Main Karet YUk

Jaman digital seperti sekarang, membuat banyak anak-anak yang terpaku di depan layar tablet gadget mereka di rumah. Jemari tangan mereka amat terampil berpindah-pindah dari satu gambar ke gambar lainnya ketika bermain dengan gadget layar sentuh mereka. Tidak terkecuali anak-anakku.

Anak-anakku termasuk generasi digital. Sejak kecil mereka sudah mengenal banyak game-game digital yang tersaji di gadget. Sebut saja game melawan para zombie, atau berkebun, atau mengelola restoran, atau mengerjakan tugas-tugas salon dan sebagainya. Mereka amat familiar dengan layar sentuh. Tidak tergagap oleh tekonologi sama sekali.

Baikkah itu? Entahlah.
Tapi pagi ini, anak bungsuku bertanya padaku tentang cara membuat gelang karet yang dironce hingga panjang menyerupai tali.

"Ibu ingat nggak dulu ibu pernah nunjukin ke aku cara bikinnya? Nah.. itu bikinnya gimana sih bu? Terus buat apa talinya?"

Langsung saja aku meninggalkan pekerjaanku mengetik dan mengambil gerombolan gelang karet yang aku gantungkan di lemari untuk membungkus makanan. Meski dia amat terampil di layar sentuh, tapi untuk kegiatan motorik tradisional, anakku ini ternyata amat gagap permaian tradisional. Jadilah aku mengajarinya cara meronce karet gelang. Kegiatan ini bagus juga untuk mengajarinya gerakan motorik sederhana dan melatih konsentrasi melihat benda yang kecil.


Setelah menjadi panjang, untuk apa karetnya?

"Ini untuk main karet, Nak."
"Seperti apa?"

Astaga. Baru aku sadar bahwa ini jaman digital. hahahaha. Jadilah aku minta anak sulungku untuk memegang sisi lain dari karet dan dia aku ajari melompat tali karet tersebut. Tubuhnya kaku sekali. Beberapa kali terjatuh tapi wajahnya berbinar gembira luar biasa.
Subhanallah.
Senang melihatnya.
Rupanya sesekali menjauhi tablet dan gadget lalu beralih ke kegiatan motorik yang disuduhkan oleh permainan tradisional itu lebih membuat tubuh seorang anak bergerak. Berkembang.
Melompat.
Berlari.
Berusaha.
Jatuh tapi mencoba untuk bangkit.
Sakit tapi segera menghapusnya dengan tawa dan semangat.




hehehehe... seru juga.

Pakaian Nasional, Senjata dan Rumah Adat Propinsi di Indonesia

Ternyata putri bungsuku kemarin seharusnya mengumpulkan tugas PKN (Pendidikan Kewarganegaraan). Tapi karena dia tidak mengumpulkan maka malam ini aku bersama dia ngubek-ngubek mbah Google mencarinya. Yaitu harus membuat kliping yang berisi pakaian adat, senjata dan rumah adat semua propinsi di Indonesia.

Nih.. siapa tahu ada yang senasib denganku. hehehe. 
Urutan gambar semua pakaian adat/rumah adat/senjata tradisional di bawah ini, tidak diurut berdasarkan rangking prestasi (ya iya lah!!)






































nara sumber:



Give Away Tentang Ikhlas




Dan Kisah Solasfiana hadir lagi dalam novel LUKISAN HATI  (Oh ya, jika kalian belum memiliki novel "Yang tersimpan di sudut hati" tidak mengganggu kok jika langsung membaca novel "LUKISAN HATI" karena ceritanya bersifat mandiri meski dengan tokoh yang sama")





