. "Ada apa sebenarnya? Kenapa aku selalu tersengal-sengal?"
Liburanku: Think Big?
Minggu, 24 Agustus 2014
Ada sebuah nasehat dari seorang teman padaku. Katanya: "Diet itu cuma memerlukan satu hal saja sebenarnya: disiplin. Dimana saja, kapan saja, tetap harus disiplin dengan menu diet yang sedang kita jalani. Maka, kesuksesan diet itu pun akan bekerja dengan baik."
Disiplin.
Cuma satu kata padahal.
Terdengar sederhana ya. Tapi sumpah deh: susaaaaaahh dikerjakannya.
Apalagi ketika musim liburan tiba.
Waduh.
Berbeda dengan porsi makanan ketika kita berlibur ke seluruh wilayah Indonesia. Porsi makanannya kan mini-mini tuh. Jadi sepertinya para pedagang makanan sepakat untuk memberikan sajian dimana porsi sajian tersebut akan membuat pembeli memesan porsi makanan tambahan lagi agar perutnya benar-benar terganjal. Orang-orang Indonesia memang terkenal menyukai aneka kuliner. Tempat-tempat membeli makanan dipenuhi oleh orang yang membeli sajian kuliner tidak mengenal waktu. Di luar waktu makan tempat makan kursi-kursinya dipenuhi oleh orang-orang. Tepat di waktu makan maka tidak jarang ada yang makan berdiri atau terpaksa harus berkeliling beberapa kali sebelum akhirnya bertemu dengan bangku kosong. Herannya, meski sudah kejadian berkali-kali tidak kebagian kursi atau harus antri makanan yang porsinya tidak banyak tapi harganya lumayan mahal, tetap saja tempat makanan diserbu oleh orang-orang. Itu artinya: kita semua, memang bangsa yang doyan jajan.
Tapi, jika dipikir-pikir lagi. Kenapa kita semua doyan jajan ya? Dan jika diamati lebih dalam kebiasaan jajan ini maka yang akan terlihat adalah, makanan yang dibeli itu sebenarnya cuma formalitas saja. Yang dicari oleh orang-orang kita adalah kesempatan untuk berkumpul lalu ngobrol sambil bersantai dan nyemil dikit-dikit.
Nah.
Nah.
Jika sudah begitu cocok ya berarti dengan strategi para pedagang yang menjual porsi makanan dalam jumlah yang sedikit.
Berbeda dengan kebiasaan orang Indonesia yang senang bersantai dan berkumpul untuk menghabiskan waktu dengan teman atau saudara sambil nyemil dikit-dikit, maka di luar negeri sana sepertinya budaya "waktu adalah emas" alias waktu itu amat berharga benar-benar dimiliki kesadarannya oleh masyarakatnya. Akibatnya, jika bukan waktu makan resmi (makan siang, malam atau pagi) maka tempat makanan cenderung amat sepi. Yang mampir untuk makan itu mungkin adalah turis, atau anak sekolah yang bolos, atau ibu rumah tangga yang sedang jalan-jalan atau mereka yang belum bekerja atau pekerja lepasan.
Dan karena waktu juga dipandang amat berharga, maka sekalinya waktu makan tiba maka tempat-tempat makan benar-benar diserbu. Orang-orang antri makanan, dan jika tidak kebagian bangku maka mereka mendatangi taman-taman yang terbentang lalu makan di taman.
Karena waktu amat berharga juga, maka porsi makanan yang disajikan pun menjadi besar-besar. BESAR-PADAT-DENGAN TAKARAN MENU YANG SEIMBANG-DAN HARGA YANG PAS.
Jangan pernah berpikir untuk diet ketika sedang jadi turis di negeri orang. Karena, meski kita harus menghabiskan porsi makanan yang besar-besar sekalipun, tapi semua itu dalam sekejap akan berubah jadi energi karnea sebagai turis kita akan memakainya untuk berjalan kaki ke sana kemari, mendaki tangga, menuruni tangga, mengejar bis yang selalu datang tepat waktu (jadi kalau telat dapat bisa-bisa menunggu lagi lama), memburu kereta api yang memiliki pintu stasiun yang banyak sehingga untuk mencapainya kita harus berputar-putar sejenak naik turun tangga.
