
[wordless wednesday]: Today is Election Day in Indonesia
Rabu, 09 April 2014
[Lifestyle] Yeeeeaaahhh.... Today is Election Day.

[wordless Wednesday]: Me and Her in Srikandi Blogger 2014 Event
[Lifestyle] On Srikandi Blogger event 2014, March 9, 2014, I met some friend that I never met before unless in Social Media. Happy, alhamdulillah. This nice event was handle with KEB (kumpulan Emak Blogger)
![]() |
| with Ika Koentjoro |
Labels:
lifestyle,
SRIKANDI BLOGGER 2014,
wordless wednesday
Tentang Rindu
Minggu, 06 April 2014
[Keluarga] Tidak perlu sebuah rasa cinta yang begitu besar untuk menghadirkan rasa rindu. Cukup beberapa kali pertemuan, dimana mata bertemu dengan mata dan seulas senyum saling dipertukarkan, maka rindu bisa menjelma dalam dada ketika perjumpaan tidak terwujud.
Tidak perlu juga sebuah rasa sayang. Karena sesungguhnya, ketika kita membenci seseorang dan menginginkannya untuk pergi dari hadapan kita karena kehadirannya setiap hari yang terus saja menyusahkan diri kita; suatu hari ketika dia tidak datang mengganggu, sebuah rasa kehilangan tumbuh mungil di dalam hati.
Tidak perlu juga sebuah rasa sayang. Karena sesungguhnya, ketika kita membenci seseorang dan menginginkannya untuk pergi dari hadapan kita karena kehadirannya setiap hari yang terus saja menyusahkan diri kita; suatu hari ketika dia tidak datang mengganggu, sebuah rasa kehilangan tumbuh mungil di dalam hati.
Tanda-Tanda Anak Yang Dibully (part 2): Gosipkah?
Jumat, 04 April 2014
Jadi, jika ada yang datang padaku membawa sebuah berita yang aku sama sekali tidak tahu, reaksi pertamaku biasanya adalah diam dulu. Dalam hati sih alarm "kepo" ku mulai menyala. hahaha. Tapi, aku berusaha untuk jaim biasanya. Jadi, berita itu aku terima utuh dulu, tapi aku belum bereaksi. Paling mencoba untuk menjadi pendengar yang baik. Setelah itu duduk diam tidak sabar menunggu suami pulang dari kantor. Nah, malamnya baru deh heboh di depan suamiku.
"Mas.. mas... masa nih... " hahahaha, ini dialog awal sebuah gosip banget ya biasanya. Tapi ya begitulah. Mulutku ember jika sudah di depan suami. Nyaris semua rahasia yang aku ketahui, suamiku mengetahuinya. Setelah aku cerita panjang lebar, barulah akhirnya kami berdiskusi. hasil diskusinya gimana? Nah... itu yang unik. Karena hasilnya belum tentu juga aku sepakat dengan suamiku. hahahaha...... biasanya aku punya pendapat sendiri dan suamiku juga demikian dan irisan perndapat itu yang menjadi kesamaan pendapat kami berdua. Jadi pendapatku yang keluar itu ada pengaruh dari hasi diskusi kami.
Nah, di sekolah-sekolah atau daerah di mana anak-anak kita sering bermain, biasanya juga berseliweran yang namanya gosip-gosip. Tahu gak, gosip itu mirip dengan asap. Terlihat membesar, disaksikan oleh banyak orang, melingkupi daerah yang luas padahal sebenarnya asal muasal dari asap itu adalah titik api yang bisa jadi kecil saja. Kita bisa menghilangkan asap dengan menghalau asap itu agar pergi tapi jika titik api masih menyala maka asap itu akan tetap hadir.
JIKA GOSIP SAMA SEPERTI ASAP YANG BERASAL DARI API, jadi, apakah itu berarti gosip itu mengandung sebuah kebenaran? Hal ini lain lagi ceritanya.
Mari kita lihat kronologi terbentuknya sebuah asap.
