"Eh... Ade. Datang lagi. Mau kamar yang biasa ya?"
hahahaha. Aku memang punya kamar kesukaan, yaitu kamar dengan tempat tidur yang menghadap jendela. Tempat tidurku berbentuk boks dengan jeruji besi di sekelilingnya. Jadi, jika sedang tidak ada yang besuk, aku hanya berdiri di pinggir pagar tempat tidur sambil menikmati pemandangan langit biru dan keramaian lalu lintas di luar rumah sakit (dulu selalu dirawat di RSPP, Jl. Kyai Maja Jakarta). Hanya beberapa kali aku harus masuk ruang isolasi, yaitu ketika Bronchitisnya kumat. Dan karena Bronchitis itu menular, maka aku ditempatkan di ruang isolasi. Yaitu ruang dimana hanya punya satu buah dinding sedangkan selebihnya adalah kaca-kaca lebar mirip Aquarium. Semua pengunjung bisa melambaikan tangan, menunjuk-nunjuk,berbisik, tertawa, dan sebagainya di luar "aquarium"ku. Suara mereka tidak bisa kudengar. Tapi, buah tangan mereka bisa selamat sampai di pangkuanku. Ada buah, mainan dan mainan. Mainannya banyakkkk sekali. Karena aku nyaris jatuh sakit setiap beberapa bulan sekali. Jadi, sebelum mainan itu rusak, aku sudah jatuh sakit. Lalu diopname lagi, dan pengunjung membawa mainan baru sebagai buah tangan mereka. Karena banyaknya mainan, sampai sekardus televisi, maka oleh ibuku semua mainan itu dibagi-bagikan ke tetangga, juga dikirim ke Palembang dan Dusun ayahku di Bumi Ayu, yang ada di pinggir Sungai Musi, Sumatra Selatan.
Akhirnya, suatu hari, ayah, yang memang punya banyak kenalan yang bersimpati atas penyakitannya putrinya tersebut (yaitu aku) akhirnya membuat sebuah kebijaksanaan.
"Tanpa mengurangi rasa hormat. Bagaimana jika yang berkunjung tidak usah membawa makanan, buah atau mainan. Tapi, bawakan saja anak saya buku cerita."
![]() |
| nih.. buku cerita macam ini nih, bisa jadi sahabat yang amat baik bagi anak-anak. Ini adalah buku kumpulan dongeng anak karya Hastira Sukardi |
Dan... dimulailah masa perkenalanku pada hobbi membaca buku cerita, khususnya dongeng.
Tahu sendiri kan, jika sedang sendirian di rumah sakit (terutama jika sedang berada di ruang isolasi), tidak ada yang bisa aku ajak bercakap-cakap. Semua orang tidak boleh mendekat soalnya. Jadi, aku benar-benar merasakan seperti "lonely fish in Aquarium". Kedatangan buku-buku cerita yang dijadikan buah tangan untuk mengunjungi anak yang sedang sakit itu, benar-benar sebuah hiburan yang luar biasa.
Ada beberapa alasan kenapa buah tangan berupa buku cerita dongeng memiliki kelebihan bagi anak yang sedang sakit:
1. Karena, kita tidak pernah tahu apa saja pantangan makanan yang ditentukan oleh dokter. Lagian, orang sakit suka gak doyan makanan. Jadi, buah tangan makanan biasanya dimakan oleh keluarga si sakit. Bukan si sakitnya.
2. Mainan itu asyik. Tapi, mainan sering menjadi sesuatu yang membosankan dan merupakan barang yang usianya tidak panjang. Aku pernah merasakan bosan sekali dengan mainan yang terus bertambah. Buat apa mainannya banyak jika tidak ada teman yang bisa diajak bermain?
3. Buku cerita dongeng itu bikin imajinasi anak jadi berkembang dan ini bisa mengusir rasa bosan bagi si sakit. Imajinasi yang berkembang bisa membuat anak menjadi kreatif insya Allah.
4. Yang terakhir, otak dagangku mulai bekerja dengan baik. Jadi, ketika aku sehat, buku cerita yang aku miliki bisa aku sewakan ke anak-anak tetangga. hehehehehe.
Karena sering mengisi waktu dengan membaca buku cerita, maka nyaris semua cerita anak jaman dahulu atau cerita anak klasik sudah aku hafal di luar kepala (maklum, ketika dokter mengatakan aku harus masuk rumah sakit, maka pesanku pada ibu hanya satu: "Tolong bawain ade buku cerita ya."... Ibu sering asal saja membawa buku ceritanya dan karena aku tidak ada pilihan, jadi ada beberapa buku yang aku baca berulang kali ceritanya hingga beberapa hafal deh ceritanya. Nah, ingatanku pada jalan cerita di buku cerita dongeng inilah yang ternyata membawa berkah tersendiri padaku ketika kini sudah memiliki anak.
Anak-anakku, sejak kecil memang aku tularkan kegemaran untuk membaca. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menceritakan pada mereka sepenggal dua penggal cerita dongeng yang aku ingat ketika kami sedang berbaring bersama-sama di kamar. Aku tidak memerlukan buku cerita dongeng karena aku hafal banyak cerita dongeng; jadi lampu kamar bisa dimatikan. Biarlah imajinasi masing-masing berkembang mendengar cerita dongengku. Nah, setelah mendengar cerita dongengku, anak-anakku yang dari kecil selalu punya rasa Kepo yang tinggi, akhirnya jadi penasaran dengan ceritaku. Jadilah mereka mencari buku ceritanya. Dan itulah awalnya anak-anakku gemar membaca semua.
Kegemaran membaca buku cerita dongeng sejak kecil itu ternyata menjadi pembuka kegemaran anak-anakku untuk membaca. Setelah mereka tidak lagi kecil, mereka bisa betah membaca buku setebal apapun. Itu sebabnya pada banyak orang tua lain, aku selalu memberi saran: tidak perlu membatasi bacaan dongeng pada anak-anak. Yang perlu itu adalah memberi ruang bagi mereka untuk berdiskusi dan menceritakan kembali apa yang mereka baca dan cerna. Dengan begitu, kita bisa melakukan pelurusan jika ternyata ada imajinasi yang melenceng dari misi kebaikan yang ingin disampaikan oleh buku cerita dongeng yang mereka baca. Jika anak-anak sudah sampai di usia yang lebih matang, mereka insya Allah bisa kok membedakan mana yang "cuma ada di cerita negeri dongeng aja" dan mana yang "terjadi di dunia nyata".
----------------------
Tulisan ini diikut sertakan dalam [Ikut Give Away] Pengalaman Mendongeng yang diadakan oleh Mamah Tira dalam event GIVE AWAY SEMUA TENTANG DONGENG ANAK




.jpg)











