Obrolan Remaja ABG

Ada dua hal sepertinya yang dimiliki oleh keluarga kecilku sebagai keluarga yang mengaku modern ini (prikitiw..hehehe; klaim ini kami akui karena:
1. Kami tinggal di perkotaan dan berusaha untuk menjadi keluarga yang mandiri. Yaitu tidak memakai jasa pembantu rumah tangga atau ART tapi berusaha untuk mengerjakan segala sesuatunya secara mandiri, berbagi tugas dan berusaha untuk bertanggung jawab atas tugas tersebut.
2. Memanfaatkan kemajuan teknologi untuk sesuatu yang tepat guna.
3. Rajin menabung dan sadar terhadap keinginan di masa depan.
4. Menjalankan pola hubungan yang terbuka satu sama lain dan berusaha untuk demokratis.).

Warning sign on My Kid's notebook

Remaja itu lucu ya. Mereka ketemuuu aja sesuatu yang bikin kita yang melihatnya jadi senyam senyum sendiri atau jadi merenung.
Seperti yang aku lihat di notebook putriku yang remaja kali ini. Kebetulan listrik di rumahku selama musim hujan yang menderas ini padam separuh rumah. Jadilah aku mengungsi tidur di kamar putriku, umpel-umpelan berempat setelah sebelumnya gotong kasurku ke kamarnya.

‪#‎KEBdiMataku‬ : Kumpulan Emak2 Melek Internet

KEB di mataku itu... sebuah komunitas yang isinya ada buanyuak bunget emak-emak yang dalam kesehariannya aktif dengan gadget masing-masing. Baik gadget sederhana maupun gadget canggih. Baik dengan batasan kuota internet, atau dengan kuota internet yang unlimited. Atau ada yang memakai jatah internet gratis atau harus mengeluarkan waktu dan uang untuk mendapatkan akses internet. Pokoknya, yang bisa dipastikan adalah mereka semua sudah amat akrab dengan internet dan media sosial. Entah itu blog, twitter atau facebook saja. Tapi, rata-rata sih punya blog.


Cara Menghapus Akun Twittermu

Pagi ini, seorang teman bertanya padaku cara menghapus akun Twitternya. Siapa tahu ada teman lain yang juga ingin bertanya hal yang sama, maka aku buat saja tutorialnya disini ya.

OVEN atau MICROWAVE?

Berawal dari statusnya Miss Rochma di Facebook ceritanya. Dia mempertanyakan, mana yang harus dibeli di antara dua pilihan: Oven atau Microwave? Dan aku gatel buat nulis komentar panjang kali lebar kali tinggi, jadi, aku buat saja deh tulisan ini.


Cara Membuat Paspor

Jika ada rencana untuk bepergian ke luar negeri pasti kita butuh Paspor. Daripada bayar calo untuk membuat paspor, berikut ini cara untuk membuat paspor tanpa perantaraan Calo. Insya Allah lebih hemat duit. 
Oh ya, ini juga berlaku jika paspor kalian hampir habis masa berlakunya. Silahkan cek paspor masing-masing, karena paspor yang 6 bulan lagi habis masa berlakunya sudah tidak bisa dipakai. Biasanya sih ditolak di imigrasi negara tempat tujuan kalian. Temanku ada yang pulang lagi setelah sampai di bandara Changi Singapura karena ternyata dia lalai memeriksa paspornya dan ternyata paspornya itu 4 bulan lagi habis masa berlakunya. Eh tapi, seorang Ustad kondang pernah juga mengalami hal yang sama, tapi karena dia orang terkenal dan sepertinya ada yang berani memberikan jaminan bahwa si ustad (kondang) itu tidak bakalan jadi "penduduk haram" di negara Singapura tersebut jadi akhirnya si ustad diperbolehkan. Karena ternyata si ustad itu memang datang ke negara Singapura itu dalam rangka cek kehamilan istrinya yang memasuki usia 7 bulan saja. Jadi, datang pagi, besok paginya sudah pulang lagi. 