![]() |
| dari sebuah titik api, asap pun terbentuk. membumbung tinggi menuju langit lepas (btw, kenapa aku salah nulis tahun pembuatan gambar ini ya? aih.. siwer) |
![]() |
| setelah tiba di langit yang luas, asap tersebut bertemu dengan asap-asap yang lain, terkontaminasi dan berbaurlah dia (nah, ini baru bener nulis tahun pembuatan gambarnya. eh.. malah dibahas .. hehe) |
Bijak dalam arti, tidak menolaknya sama sekali tapi juga jangan percaya bulat-bulat kebenarannya. Selalu Tabayyun alias cek dan ricek.
Lalu, bagaimana jika sebagai orang tua tiba-tiba mampir sebuah gosip ke telinga kita bahwa anak kita dibully di sekolahnya?
"Jeng.. jeng... memangnya anakmu itu ...."
Nah... jika mendengar gosip tentang anak kita, semenyebalkan apapun gosip itu, jangan cepat-cepat marah-marah dulu. Mari kita cek kebenarannya.
Ada beberapa pihak yang harus kita hubungi dalam hal ini:
1. Anak kita sendiri.
Selalu tanya baik-baik ke anak kita, Benar gak dia seperti yang digosipkan itu.
2. Tanya ke teman-teman dekat anak kita.
3. Tanya ke kalangan ibu-ibu yang menyebarkan gosip itu, itu gosipnya awalnya dari mana.
4. Tanya ke guru.
Kebetulan anakku sempat dibully oleh temannya.
Suatu hari, anakku tiba-tiba bertanya padaku:
"Bu, aku ganti tas ya."
"Loh? Kenapa ganti tas? Kan.. masih baru tasnya."
"Gak papah. Pingin ganti ajah."
Tapi, karena anakku itu alhamdulillah-nya adalah anak yang tidak mau menyusahkan orang tua, jadi setelah aku katakan bahwa tasnya masih bagus jadi pakai tas itu saja dia pun menurut. Hanya saja, beberapa hari kemudian, tiba-tiba seorang ibu-ibu di sekolah anakku menghubungiku.
"Jeng.. jeng, jeng tahu tidak bahwa anak jeng itu tidak punya teman di kelasnya."
"Hah? Nggak punya teman?" (padahal selama ini aku selalu merasa yakin bahwa anakku adalah anak yang amat supel dan cukup disayang oleh teman-temannya)
"Iya. Dia dimusuhi oleh teman-temannya."
"Kenapa?"
"Nggak tahu. Tapi ibu-ibu lain pada ngomongin tuh. Kata mereka kasihan ya si xxx sekarang jadi anak yang dikucilkan di kelasnya."
Oke. Belum boleh panik dan belum boleh khawatir dulu. Itu reaksi pertamaku ketika pertama kali mendengar gosip perihal anakku. Selanjutnya, aku pun mengajak anakku ngobrol.
"Eh, di sekolah tadi, kamu main apa aja?"
"Banyak bu. Aku main kejar-kejaran sama z, b, a, c."
"Oh ya? Seru nggak?'
"Seruuu..." Lalu meluncurlah cerita keseruan permainan yang dialami oleh anakku. Sepanjang dia bercerita aku memperhatikan perilakunya. Tidak ada yang berubah. Dia tetap lincah seperti biasanya, tetap menyenangkan hatiku juga, tidak terlihat murung, tetap bersemangat dan ceria. Hmm... jadi gosip yang mampir ke telingaku itu benar atau tidak sih?
Besok-besoknya, mulailah aku lebih intensif datang ke sekolah. Duduk-duduk bersama para ibu dan terlibat dalam obrolan dengan mereka. Dan mulai mencari tahu perihal gosip yang aku dengar. Para ibu tetap berkeyakinan bahwa anakku dikucilkan di kelasnya.
Berarti ada dua fakta yang aku terima:
1. Anakku dikucilkan di kelasnya (ini fakta yang aku dengar dari gosip ibu-ibu di sekolah).
2. Anakku tidak ada masalah apapun dengan teman-temannya (ini fakta yang aku dengar dari anakku sendiri)
Keduanya saling bertolak belakang.
Jadi.. mana yang benar?