 Ini ceritanya aku kutip dari belakang sampul novel tersebut:
Pernahkan dalam hati kita terbesit sebuah alami oleh Dia bertanya tentang apa itu ikhlas, karena bagi Solasfiana amat sulit untuk belajar ikhlas.
"Aku takut... aku takut menjadi hamba Allah yang tidak pandai bersyukur dengan pertanyaanku itu. Tapi, sungguh pertanyaan itu selalu hadir dalam hatiku dan aku susah payah menepisnya agar hilang. Aku takut berdosa dengan pertanyaanku itu."
Ikhlas, sepertinya hal paling sulit dipelajari dalam kehidupan di atas bumi ini. Solasfiana harus belajar untuk memahami ikhlas, demi mendapatkan ketenangan hati.
Dengan bekal pelajaran ikhlas yang baru saja dipahaminya, Solasfiana kali ini harus bertemu dengan kisah cinta yang rumit. Ya, Solasfiana sudah mulai dewasa sekarang, tidak lagi seorang anak SMA. Kedewasaan berarti tuntutan semakin banyak. Salah satunya adalah desakan untuk segera menikah. Terlebih dia juga mempunyai adik perempuan yang sudah ingin cepat-cepat menikah. Ikhlaskah Solasfiana dilangkahi oleh adik perempuannya tersebut? Berhasilkah ia menemukan cinta sejatinya?
Nah.... sebagai rasa syukur karena novel LUKISAN HATI sudah terbit tanggal 7 April 2014 lalu, aku mau ngadain GIVE AWAY nih. Gampang kok caranya:

1. Tulis di blog kalian sebuah cerita ketika seseorang harus "meng-ikhlas-kan sesuatu" dalam kehidupannya agar hidupnya bisa mendapatkan ketenangan. Boleh cerita dari pengalaman sendiri, boleh juga dari pengalaman orang lain. Panjangnya terserah kalian (asal jangan bikin novel aja. Cape meriksanya aku.. hehehe). Boleh pake ilustrasi boleh juga nggak.

2. Pasang banner ini ya di bawah tulisan itu.


Jangan lupa beri keterangan di bawahnya: Tulisan ini diikut sertakan dalam GIVE AWAY TENTANG IKHLAS dan beri link yang dihubungkan dengan postingan ini.

3. Daftar tulisan kalian di kolom komentar ya seperti ini nih contohnya:
nama: ade anita
twetter: @adeanita4
nama blog: http://www.adeanita.com
URL (link postingan yang diikut sertakan dalam lomba):


Nah.. sekarang, kita ngomongin hadiahnya ya.

  • 2 Peserta dengan tulisan yang paling inspiratif menurutku, masing-masing akan mendapatkan hadiah :
1 buah novel terbaruku yang berjudul "LUKISAN HATI"

PLUS 1 buah buku tutorial hijabers, sebuah selendang dan sepasang bross cantik.

Sedangkan 5 orang pemenang lainnya, akan mendapatkan gratis 1 buah novel terbaruku yang berjudul LUKISAN HATI.




Okeh. Ditunggu ya keikut sertaan kalian. Give Away ini berakhir tanggal 21 Mei 2014. Jadi cuma sebulan saja ya man-teman. Jangan lupa untuk ikutan karena bulan JULI insya Allah saya akan mengadakan lomba resensi novel LUKISAN HATI dengan hadiah yang lebih OKE.

Pengumuman siapa yang beruntung di Give Awayku ini insya Allah aku umumkan tanggal 21 Juni 2014.

Lawan Bullying dengan Prestasi

Setelah lama tertunda karena berbagai kesibukan, aku mau melanjutkan cerita tentang anakku yang dibully di kelasnya oleh teman-temannya (ini cerita bagian pertamanya jika ada yang belum baca, http://www.adeanita.com/2014/04/tanda-tanda-anak-yang-dibully-part-1.html).

Pekan lalu, setelah memasukkan bahan kebaya untuk dijahit di tukang jahit khusus kebaya langgananku, aku dan putri remajaku naik angkot jurusan Tebet. Jalan raya sedang macet parah. Kebetulan, di pertigaan jalan dekat rumah tukang jahitku, memang sedang ada rumah yang berduka. Dari karangan bunga yang banyak berjejer di sepanjang jalan, aku tahu bahwa yang meninggal adalah bapak dari seseorang yang memiliki pangkat Presiden Direktur Bank X. Jadi tidak heran jika karangan bunga yang diberikan oleh mereka yang bersimpati berjajar sepanjang jalan. Sama banyaknya dengan jumlah mobil yang diparkir. Jadi mirip pagar bagi mobil-mobil yang diparkir tersebut. Ini yang bikin macet jalan raya. Angkot berjalan pelan sekali. Hingga tiba-tiba masuklah 2 orang anak perempuan yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Aku taksir usia mereka sekitar 9 atau 10 tahun. Mungkin baru kelas 4 atau kelas 5 SD. Sebelum naik ke dalam angkot, seorang anak.dengan tangan kanan masih menggenggam es mambo di tangannya yang sudah tinggal setengah, berteriak keras-keras ke arah teman-temannya yang tidak naik angkot.

