[Lifestyle] Ada banyak hal yang gratis di dunia ini. Dan aku yakin, semua orang pasti menyukai segala sesuatu yang bersifat gratis.
Udara yang jumlahnya tidak terhingga.
Pemandangan langit yang indah bak lukisan indah dan menawan.
Juga kesehatan yang dijaga dan diperhatikan.
Wayang Princess
Jumat, 18 April 2014
Salah satu tempat shalat jumat yang nyaman (krn ada ac, karpetnya empuk, suasananya tenang) dan perempuan yang ikut serta bisa punya tempat menunggu yang enak juga adalah di Plaza Indonesia, jakarta lantai 6.
Jadi sementara para lelaki shalat Jumat para perempuan bisa cuci mata di etalase toko (*hahhaha gaya hidup hedon banget yaks?... biarin)
Nah.. ketika sedang jalan2 itu aku dan putriku bertemu dengan stand boneka. Dan mereka ternyata menjual figurine Princess Sofia sekeluarga.
Wahhh..
Putriku yang merupakan penggemar Princess Sofia langsung riang ketika kutawari untuk membelinya.
Sekejap kemudian, dia sudah memainkan salah satu scene film Sofia The First.
Wahhh..
Putriku yang merupakan penggemar Princess Sofia langsung riang ketika kutawari untuk membelinya.
Sekejap kemudian, dia sudah memainkan salah satu scene film Sofia The First.
"Aku hafal semua adegan film itu bu."
Gayanya mirip sekali dengan gaya dalang. Mungkin, cerita yang dia mainkan dengan figurine tersebut bisa dikatakan sebagai wayang modern. Senang saja melihatnya.
[Wordless Wednesday]: Fall to Sleep
Rabu, 16 April 2014
[Parenting]
Maybe, she's too tired.
8 hours in school
From 6.30 am to 03.00 pm
No need air conditioning on board
just wind and fresh air
and she's fall to sleep
Pesan Pengunjung di Wall Facebook
Dua hari yang lalu, tanpa sengaja aku membaca berita bahwa temannya temanku meninggal dunia.
Innalillahi wa innailaihi rajiun.
Mendengar berita duka tersebut, segera aku meluncur ke wall facebook milik temanku itu untuk mengucapkan ucapan ikut berduka cita. Setelah menulis ucapan ikut berduka cita, iseng, aku ingin mengetahui seperti apa temannya yang meninggal dunia tersebut. Jadi, aku klik nama temannya temanku tersebut. Aku pun terbawa ke wall almarhumah. Dan termenung disana. Lama sekali.
Wall-nya, sudah disetting hanya bisa ditelusuri oleh teman saja foto-fotonya. Itu sebabnya aku tidak bisa melihat seperti apa temannya temanku itu. Tapi, seluruh postingan yang ada di wallnya terbuka untuk umum. Jadi aku bisa leluasa membaca apa saja yang ada di wall alhmarhumah. Ternyata... isinya adalah kumpulan ucapan dan ucapan.
Mulai dari ketika dia berulang tahun, lalu menikah, lalu berulang tahun lagi, lalu melahirkan dan punya anak, lalu berulang tahun lagi, dan akhirnya... ucapan ikut berduka cita dan merasa kehilangan atas kematiannya.
Itu saja berita yang tampil di wallnya.
Bisa jadi, almarhumah semasa hidupnya tidak banyak melewatkan waktu bercengkerama dengan teman-teman di dunia mayanya, khususnya di facebook. Itu sebabnya tidak banyak berita yang dibaginya. Tapi, meski demikian, teman-temannya tetap setia mengirimkan doa dan ucapan ikut merasakan kebahagiaan yang dia dapatkan. Bahkan, meski tidak dibalas sekalipun semua ucapan tersebut tapi teman-temannya tetap setia mengirimkan ucapan-ucapan untuk dirinya setiap kali ada momen yang memang perlu diberi ucapan selamat.
Teman-teman itu.... mungkin memang bukan bagian dari keluarga kita. Tapi, kehadiran mereka tetap menghangatkan. Dan tanpa sadar, kehadiran teman-teman di sekeliling kita itu membuat hidup terasa lebih hidup.
Entahlah. Aku terharu dengan kehadiran teman-teman almarhumah yang tetap setia berkunjung meski sapaannya tidak dibalas. Mereka luar biasa sekali. Tetap setia dan ikhlas dalam menjalin hubungan pertemanan.
Almarhumah sungguh beruntung.
Ini dia screen shoot wall facebook temannya temanku itu.
Innalillahi wa innailaihi rajiun.