Langkah berikutnya, aku pun mulai melakukan pengamatan di sekolah. Agak sulit karena akses untuk masuk ke dalam lingkungan sekolah itu tidak mudah. Sekolah steril dari lingkungan luar ketika jam pelajaran dimulai. Tapi, ketika saat makan siang dan shalat dhuhur tiba, gerbang sekolah dibuka untuk mereka yang ingin membawakan makanan untuk anaknya. Hanya ada waktu setengah jam tapi lumayanlah. Dari hasil pengamatan itu aku mendapat fakta baru. Yaitu:
1. Ternyata benar anakku tidak ada masalah apapun dengan teman-temannya. Dia tetap bermain dengan riang gembira dengan teman-temannya. Teman-temannya masih banyak.
2. Teman-teman anakku itu berasal dari luar kelasnya. Jadi dari kelas lain. Loh? Kemana teman-teman kelasnya? Ternyata, di kelas, anakku hanya punya dua orang teman.
Berarti dua fakta yang aku terima di atas ada benarnya.
Oh. Tidak. Itu berarti anakku benar dong dikucilkan di kelasnya. Kenapa? Kenapa?
Aku kembali mengajak anakku berbicara empat mata. Berbagai macam cara aku gunakan untuk mendekatinya agar dia mau bercerita tanpa merasa sedang diinterogasi. Level rasa ingin tahu dalam hatiku benar-benar melonjak tinggi tapi aku berusaha keras untuk terlihat tenang dan santai. Karena sekali saja aku terlihat "mau tahu banget" aku takut anakku malah jadi berusaha untuk menutupi keadaan yang sebenarnya.
Dari hasil obrolan ibu dan anak itu aku jadi tahu bahwa semua masalah ini bermula dari permintaan anakku yang ingin berganti tas.
OMG.Dulu kenapa aku gak curiga ya?
Jadi, ada sekelompok anak di dalam kelas, yang kebetulan memiliki kemampuan untuk memobilisasi pendapat orang lain (ini kayaknya emang bakat-bakatan dan kebetulan anak itu dikaruniai bakat itu) dan kebetulan sekelompok anak itu adalah anak-anak yang TIDAK SUKA DENGAN FIGUR PRINCESS. Padahal, anakku itu amat sukaaaa (pake banget) dengan figur Princess. Itu sebabnya tas yang dia pakai ke sekolah gambarnya adalah gambar Princess.
Karena kesukaan yang bertolak belakang ini maka sekelompok anak-anak itu mengancam anakku jika tidak menuruti kemauan mereka maka anakku tidak akan ditemani oleh teman-teman sekelas.
NAH. Itu sebabnya di kelas anakku hanya punya 2 orang teman (setianya).
"Terus... kamunya kasihan dong jadi nggak punya teman."
"Nggap papah bu, kan aku masih bisa berteman dengan teman-teman dari kelas lain."
Ah. Syukurlah (aku langsung mengecup pipi anakku ketika dia mengatakan hal ini).
Tapi.. tentu saja hal ini tidak bisa dibiarkan bukan? Lalu bagaimana cara penyelesaiannya? Bersambung ke bagian ke tiga saja ya. Soalnya kepalaku pusing nih. Sekalian nati aku cerita solusi untuk menghadapi Bullying di sekolah insya Allah.
Tanda-Tanda Anak Yang Dibully (part 1)
Kamis, 03 April 2014
Pagi ini aku menyimak berita tentang anak SD di Pontianak yang diduga tewas setelah dikeroyok oleh tiga orang temannya di Sekolah Dasar. Tentu saja ini masih sebuah dugaan belum pasti penyebabnya karena keroyokan. Karena hasil visum dari dokter dikatakan bahwa AW itu di perutnya memang terdapat gumpalan darah, dan kerusakan di bagian lambung dan ginjalnya yang kemungkinan karena dua hal, bisa karena hantaman benda tumpul atau penyakit Types yang tidak disembuhkan secara tuntas dan dibiarkan sakit selama beberapa kurun waktu.