"WOIII.... GUE PULANG DULUAN YA.. BESOK AJA KITA NGOBROL LAGI KALO MAU NGERJAIN TANTI. GUE MASIH SEBEL NIH AMA TUH ANAK."

Spontan aku dan putri remajaku saling memandang satu sama lain, lalu melempar senyum. Pelan, kudekatkan mulutku ke telinga putri remajaku.
"Ih, itu anak. Mau ngerjain anak lain aja sampai harus janjian buat meeting dulu."

Di dalam angkot, anak perempuan itu lalu berbicara lagi pada temannya yang duduk di angkot mengapa dia perlu mengerjai orang yang bernama Tanti dan alasan bahwa itu sesuatu yang perlu.

"Gue sebel. Dia tuh suka sama Hello Kitty-nya kebangetan. Bayangin, mulai dari saputangan, pinsil, penghapus, sampai kaus kaki, semuanya sama semua. Hello Kitty semua. Ih, sakit mata gue ngeliatnya." (ini kata si anak yang megang es mambo tadi)

"Ya mau gimana lagi. Namanya juga dia emang hobbi Hello Kitty." (kata temannya yang terus menerus memandang ke luar jendela)

"Ah.. gak gitu-gitu amat kali. Gue juga suka kok sama Tinker Bell. Tapi gue mau make apa aja." (si anak dengan es mambo)

"Yaa.. kenapa mbaknya gak kayak gitu aja. Milih yang mbak suka aja." (kata pembantu yang megangin tas anak yang terus-terusan memandang ke luar jendela).

"Mana bisa. Bapakku gak punya uang. Banyak keperluan lain." (si yang megang es mambo suaranya mulai melemah).."Makanya aku sebel liat Tanti. Dia kayaknya mau pamer deh. Bikin kesel dan bikin sebel. Pokoknya besok harus dikerjain tuh orang. Anak-anak lain dah pada sepakat. Kalo dia nggak mau nurut ama kita-kita, dia gak bakalan ditemenin."

Aku dan  putri remajaku terperajat mendengar pernyataan si yang megang es mambo ini. Kami berdua saling memandang satu sama lain, dan satu buah nama langsung teringat di benak kami masing-masing: HAWNA. Anak bungsuku dan adik putri remajaku. Di saat yang bersamaan, si yang megang es mambo berteriak pada supir angkot karena tujuannya sudah sampai dan dia pun turun bersama dengan teman-temannya.
Angkot sepi.
Cuma ada supir di depan, dan aku dan putri remajaku di kursi belakang.
Hening.
Setelah membuang desah, aku pun menyentuh punggung tangan putri remajaku.

"Berarti selama ini, Hawna itu dibully karena teman-temannya pada ngiri sama dia."




Putri bungsuku yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 3 itu memang seorang penggemar tokoh Princess. Semua tokoh Princess di Disney dia suka. Dan diantara semua Princess, maka tokoh yang paling dia gemari adalah Sofia dan Ariel (si putri duyung). Karena dia seorang penggemar Princess, maka jika diajak memilih barang, maka barang yang dia pilih pasti ada bau-bau Princessnya. Entah itu warnanya (pink, ungu, biru muda atua kuning cerah yang lembut), atau motif (mahkota, sepatu kaca, cincin berlian, pita, bunga yang sedang mekar, dua ekor burung yang sedang berhadapan, serta bangku taman, dan air mancur), dan tentu saja icon sosok Princess itu sendiri. Hawna bahkan hafal jalan cerita semua Princess karena meski film tentang Princess ditayang ulang untuk ke 10 kalinya di televisi, tetap saja dia akan menontonnya dengan wajah seakan-akan dia belum pernah menonton film itu sebelumnya.