Nah, yang nggak jelas itu jika ada turis yang paspornya sudah nyaris hampir habis masa berlakunya tapi dia bukan siapa-siapa dan di rekeningnya juga duitnya pas-pasan, nah..... nah.... mereka-mereka ini yang dicurigai bakalan jadi "pendatang haram" nantinya. Bisa saja nanti mereka masuk tapi ogah keluar lagi dari negara tersebut. Lalu bekerja sebagai tenaga kerja gelap. Ini yang dihindari oleh negara-negara yang kedatangan turis. Jadi... lebih baik cek segera paspor kalian, kapan masa berlakunya habis.

Untuk membuat Paspor baru maka ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu:

1. Datang langsung ke kantor imigrasi setempat untuk mengambil nomor pendaftaran. 

Kelemahan cara ini adalah: pengambilan nomor hanya diberlakukan dari pukul 08.00 s.d 11.00.
Masalahnya, kita harus bersaing dengan para calo yang karena memang pekerjaannya, mereka sudah nongkrong di depan kantor imigrasi sejak pukul 06.00. Akibatnya, jika kalian terlambat datang bisa-bisa kalian kehabisan kuota nomor yang disediakan. Kantor imigrasi hanya melayani 100 nomor yang datang langsung saja dalam sehari. 
(ini sama seperti pengalamanku waktu liburan anak sekolah bulan desember lalu. Sudah datang pagi-pagi, maksudku berangkat dari rumah jam setengah delapan lewat gitu, naik busway yang  berdesakan dengan orang-orang yang berangkat kerja, nyebrang jembatan penyeberangan yang panjang, eh.... sampai di sana aku sudah kehabisan nomor antrian. Padahal aku sampai di kantor imigrasi baru pukul 09.00). 

jadi... abaikan cara yang nomor satu ini. Kita langsung saja ke cara di nomor dua, yaitu:

2. Melakukan Pendaftaran via Online di website imigrasi.

Sebelum membuka website ini, ada baiknya kalian menscan semua data-data yang diperlukan yaitu:
1. KTP 
2.Paspor lama (jika paspor lama habis masa berlakunya)
3. Kartu Keluarga
4. Akte kelahiran
5. Buku nikah
6. Surat Keterangan kalian sudah menjadi WNI (ini untuk mantan WNA yang sudah jadi WNI)
7. Surat ijin orang tua (nah; mau gak mau kalian memang harus datang ke kantor imigrasi jika kalian punya anak yang belum memiliki KTP. Datang ke Koperasi Imigrasi, lalu beli formulis Surat Ijin Orang Tua disana).
8. Ijazah terakhir (jika ternyata orang tua kalian dulu tidak membuatkan kalian akte kelahiran; maka kalian bisa menggunakan Ijazah terakhir sebagai pengganti Akte Kelahiran. Ini juga berlaku untuk mereka yang kehilangan akte kelahiran.

Oke. Sudah siap discan semua? Mari kita buka websitenya jika sudah. Yaitu ke:


oh iya, website ini rada-rada manja. Jika susah loading, mungkin ada baiknya kalian ganti browser, karena: ada keterangan lanjutannya, yaitu:

Best view resolution 1024 x 786 browser IE 6 / IE 7 - recommended bandwidth 512 kbps

Tapi bisa juga, karena begitu banyaknya yang meng-akses web ini , maka koneksinya rada-rada lemot. Jadi saran berikutnya adalah: browsing di pagi hari sekali, atau di malam hari di atas pukul 22.00 atau... di hari libur (week end atau tanggal merah). Biasanya lancar jaya kita seluncur di web ini.

Ini beberapa langkah yang harus diikuti:

1. Setelah kita membuka web di atas maka kita akan bertemu dengan pilihan. Maka, pilihlah yang paling atas. Hingga muncul isi-isian formulirnya. Kita isi dengan data-data kita.