Ini nih beritanya yang aku kutip dari liputan6.com:
![]() |
| foto rontgen korban. Gambar ini aku ambil dari sini |
Prihatin banget aku dengan kasus ini. Jika benar terbukti penyebab tewasnya benar karena keroyokan, itu kan berarti anak kecil itu sudah menerima perlakuan bullying di sekolahnya. Ohya.. kalian tahu tidak apa itu perilaku Bullying? Berikut ini aku kutip apa artinya dan apa saja perilaku yang bisa dikatakan sebagai kategori bullying dari website Psikologi berikut ini:
Bullying adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya. Victorian Departement of Education and Early Chilhood Development mendefinisikan bullying terjadi jika seseorang atau sekelompok orang mengganggu atau mengancam keselamatan dan kesehatan seseorang baik secara fisik maupun psokologis, mengancam properti, reputasi atau penerimaan sosial seseorang serta dilakukan secara berulang dan terus menerus.
Bentuk-bentuk bullying antara lain seperti berikut :
Bullying fisik, contohnya memukul, menjegal, mendorong, meninju, menghancurkan barang orang lain, mengancam secara fisik, memelototi, dan mencuri barang.
Bullying psikologis, contohnya menyebarkan gosip, mengancam, gurauan yang mengolok-olok, secara sengaja mengisolasi seseorang, mendorong orang lain untuk mengasingkan seseorang secara soial, dan menghancurkan reputasi seseorang.
Bullying verbal, contohnya menghina, menyindir, meneriaki dengan kasar, memanggil dengan julukan, keluarga, kecacatan, dan ketidakmampuan (exampel : "Eh ada sih pincang lewat").
Bullying bisa terjadi di tempat-tempat berikut ini :
Terjadi pada pada situasi di mana pengawasan yang kurang dari orang dewasa, seperti di kamar mandi sekolah, jalan masuk kelas, dan tempat bermain.
Sering terjadi di tempat bermain daripada di kelas.
Interaksi agresif (baik secara fisik maupun verbal) muncul setiap 24 menit di tempat bermain, sedangkan di dalam kelas kemunculannya sekali setiap 37 menit.
Tempat bermain yang biasanya tidak diawasi oleh guru atau orang dewasa, juga sulit dideteksi karena tingginya aktivitas bermain anak-anak di lapangan dan sering dikira sebagai salah satu bentuk permainan anak-anak misalnya permainan gulat.
Di dalam kelas.
Sebenarnya, kita nih sebagai orang tua bisa nggak sih mengetahui apakah anak kita dibully atau tidak di sekolahnya? Insya Allah bisa. Yaitu dengan cara:
1. Jalin komunikasi dengan anak sejak usia mereka masih dini. Jangan pernah jadi orang tua yang terlalu sibuk sehingga lupa untuk menjalin komunikasi dengan anak. Karena, komunikasi yang dijalin ketika si anak sudah berusia remaja atau dewasa, itu sudah amat sulit untuk dilakukan. Biasanya jika pun bisa dilakukan maka bentuk komunikasinya bersifat formalitas saja. Anak hanya akan menjawab jika ditanya saja tapi jawaban yang diberikan pun tidak dijawab sepenuhnya. Hanya sekedarnya saja.
2. Selalu proaktif untuk rajin bertanya pada guru di sekolah tentang perkembangan anak. Nggak usah setiap hari datang ke sekolah jika memang punya karir, tapi ketika ada kesempatan datang ke sekolah, cobalah untuk datang dan menghadap ke guru kelasnya apa saja kemajuan anak, masalah apa yang dihadapi anak, bagaimana pergaulan anak di sekolah, apa yang menurut guru tersebut menjadi kesulitan anak, dll.
3. Jangan pernah abaikan perubahan fisik yang terjadi pada anak anda. Jika dia pulang sekolah jalannya pincang, perhatikan itu pura-pura pincang atau pincang beneran. Tanya kenapa? Bahkan jika ada tahi lalat tumbuh di pipinya pun tetap harus kita tanya ke anak itu, kenapa bisa begitu? Jadi orang tua jaman sekarang nggak boleh terlalu cuek.