Sayangnya, karena kegemaran dan koleksinya ini, teman-teman di kelasnya tidak suka padanya. Teman-teman kelasnya merasa bahwa tokoh Princess itu hanya untuk anak-anak kecil saja. Kelas tiga SD bukan anak kecil lagi. Itu sebabnya di kelas Hawna diminta untuk mengganti tasnya yang bergambar Princess dengan gambar lain. Juga barang-barangnya yang lain. Dan tidak boleh lagi menyukai warna PINK.
Sedihkah anakku itu?
Pasti.
Di kelas, dia hanya punya 2 orang teman. Sehari-hari, mereka hanya bermain bertiga saja. Sebagai ibunya sebenarnya aku kesal anakku diperlakukan seperti ini. Tapi.... hmm. Satu hal yang aku sadari adalah, memang inilah resiko yang akan diterima jika kita menyekolahkan anak kita di sebuah sekolah umum. Jika kita tidak ingin anak kita mendapat perlakuan yang aneh-aneh dari lingkungannya, sekolahkan saja di Home Schooling. Tapi... aku sudah memilih untuk menyekolahkan anakku di sekolah umum justru karena sebuah tujuan, agar dia belajar bagaimana kelak menghadapi masyarakat sebenarnya ketika dia besar nanti. Karena, sekolah adalah sebuah gambaran masyarakat terkecil dalam institusi sebuah bangsa. Dinamika yang ada di sekolah, menggambarkan dinamika dari masyarakat nyata yang sesungguhnya.

Jadi... bagaimana mengatasi masalah Bully yang sudah dialami oleh anakku tersebut? Setelah melakukan langkah-langkah seperti yang aku ceritakan di tulisanku sebelumnya (lihat ini ya : http://www.adeanita.com/2014/04/tanda-tanda-anak-yang-dibully-part-2.html) , aku tahu bahwa putriku harus terus MOVE ON. Artinya, gak boleh lama-lama sedihnya.

"Eh... ada kaus cantik deh, gambar Princess Sofia. Temen ibu nawarian. Mau gak?"
"Mauu... mauuuu...." putriku langsung berbinar-binar matanya dan wajahnya cerah sekali mendengar tawaranku. Tapi, itu hanya beberapa detik saja. Selanjutnya, reaksi yang muncul adalah kebalikannya. "Eh,... tapi... kan kata temanku aku gak boleh nambah koleksi Princessku lagi, bu."

Oh. Oke. Berarti dampak dari Bullying yang dia terima masih berbekas.

"Ah. Biarin aja. Kadang-kadang nak, kita gak usah dengarin apa kata orang. Pusing nanti kalau terus-terusan dengerin apa kata orang. Inget gak cerita bapak dan anak dengan keledainya tuh." (aku pernah bercerita pada anakku tentang kisah seorang bapak dan anak yang pergi ke kota dengan membawa seekor keledai).

"Jadi, kalau kamu suka, terus itu gak bikin susah diri kamu sendiri dan juga orang tua, dan itu dibolehin sama Islam, ya gak papah kok kalau kamu mampu kamu memilikinya. Lagian, kamu sekarang bahagia juga kan meski cuma punya dua orang teman di kelas?" Senyum anakku yang polos dan tulus langsung terkembang di wajahnya seiring dengan anggukan kepalanya yang mantap.

"Iya. Mereka baik-baik banget soalnya."
"Nah... ya sudah. Biar saja orang lain yang memilih untuk tidak menemani kita biarin aja. Gak usah kita sampai harus nurutin perintah mereka segala biar mereka mau nemenin kita. Toh kita gak butuh juga sama mereka. Iya kan?" Anakku kembali mengangguk.
"Sekarang.. yang ibu mau dari kamu cuma satu... kamu mulai sekarang harus makin rajin belajarnya. Nilainya harus bagus-bagus semua dan semua pelajaran kamu ngerti semua. Nanti, kalau kamu pintar, orang-orang akan mendekat dengan sendirinya ke kamu. Percaya deh ama ibu."