TIPS: pada kolom pilihan jumlah paspor yang dikehendaki pilihlah paspor dengan 48 halaman. Karena meski ada pilihan 24 halaman tapi tetap pas ngedaftar kita akan diminta isi ulang dengan alasan pilihan 24 halaman itu sebenarnya tidak ada. (aneh memang, kalau nggak ada kenapa dicantumin sih? pengalaman kesel pribadi nih; terpaksa bolak balik gara-gara alasan nggak jelas seperti ini. Sistem yang aneh)

Nah, bagi anak yang masih belum punya KTP maka kolom KTP diisi dengan KTP orang tua-nya.
Setelah itu, klik lanjut. Maka kita pun akan bertemu dengan pilihan ini. Nah, inilah saatnya kita meng-upload apa yang sudah kita scan sebelumnya.
Pilih jenis dokumen yang akan dilampirkan, setelah itu klik upload. Dia akan otomatis menempatkan diri dimana letaknya.


nah, ini adalah contoh surat ijin dari orang tua untuk pembuatan paspor anak mereka yang belum memiliki KTP sendiri.



2. Nah, jika sudah selesai semua peng-upload-an hasil scan dokumen maka klik lanjutkan. Kita akan sampai di tahap terakhir, yaitu tahap verifikasi.

Add caption
 klik kanan untuk membuka lembar bukti ke halaman lain (open in new tab)


jangan lupa untuk mensave lembar bukti permohonan yang dibuka dihalaman lain tersebut. Karena sebelum kita berangkat ke imigrasi, kita harus membayar setoran paspor dulu. Nah, berapa jumlahnya ada di bukti permohonan itu. Nanti, diprint 2 lembar, satu untuk kita satu untuk pihak bank. Bawa saja lembar ini ke bank. Setelah setoran ke bank baru kita berangkat ke imigrasi.


Dah... selesai deh.
Ayooo... kita jalan-jalan ke luar negeri jika sudah punya paspor. ^_^

When I Met My Husband

[Pernikahan] Ceritanya, aku mau cerita waktu kisah kenangan ketika aku bertemu dengan suamiku yang tercinta saat ini (cieeee).

Dulu itu, awal aku bertemu dengan dia, sebenarnya lucu. Dia adalah salah satu dosenku di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Tapi, berhubung aku waktu itu masih setengah hati masuk jurusan itu (ada ceritanya kenapa setengah hati...hehehe... di tulisan lain saja lain kali aku cerita), jadi entah bagaimana ceritanya aku sepertinya tidak ngeh bahwa sosok dia masuk dalam jajaran Dosen. Aku sering berlari keluar duluan sebelum angkatanku yang satu jurusan benar-benar bubar; dan jika sedang ada pertemuan aku sering terlambat datang. Lalu jarang juga main-main ke jurusanku untuk lebih mengenal jurusan itu sendiri (namanya juga setengah hati masuk jurusan ini.. hehehe). Jadi, aku tidak begitu tahu siapa saja senior, dosen, apalagi alumni jurusan tempatku kuliah ini. Hingga suatu hari, seorang teman mengajakku untuk menghadiri acara pengenalan jurusan.

Teringat Padamu, Ibu

Dulu, ketika sebelum aku menikah, ayahku yang lumayan romantis sering membangunkan kami anak-anaknya di pagi hari di hari ibu, tanggal 22 Desember setiap tahunnya sekedar untuk mengingatkan bahwa ini adalah hari ibu. Jadi, pagi-pagi ayah akan semakin gencar dengan ritualnya membunyikan besi yang menjadi pegangan di tangga berputar menuju kamar kami yang ada di lantai dua. Besi dipukul dengan sendok sayur dari besi juga. Bunyinya berisik sekali. Luar biasa gaduh. Ayah memang mengadopsi cara efektif membangunkan kami tersebut dari latihan militernya ketika ayah ikut wajib militer ketika kuliah dulu.

"Hei... hari ini hari ibu nih. Ayoooo... ibu hari ini biar santai, kalian yang beres-beres rumah dan masak."

Ibuku biasanya cuma cemberut pura-pura marah karena digoda seperti itu oleh ayah. hehehe.... ibu tahu, anak-anaknya tidak ada satupun yang bisa masak. Tapi, karena ayah berkata seperti itu jadi ibu memberi perintah apa saja yang harus dikerjakan.