Mendengar berita duka tersebut, segera aku meluncur ke wall facebook milik temanku itu untuk mengucapkan ucapan ikut berduka cita. Setelah menulis ucapan ikut berduka cita, iseng, aku ingin mengetahui seperti apa temannya yang meninggal dunia tersebut. Jadi, aku klik nama temannya temanku tersebut. Aku pun terbawa ke wall almarhumah. Dan termenung disana. Lama sekali.
Wall-nya, sudah disetting hanya bisa ditelusuri oleh teman saja foto-fotonya. Itu sebabnya aku tidak bisa melihat seperti apa temannya temanku itu. Tapi, seluruh postingan yang ada di wallnya terbuka untuk umum. Jadi aku bisa leluasa membaca apa saja yang ada di wall alhmarhumah. Ternyata... isinya adalah kumpulan ucapan dan ucapan.
Mulai dari ketika dia berulang tahun, lalu menikah, lalu berulang tahun lagi, lalu melahirkan dan punya anak, lalu berulang tahun lagi, dan akhirnya... ucapan ikut berduka cita dan merasa kehilangan atas kematiannya.
Itu saja berita yang tampil di wallnya.
Bisa jadi, almarhumah semasa hidupnya tidak banyak melewatkan waktu bercengkerama dengan teman-teman di dunia mayanya, khususnya di facebook. Itu sebabnya tidak banyak berita yang dibaginya. Tapi, meski demikian, teman-temannya tetap setia mengirimkan doa dan ucapan ikut merasakan kebahagiaan yang dia dapatkan. Bahkan, meski tidak dibalas sekalipun semua ucapan tersebut tapi teman-temannya tetap setia mengirimkan ucapan-ucapan untuk dirinya setiap kali ada momen yang memang perlu diberi ucapan selamat.
Teman-teman itu.... mungkin memang bukan bagian dari keluarga kita. Tapi, kehadiran mereka tetap menghangatkan. Dan tanpa sadar, kehadiran teman-teman di sekeliling kita itu membuat hidup terasa lebih hidup.
Entahlah. Aku terharu dengan kehadiran teman-teman almarhumah yang tetap setia berkunjung meski sapaannya tidak dibalas. Mereka luar biasa sekali. Tetap setia dan ikhlas dalam menjalin hubungan pertemanan.
Almarhumah sungguh beruntung.
Ini dia screen shoot wall facebook temannya temanku itu.
[wordless wednesday]: Today is Election Day in Indonesia
Rabu, 09 April 2014
[Lifestyle] Yeeeeaaahhh.... Today is Election Day.

[wordless Wednesday]: Me and Her in Srikandi Blogger 2014 Event
[Lifestyle] On Srikandi Blogger event 2014, March 9, 2014, I met some friend that I never met before unless in Social Media. Happy, alhamdulillah. This nice event was handle with KEB (kumpulan Emak Blogger)
![]() |
| with Ika Koentjoro |
Labels:
lifestyle,
SRIKANDI BLOGGER 2014,
wordless wednesday
Tentang Rindu
Minggu, 06 April 2014
[Keluarga] Tidak perlu sebuah rasa cinta yang begitu besar untuk menghadirkan rasa rindu. Cukup beberapa kali pertemuan, dimana mata bertemu dengan mata dan seulas senyum saling dipertukarkan, maka rindu bisa menjelma dalam dada ketika perjumpaan tidak terwujud.
Tidak perlu juga sebuah rasa sayang. Karena sesungguhnya, ketika kita membenci seseorang dan menginginkannya untuk pergi dari hadapan kita karena kehadirannya setiap hari yang terus saja menyusahkan diri kita; suatu hari ketika dia tidak datang mengganggu, sebuah rasa kehilangan tumbuh mungil di dalam hati.
Tidak perlu juga sebuah rasa sayang. Karena sesungguhnya, ketika kita membenci seseorang dan menginginkannya untuk pergi dari hadapan kita karena kehadirannya setiap hari yang terus saja menyusahkan diri kita; suatu hari ketika dia tidak datang mengganggu, sebuah rasa kehilangan tumbuh mungil di dalam hati.
Tanda-Tanda Anak Yang Dibully (part 2): Gosipkah?
Jumat, 04 April 2014
Jadi, jika ada yang datang padaku membawa sebuah berita yang aku sama sekali tidak tahu, reaksi pertamaku biasanya adalah diam dulu. Dalam hati sih alarm "kepo" ku mulai menyala. hahaha. Tapi, aku berusaha untuk jaim biasanya. Jadi, berita itu aku terima utuh dulu, tapi aku belum bereaksi. Paling mencoba untuk menjadi pendengar yang baik. Setelah itu duduk diam tidak sabar menunggu suami pulang dari kantor. Nah, malamnya baru deh heboh di depan suamiku.