Itu yang aku katakan pada Putriku dalam rangka mengajak dia untuk MOVE ON. Jadi, pas pembagian raport bayangan beberapa waktu yang lalu, ketika guru kelasnya memberitahu bahwa nilai-nilai putriku bagus-bagus semua, seorang ibu tampak mendekatiku dan bertanya hati-hati...

"Mama Hawna, maaf. Aku dengar putrinya dikerjain ya sama xxxx?"
"Iya. Sudah aku tegur sih anaknya. Katanya sih mau berubah. Tapi, emang gak pernah ngerjain anak saya lagi sekarang tuh anak, tapi juga gak nemenin anak saya juga. Biarin sajalah."
"Eh... anak saya juga diperlakukan yang sama dengan anak itu. Saya mau protes ah ke ibunya."

Dan entah bagaimana prosesnya, sekarang yang pasti teman Hawna bertambah satu orang lagi. Yaitu si korban baru itu. hahahaha...
Tapi yang luar biasa adalah, sekarang empat sekawan ini luar biasa pertemanannya. Mereka saling membantu satu sama lain. Ada anak yang pintar di bidang kesenian, dan membantu temannya yang tidak terlalu cemerlang di bidang kesenian. Dan Hawna yang cukup lumayan di bidang sains, bisa membantu temannya yang kurang di bidang Sains. Kadang mereka berempat belajar bersama mengerjakan soal-soal matematika. Hasilnya.... keempatnya sekarang termasuk empat orang yang diperhitungkan di kelasnya.
Horeeee....
Dan satu demi satu, teman-teman yang lain mulai mendekat untuk bertanya. Yang artinya: satu demi satu mulai ingin berteman lagi.
Double Horeeee....

Jadi.... kesimpulan dari akhir rangkaian tulisan saya dari peristiwa Bullying yang mungkin diterima oleh anak adalah: jangan sedih atau murung. Just MOVE ON. Karena sesungguhnya, Bullying itu lahir akibat ketidak mampuan orang lain yang memiliki rasa iri dan dengki di dalam hatinya terhadap kita. Dan sesungguhnya lagi, Bullying itu bisa dilawan dengan Prestasi.

----------------------------

“Ayo bangkit generasi MOVE ON! Ikutan BIRTHDAY GIVEAWAY: MOVE ON yuuuk”


Bulan Madu yang Tak Terlupakan

Jujur saja, di tahun 1994, yaitu tahun ketika aku memutuskan setuju untuk menikah aku belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di kota Solo.
Kota Solo itu seperti apa?
Apakah seperti kota Kendal? hahaha.... ini satu-satunya kota yang berada di wilayah Jawa Tengah yang pernah aku kunjungi dan sependek ingatanku bisa mengingat "bepergian ke wilayah Jawa Tengah".

Dulu, waktu aku masih kecil (pake banget) katanya sih aku pernah diajak jalan-jalan oleh keluarga besarku ke Yogyakarta (ini termasuk wilayah Jawa Tengah kan ya?). Ada foto-foto aku masih kecil dengan  memakai topi super lebar dan tentu saja gayanya centil banget yang sedang beraksi pose-pose di depan Stupa Budha di Candi Borobudur. Tapiiiii... aku sama sekali tidak ingat gimana suasana jalan-jalan kala itu. Jadi, kalau tiba-tiba ada yang ngaku-ngaku bahwa ketika ke Yogyakarta itu antara orang tuaku dan orang tuanya sudah melakukan perjanjian untuk menjodohkan aku dengan dia.. mmm.... pasti aku akan percaya saja. HAHAHA... karena aku emang asli nggak ingat saking masih kecilnya dan dan waktu kecil itu aku cuek banget.