"Ayo, hari ini ke pasar dulu ya. Beli ini nih.... (ngasih secarik kertas yang berisi belanjaan)... terus masak ini nih... (ngasi perintah apa saja yang harus dikerjakan dengan semua belanjaan itu)."

Dan mulailai kami anak-anaknya bereksperimen. Hasilnya? Biasanya sih ancur... dan dapur luar biasa berantakan. Dan satu sama lain pada cemberut karena ada yang merasa tidak diperlakukan dengan adil. Maklum, kami bersaudara tidak selalu kompak. Selalu ada figur bossy, dan selalu ada figur pingin diangkat jadi boss, dan selalu ada figur yang merasa diperlakukan sebagai pekerja kelas bawah. hahahaha...
Biasanya kalau sudah begitu, ayah dipastikan akan turun tangan.
Dia akan datang ke dapur dan membantu kami memasak. Jika pun ternyata masakan gagal, ayah akan mengajak kami untuk makan di luar di hari istimewa itu.

Ibuku memang orang yang tidak bisa diam. Ketika di hari istimewa hari ibu (jujur ya, ayahku amat mengistimewakan hari ibu, bahkan lebih istimewa ketimbang hari ulang tahun istrinya; entah mengapa), dia akan mencari-cari kerjaan lain.

"Sudah.. biar bae anak-anak yang begawe. Enga terima beres bae." (bahasa dusun Sekayu, Sumatra Selatan, yang artinya: "sudah... biar saja anak-anak yang bekerja. Kamu terima beres saja.")

Setelah aku dewasa, aku baru tahu kenapa ayah begitu menghargai peringatan hari ibu lebih tinggi ketimbang hari ulang tahun istrinya. Ini aku tanyakan pada ayah ketika ibu sudah meninggal dunia dan ayah jadi begitu rajin datang ke rumahku untuk menghabiskan waktu paginya.

"Hari ulang tahun itu kan sebenarnya hari sedih. Berkurang lagi satu tahun jatah umur kita di dunia. Jadi, makan-makan saja untuk mengingat, bukan untuk merayakan. Tapi kalau hari ibu, kita harus bersyukur ada ibu. Coba liat sekarang, pas ibu sudah tidak ada, jadi terasa timpang kan semua-muanya? Karena ibu yang biasa mengerjakan semuanya untuk kita. Tanpa ibu, kita jadi kerasa nggak bisa apa-apa."

Hmm...
iya sih.
Itu bener banget.

Dulu, aku selalu marah-marah setiap kali aku pergi ke luar kota dan menitipkan kunci rumah di rumah ibuku;  ibu selalu mendatangi rumahku dan membereskan rumahku.

"Ibu, ade kan udah gede. udah nikah dan punya anak. Kenapa sih musingin banget rumah ade berantakan atau nggak. Mending ibu santai aja di rumah, nitip kunci kan bukan berarti minta diberesin rumahnya!"

Setelah ibu meninggal dunia, kondisi menjadi terbalik. Ketika aku pulang dengan keadaan yang kelelahan dan cucian kotor menumpuk, entah kenapa aku amat berharap bisa pulang ke rumah yang rapih dan sudah tersedia masakan. Huff... jika saja ibuku masih ada.

Yang lebih parah lagi adalah ketika aku sakit dan harus masuk rumah sakit. Ketika aku pulang kembali ke rumah, dan mendapati rumah yang berantakan, tidak ada masakan, pekerjaan rumah tidak selesai tapi malah bertumpuk, yang aku ingat adalah ibuku.
"Duh, jika ada ibu. Pasti ibu tidak akan membiarkan aku yang baru pulang sakit ini harus segera bekerja lagi dalam rutinitas pekerjaan yang tiada habis, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga."

Huff. Aku rindu ibuku.
Ibuku yang sering marah-marah, tapi hatinya lembut dan penyayang. Ibu marah karena berharap anak-anaknya yang dablek mau berusaha untuk sempurna. Ibu punya patokan tertentu yang harus dipenuhi dan ketika anak-anaknya santai, ibu pun marah.