4. Kenali satu dua nama teman anak anda. Setidaknya kita bisa mencari jawaban lain dari pada jawaban yang keluar dari mulut anak kita.
5. Lihat apakah ada perubahan sifat dan perilaku pada anak. Seperti jika dia tiba-tiba jadi pemurung, tidak mau sekolah, ngotot minta dibelikan sesuatu jika tidak lebih baik tidak udah sekolah saja, ngotot ingin memiliki sesuatu dan ternyata usia keberadaan barang yang diinginkannya itu tidak panjang di tangannya. Tiba-tiba saja sudah raib. Nah.. ini juga perlu diwaspadai nih. Ada apa sebenarnya?
Aku punya cerita tentang kasus bully. Tapi, aku harus jemput anak sekolah dulu sekarang. Nanti aku sambung lagi ya.
Ex High Quality Jomblo: Dude Herlino
Di Handphoneku itu, yang paling aktif belakangan ini sepertinya adalah aplikasi What's App di banding aplikasi lainnya. Notifikasi jika ada pesan yang masuk yang berasal dari W-A selalu teratas dari segi jumlah. Bahkan lebih banyak dari notifikasi Facebook. Aku memang memiliki beberapa group WA di handphoneku. Beruntungnya lagi, semua pesan yang masuk sudah aku seting untuk disimpan di aplikasi eksternal 'Cloud", jadi handphoneku tidak "hang" atau terpending karena memorinya habis.
Nah, salah satu obrolan pekan lalu yang bikin aku senyam-senyum itu adalah, ketika ada yang memberitahuku bahwa Dude Herlino sudah menikah tanggal 22 Maret 2014 lalu.
hahahaha... padahal aku sudah tulis di postingan sebelumnya bahwa dulu aku ngefans sama Dude tapi sekarang sudah tidak lagiiiiiiiiiiiiiii.... tapi... sepertinya yang diingat oleh teman-teman adalah aku penggemar Dude Herlino.
Ternyata eh ternyata sodara-sodara, banyak cewek-cewek yang diam-diam menyukai Dude Herlino karena Dude dianggap mewakili Jomblo dengan kualitas nyaris sempurna alias High Quality Jomblo.
Coba saja deh ditanya cewek-cewek, tipe suami apa yang mereka inginkan jadi suamiku kelak. Jawabannya rata-rata adalah: "cakep, sholeh, baik, pintar, mapan." Nah... sepertinya Dude dianggap punya itu semua.
![]() |
| ini petikan obrolan di salah satu group WA di hapeku |
Hmm... hmm...
Makanya banyak yang bergembira ketika Dude Herlino akhirnya menikah dengan Alisa Soebandono dan mendoakan mereka berdua bisa mendirikan rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah... tapi ada juga yang tidak senang.
Loh?
Loh?
Kenapa tidak senang?
Karena mereka berharap suatu hari bisa bertemu Dude dan eh.. siapa tahu gitu ... jodoh.... kan.. jodoh pasti bertemu... halah!
Sudahlah. Mari cari jomblo berkualitas tinggi lainnya. Insya Allah banyak kok. Sebab yang di bawah ini:
Anakku Belum Imunisasi BCG
Rabu, 02 April 2014
[Parenting] Ketika aku dan suamiku akhirnya memutuskan untuk memberi adik pada putra sulungku dahulu, aku sebenarnya tidak terlalu merisaukan tentang serba serbi imunisasi. Di Indonesia, pemberian imunisasi pada bayi itu sudah merupakan hal yang rutin dan banyak dilakukan oleh banyak orang. Karena sudah amat lumrah maka rangkaian jadwal imunisasi untuk bayi sudah bukan sesuatu yang harus ditulis dan dicatat khusus. Kita tinggal datang ke dokter dan dokter sendiri yang akan melihat catatan medis anak kita. Karena semua kemudahan ini maka aku sama sekali tidak merisaukan dan memikirkan apa-apa. Ikut saja demi memberikan yang terbaik bagi bayiku.
[Wordless Wednesday]: I Always with You
Langganan:
Komentar (Atom)