Nah... jadi, dengan ingatan akan kenangan pernah ke Solo (mungkin ya... karena ayah mengaku punya orang tua angkat di Solo dan orang tua angkatnya itu baik banget jadi setelah menikah dan berkeluarga ayah mengajak keluarganya dimana aku masih kecil banget untuk mengunjungi orang tua angkatnya itu di kota Solo) yang tidak bisa diandalkan, aku pun setuju saja ketika suamiku, berencana untuk mengajakku berjalan-jalan ke Solo setelah kami menikah.

Dan tebak apa yang ada di pikiranku yang kala itu masih muda (usia 23).
"Hmm... bawa baju apa aja ya? Pasti disana foto-foto. Eh... kalau nanti jalan-jalan, berarti bakalan lepek dong rambutku karena keringat. Hmm.. apa aku keriting rambut dulu ya? Biar pas difoto bisa terlihat tebal rambutnya."

hahahaha.
Dan akhirnya, 3 hari sebelum hari pernikahan, rambutku dikeriting sodara-sodara. Bukan cuma bergelombang biasa, tapi, karena aku ketiduran di salon akibat kelelahan ngurus macam-macam menjelang pernikahan, rambutku hasilnya tuh keriting ngembang nyaris kribo! WUAAAAAHHHH....
sebel banget.
Sebel pake banget double.
Jadi. setelah resepsi pernikahan selesai dan dua hari kemudian suamiku ngajak siap-siap untuk pergi ke Solo, aku bingung nyiapin bando, bandana , jepitan atau apa saja agar rambut megarku bisa sedikit kempis. Maklum, selama resepsi kan pake aksesoris kepala pengantin perempuannya. Dan besoknya, masih bisa ditutupi dengan berbagai cara rambutku itu. Lagipula, di rumah banyak saudara yang menginap jadi suamiku belum pernah memperhatikan rambutku yang super gagal itu. Tapiiiii.. ceritanya bakalan berbeda jika kami berencana untuk melakukan perjalanan bulan madu ke SOLO.

Astaga.
Ini perjalanan bulan madu loh.

B-U-L-A-N  M-A-D-U

Jadi, mau nggak mau suamiku itu pasti akan menangkap basah rambut istrinya yang super aneh ini. Aduhhh.... panik 100%.

Hari keberangkatan tiba. Aku masih bisa menutupi rambutku dnegan mengikatnya ke belakang (aku memang belum berjilbab kala itu. Wah, jika sudah berjilbab, aku bisa menggunakan memakai trik jilbab 24 jam). Kami naik Kereta Api BIMA. Suamiku, agar bisa lebih privacy ngobrolnya, memesan tiket untuk KUSET.
Apa itu KUSET?
Yaitu bangku yang berbentuk tempat tidur. Jadi, ada sebuah gerbong dimana isinya itu adalah kamar-kamar saja. Dalam satu kamar, ada 4 buah tempat tidur yang menempel di dalamnya. Letaknya 2 di bawah, dan 2 di atas. Yang atas itu dah pasti gak enak dong. Karena jaraknya dengan langit-langit hanya sebesar 1/2 meter saja. Itu sebabnya suamiku langsung memesan tiket 1 kamar untuk 2 tempat tidur di bagian bawah. Kami pikir, siapa sih orang tolol yang mau memesan tempat tidur di atas jika di bawahnya ada pasangan pengantin baru? hahahaha
Tapiiii...
Ternyata ada yang memesan.
Ish.
Menyebalkan banget tuh orang. Akhirnya tuh orang sepanjang perjalanan tidur saja kerjanya. Mau gimana lagi. Daerah bawah sudah kami kuasai dengan baik soalnya.

ini penampakan lorong gerbong kuset kereta api Bima jurusan Jakarta- Solo (gambar diambil dari sini


Ini dia tampak dalam tiket KUSET yang kami pesan. (gambar diambil dari sini)

Setibanya di SOLO, suamiku langsung mengajak ke rumah saudaranya. Kami menginap disana. Lalu dari sana, kami naik Becak yang dikemudikan oleh tukang becak langganan keluarga besar suamiku, namanya Becak Pak Min. Asyik sekali naik becak keliling Solo. Ituuu.. luar biasaaaaa.
Duduk berhimpitan, lalu ketika jalanan tidak rata maka.. ups... kulit kami saling bersentuhan.
Ah. Bulan madu yang romantis.
Hanya ada satu pertanyaan yang mengganggu yang meresahkan yang keluar dari mulut suamiku kala itu:
"Itu.. rambut kamu diapain sih?"
Huff.