Seperti ini nih porsi makanannya:
Disiplin.
Cuma satu kata padahal.
Terdengar sederhana ya. Tapi sumpah deh: susaaaaaahh dikerjakannya.
Apalagi ketika musim liburan tiba.
Waduh.
Berbeda dengan porsi makanan ketika kita berlibur ke seluruh wilayah Indonesia. Porsi makanannya kan mini-mini tuh. Jadi sepertinya para pedagang makanan sepakat untuk memberikan sajian dimana porsi sajian tersebut akan membuat pembeli memesan porsi makanan tambahan lagi agar perutnya benar-benar terganjal. Orang-orang Indonesia memang terkenal menyukai aneka kuliner. Tempat-tempat membeli makanan dipenuhi oleh orang yang membeli sajian kuliner tidak mengenal waktu. Di luar waktu makan tempat makan kursi-kursinya dipenuhi oleh orang-orang. Tepat di waktu makan maka tidak jarang ada yang makan berdiri atau terpaksa harus berkeliling beberapa kali sebelum akhirnya bertemu dengan bangku kosong. Herannya, meski sudah kejadian berkali-kali tidak kebagian kursi atau harus antri makanan yang porsinya tidak banyak tapi harganya lumayan mahal, tetap saja tempat makanan diserbu oleh orang-orang. Itu artinya: kita semua, memang bangsa yang doyan jajan.
Tapi, jika dipikir-pikir lagi. Kenapa kita semua doyan jajan ya? Dan jika diamati lebih dalam kebiasaan jajan ini maka yang akan terlihat adalah, makanan yang dibeli itu sebenarnya cuma formalitas saja. Yang dicari oleh orang-orang kita adalah kesempatan untuk berkumpul lalu ngobrol sambil bersantai dan nyemil dikit-dikit.
Nah.
Nah.
Jika sudah begitu cocok ya berarti dengan strategi para pedagang yang menjual porsi makanan dalam jumlah yang sedikit.
Berbeda dengan kebiasaan orang Indonesia yang senang bersantai dan berkumpul untuk menghabiskan waktu dengan teman atau saudara sambil nyemil dikit-dikit, maka di luar negeri sana sepertinya budaya "waktu adalah emas" alias waktu itu amat berharga benar-benar dimiliki kesadarannya oleh masyarakatnya. Akibatnya, jika bukan waktu makan resmi (makan siang, malam atau pagi) maka tempat makanan cenderung amat sepi. Yang mampir untuk makan itu mungkin adalah turis, atau anak sekolah yang bolos, atau ibu rumah tangga yang sedang jalan-jalan atau mereka yang belum bekerja atau pekerja lepasan.
Dan karena waktu juga dipandang amat berharga, maka sekalinya waktu makan tiba maka tempat-tempat makan benar-benar diserbu. Orang-orang antri makanan, dan jika tidak kebagian bangku maka mereka mendatangi taman-taman yang terbentang lalu makan di taman.
Karena waktu amat berharga juga, maka porsi makanan yang disajikan pun menjadi besar-besar. BESAR-PADAT-DENGAN TAKARAN MENU YANG SEIMBANG-DAN HARGA YANG PAS.
Jangan pernah berpikir untuk diet ketika sedang jadi turis di negeri orang. Karena, meski kita harus menghabiskan porsi makanan yang besar-besar sekalipun, tapi semua itu dalam sekejap akan berubah jadi energi karnea sebagai turis kita akan memakainya untuk berjalan kaki ke sana kemari, mendaki tangga, menuruni tangga, mengejar bis yang selalu datang tepat waktu (jadi kalau telat dapat bisa-bisa menunggu lagi lama), memburu kereta api yang memiliki pintu stasiun yang banyak sehingga untuk mencapainya kita harus berputar-putar sejenak naik turun tangga.
Seperti ini nih porsi makanannya:
Labels:
keluarga,
parenting,
Sepenggal Kenangan dan Harapan
Langganan:
Komentar (Atom)

.jpg)