"Mas.. mas... masa nih... " hahahaha, ini dialog awal sebuah gosip banget ya biasanya. Tapi ya begitulah. Mulutku ember jika sudah di depan suami. Nyaris semua rahasia yang aku ketahui, suamiku mengetahuinya. Setelah aku cerita panjang lebar, barulah akhirnya kami berdiskusi. hasil diskusinya gimana? Nah... itu yang unik. Karena hasilnya belum tentu juga aku sepakat dengan suamiku. hahahaha...... biasanya aku punya pendapat sendiri dan suamiku juga demikian dan irisan perndapat itu yang menjadi kesamaan pendapat kami berdua. Jadi pendapatku yang keluar itu ada pengaruh dari hasi diskusi kami.
Nah, di sekolah-sekolah atau daerah di mana anak-anak kita sering bermain, biasanya juga berseliweran yang namanya gosip-gosip. Tahu gak, gosip itu mirip dengan asap. Terlihat membesar, disaksikan oleh banyak orang, melingkupi daerah yang luas padahal sebenarnya asal muasal dari asap itu adalah titik api yang bisa jadi kecil saja. Kita bisa menghilangkan asap dengan menghalau asap itu agar pergi tapi jika titik api masih menyala maka asap itu akan tetap hadir.
JIKA GOSIP SAMA SEPERTI ASAP YANG BERASAL DARI API, jadi, apakah itu berarti gosip itu mengandung sebuah kebenaran? Hal ini lain lagi ceritanya.
Mari kita lihat kronologi terbentuknya sebuah asap.
![]() |
| dari sebuah titik api, asap pun terbentuk. membumbung tinggi menuju langit lepas (btw, kenapa aku salah nulis tahun pembuatan gambar ini ya? aih.. siwer) |
![]() |
| setelah tiba di langit yang luas, asap tersebut bertemu dengan asap-asap yang lain, terkontaminasi dan berbaurlah dia (nah, ini baru bener nulis tahun pembuatan gambarnya. eh.. malah dibahas .. hehe) |
Bijak dalam arti, tidak menolaknya sama sekali tapi juga jangan percaya bulat-bulat kebenarannya. Selalu Tabayyun alias cek dan ricek.
Lalu, bagaimana jika sebagai orang tua tiba-tiba mampir sebuah gosip ke telinga kita bahwa anak kita dibully di sekolahnya?
"Jeng.. jeng... memangnya anakmu itu ...."
Nah... jika mendengar gosip tentang anak kita, semenyebalkan apapun gosip itu, jangan cepat-cepat marah-marah dulu. Mari kita cek kebenarannya.
Ada beberapa pihak yang harus kita hubungi dalam hal ini:
1. Anak kita sendiri.
Selalu tanya baik-baik ke anak kita, Benar gak dia seperti yang digosipkan itu.
2. Tanya ke teman-teman dekat anak kita.
3. Tanya ke kalangan ibu-ibu yang menyebarkan gosip itu, itu gosipnya awalnya dari mana.
4. Tanya ke guru.
Kebetulan anakku sempat dibully oleh temannya.
Suatu hari, anakku tiba-tiba bertanya padaku:
"Bu, aku ganti tas ya."
"Loh? Kenapa ganti tas? Kan.. masih baru tasnya."
"Gak papah. Pingin ganti ajah."
Tapi, karena anakku itu alhamdulillah-nya adalah anak yang tidak mau menyusahkan orang tua, jadi setelah aku katakan bahwa tasnya masih bagus jadi pakai tas itu saja dia pun menurut. Hanya saja, beberapa hari kemudian, tiba-tiba seorang ibu-ibu di sekolah anakku menghubungiku.
"Jeng.. jeng, jeng tahu tidak bahwa anak jeng itu tidak punya teman di kelasnya."
"Hah? Nggak punya teman?" (padahal selama ini aku selalu merasa yakin bahwa anakku adalah anak yang amat supel dan cukup disayang oleh teman-temannya)
"Iya. Dia dimusuhi oleh teman-temannya."
"Kenapa?"
"Nggak tahu. Tapi ibu-ibu lain pada ngomongin tuh. Kata mereka kasihan ya si xxx sekarang jadi anak yang dikucilkan di kelasnya."
Oke. Belum boleh panik dan belum boleh khawatir dulu. Itu reaksi pertamaku ketika pertama kali mendengar gosip perihal anakku. Selanjutnya, aku pun mengajak anakku ngobrol.
"Eh, di sekolah tadi, kamu main apa aja?"