Hari kedua, suamiku mengajakku untuk jalan-jalan ke Yogyakarta. Suamiku bilang, perjalanan ke Yogyakarta itu bisa ditempuh dengan bis antar kota saja. Jadilah kami pergi pagi dan rencananya pulang malam hari. Tidak menginal di Yogyakarta.
Kami naik sebuah bis dimana supir bisnya sepertinya hanya punya satu buah kaset saja di dalam kotak benda-benda yang wajib ada untuk memberi hiburan pada penumpang karena sudah terlanjur memasang pengumuman "DISINI MUSIK JALAN TERUS".
Sayangnya, lagu yang dipilihnya adalah album dari  Ratih Purwasih (dia adiknya artis Endang Estorina yang sedang naik daun ketika itu) yang menyanyikan lagu-lagunya Obie Mesakh "ANTARA BENCI DAN RINDU (yang hujan turun lagi)".
Sejak pertama kali aku duduk di bis itu, lagu itu sudah diputar. Muter saja bolak balik side A dan side B. Diulang-ulang terus hingga di dalam mimpi ketika aku jatuh tertidur di dalam bis, mimpiku diiringi oleh lagunya Ratih Purwasih itu.

kurang lebih mungkin ini kaset yang dimiliki si supir (gambar diambil dari sini) . Tau gak lagunya gimana?


Yang, hujan turun lagi
Di bawah payung hitam ku berlindung
Yang, ingatkah kau padaku
Di jalan ini dulu kita berdua


Basah rambut ini
Basah tubuh ini
Kau hapus dengan sapu tanganmu


Yang, rindukah kau padaku
Tak inginkah kau duduk di sampingku
Kita bercerita tentang langit biru
Di sana harapan dan impian


Benci, benci, benci tapi rindu jua
Memandang wajah dan senyummu sayang
Rindu, rindu, rindu tapi benci jua
Bila ingat kau sakiti hatiku
Antara benci dan rindu disini
Membuat mataku menangis
(dan seterusnya. Kalau penasaran silahkan dengar lagu lengkapnya disini)

Akhirnya kami tiba  di Yogyakarta. Kami langsung mengunjungi keraton dan juga menyusuri Malioboro. Tapi, gak belanja banyak sih. Paling beli beberapa oleh-oleh di Mirota karena ingat malam harus balik lagi ke Solo naik bis terakhir. Gak enak kalau nenteng banyak belanjaan.
Dan tebak kaset apa yang diputar oleh supir bis malam kali ini?
Astaga....
Album Ratih Purwasih dengan lagunya Antara Benci Tapi RIndu lagi (yang hujan turun lagi), jendral!!
ARGGHHH.
Pulang Pergi lagu Benci tapi Rindu sukses mengiringi perjalananku SOLO-YOGYA-SOLO.
ERRRRR.

Hari ke empat, kami sudah di SOLO lagi. Dan rencananya mau mengunjungi banyak tempat di Solo. Mulai dari keraton, tempat makan, pasar klewer, alun-alun. Semua lengkap dengan acara foto-foto. Dan semua hasil fotonya pas dicetak (dulu belum ada kamera digital), hasilnya bikin sebal. Rambut megarku itu mendominasi wajahku yang mungil. Very Bad Hair.

Dan akhirnya, kami pulang ke Jakarta setelah puas berbulan madu di kota Solo.
Perjalanan yang tak terlupakan (Juga lagu pengiring yang tak terlupakan).
Maaf tidak bisa menyertakan foto-fotoku yang banyak banget itu karena waktu itu aku belum mengenakan jilbab.
Satu pesanku: jika berencana ingin ke salon untuk mengeriting rambut, jangan pernah ketiduran!

---------------\tulisan ini diikut sertakan dalam give away A Place To Remember.------------------