"Banyak bu. Aku main kejar-kejaran sama z, b, a, c."
"Oh ya? Seru nggak?'
"Seruuu..." Lalu meluncurlah cerita keseruan permainan yang dialami oleh anakku. Sepanjang dia bercerita aku memperhatikan perilakunya. Tidak ada yang berubah. Dia tetap lincah seperti biasanya, tetap menyenangkan hatiku juga, tidak terlihat murung, tetap bersemangat dan ceria. Hmm... jadi gosip yang mampir ke telingaku itu benar atau tidak sih?
Besok-besoknya, mulailah aku lebih intensif datang ke sekolah. Duduk-duduk bersama para ibu dan terlibat dalam obrolan dengan mereka. Dan mulai mencari tahu perihal gosip yang aku dengar. Para ibu tetap berkeyakinan bahwa anakku dikucilkan di kelasnya.
Berarti ada dua fakta yang aku terima:
1. Anakku dikucilkan di kelasnya (ini fakta yang aku dengar dari gosip ibu-ibu di sekolah).
2. Anakku tidak ada masalah apapun dengan teman-temannya (ini fakta yang aku dengar dari anakku sendiri)
Keduanya saling bertolak belakang.
Jadi.. mana yang benar?
Langkah berikutnya, aku pun mulai melakukan pengamatan di sekolah. Agak sulit karena akses untuk masuk ke dalam lingkungan sekolah itu tidak mudah. Sekolah steril dari lingkungan luar ketika jam pelajaran dimulai. Tapi, ketika saat makan siang dan shalat dhuhur tiba, gerbang sekolah dibuka untuk mereka yang ingin membawakan makanan untuk anaknya. Hanya ada waktu setengah jam tapi lumayanlah. Dari hasil pengamatan itu aku mendapat fakta baru. Yaitu:
1. Ternyata benar anakku tidak ada masalah apapun dengan teman-temannya. Dia tetap bermain dengan riang gembira dengan teman-temannya. Teman-temannya masih banyak.
2. Teman-teman anakku itu berasal dari luar kelasnya. Jadi dari kelas lain. Loh? Kemana teman-teman kelasnya? Ternyata, di kelas, anakku hanya punya dua orang teman.
Berarti dua fakta yang aku terima di atas ada benarnya.
Oh. Tidak. Itu berarti anakku benar dong dikucilkan di kelasnya. Kenapa? Kenapa?
Aku kembali mengajak anakku berbicara empat mata. Berbagai macam cara aku gunakan untuk mendekatinya agar dia mau bercerita tanpa merasa sedang diinterogasi. Level rasa ingin tahu dalam hatiku benar-benar melonjak tinggi tapi aku berusaha keras untuk terlihat tenang dan santai. Karena sekali saja aku terlihat "mau tahu banget" aku takut anakku malah jadi berusaha untuk menutupi keadaan yang sebenarnya.
Dari hasil obrolan ibu dan anak itu aku jadi tahu bahwa semua masalah ini bermula dari permintaan anakku yang ingin berganti tas.
OMG.Dulu kenapa aku gak curiga ya?
Jadi, ada sekelompok anak di dalam kelas, yang kebetulan memiliki kemampuan untuk memobilisasi pendapat orang lain (ini kayaknya emang bakat-bakatan dan kebetulan anak itu dikaruniai bakat itu) dan kebetulan sekelompok anak itu adalah anak-anak yang TIDAK SUKA DENGAN FIGUR PRINCESS. Padahal, anakku itu amat sukaaaa (pake banget) dengan figur Princess. Itu sebabnya tas yang dia pakai ke sekolah gambarnya adalah gambar Princess.
Karena kesukaan yang bertolak belakang ini maka sekelompok anak-anak itu mengancam anakku jika tidak menuruti kemauan mereka maka anakku tidak akan ditemani oleh teman-teman sekelas.
NAH. Itu sebabnya di kelas anakku hanya punya 2 orang teman (setianya).
"Terus... kamunya kasihan dong jadi nggak punya teman."
"Nggap papah bu, kan aku masih bisa berteman dengan teman-teman dari kelas lain."
Ah. Syukurlah (aku langsung mengecup pipi anakku ketika dia mengatakan hal ini).
Tapi.. tentu saja hal ini tidak bisa dibiarkan bukan? Lalu bagaimana cara penyelesaiannya? Bersambung ke bagian ke tiga saja ya. Soalnya kepalaku pusing nih. Sekalian nati aku cerita solusi untuk menghadapi Bullying di sekolah insya Allah.
Langganan:
Komentar (Atom)