Pernah suatu hari, ibu marah-marah hebat pada salah satu saudaraku (oh ya, pengumuman nggak penting: aku termasuk anak yang tidak pernah dimarahi oleh ibuku.. heheheheh... *peace). Malam hari, kebetulan aku sering kena insomnia, aku pernah menangkap basah ibuku yang diam-diam masuk ke kamar saudaraku itu. Saudaraku itu sedang tertidur pulas. Ibu lalu mengelus kepala saudaraku itu, memandang wajah saudaraku itu dengan wajah sayang dan .... bersimbah air mata. Ibu menyesal telah bertindak kasar pada saudaraku itu. Tapi... ibu dididik dari kecil untuk tidak boleh meminta maaf pada anak-anak, karena itu akan menurunkan wibawa orang tua. Jadi... ibu hanya bisa menangis diam-diam, dan menyesali diam-diam juga. Dan aku cuma bisa jadi penonton diam-diam juga. Pura-pura tidur padahal merhatiin.

Ibu juga pernah menangis dan memelukku erat-erat ketika aku kelas dua SD. Ibu baru saja pulang dari ambil rapor dan raporku kebakaran. Semua nilainya merah semua, kecuali pelajaran agama dan kesenian (menyanyi).

"Penembai?" kata ayah, yang bertanya dalam bahasa Sekayu yang artinya kenapa. Ibu dan ayah memang sering berkomunikasi dengan bahasa Sekayu di rumah.
"Ika... gurunya ade bilang ke aku bahwa ade tuh ediot. kitek diminte masuke ade ke sekolah lain bae."
"Ai... ndak mungkin ade ediot." (ayah menolak dengan keras sambil menatap ke arahku yang duduk mengkerut karena baru saja selesai dimarahi ayah karena raporku merah semua). Ibu lalu membawaku ke psikolog dan aku pun mengikuti rangkaian test dan hasilnya, aku punya IQ yang di atas rata-rata. Tapi... kenapa rapornya merah semua? Psikolog memberi beberapa nasehat.

"Aku cari guru les bae amon mitu." (ibu lalu berinisiatif untuk mencari guru les untukku. Di tahun 1978, sekolah SD belum banyak jadi untuk mindahin sekolah rasanya sulit. Mencari guru les privat lebih enak).

Akhirnya, aku ikut les privat. Guru les privatku sabar menuntun dan memberi tips-tips khusus. Aku memang punya kekurangan untuk dis-orientasi arah. Karena kekurangan ini, aku menjadi sulit untuk membaca, menulis dan berhitung. Itu sebabnya raporku merah semua. Yang biru hanya dua pelajaran, agama (karena di jaman orde baru yang anti komunis, semua anak tidak boleh mendapat nilai merah di pelajaran agama; kecuali jika dia memang tidak punya tuhan atau terang-terangan mengaku sebagai komunis. Tapi, memangnya ada?) dan kesenian (kesenian karena tidak pernah nulis atau baca, isinya hanya menyanyi dan menggambar saja).
6 bulan les privat, aku bisa mengejar semua ketertinggalanku. Bahkan berhasil masuk peringkat 5 besar di semester akhir kenaikan kelas.

Itu sebabnya ketika aku pada akhirnya berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri : Universitas Indonesia, di perayaaan keberhasilanku masuk UI, ibu menyempatkan diri memelukku erat-erat di kamar mandi kampus.
"Ade.. .terima kasih ya nak. Kamu sudah berusaha keras dan ngeyakinin ibu bahwa ibu nggak salah mercayaain kamu bahwa kamu emang bisa berhasil."

Ya. Ibu memang selalu percaya padaku. Bahwa aku tidak idiot seperti dipersangkakan oleh guruku dulu.
Ibu juga percaya bahwa aku sama dengan anak-anak lain dan dia sukses mengembangkan rasa percaya diriku.
Ibu, dengan semua kesederhanaannya, telah berhasil mendidik aku menjadi seperti sekarang.

Itu sebabnya aku teringat ibu lagi di hari ibu ini.
Ibu.... terima kasih ya... maafin ade banyak salah dulu. Dan selalu membuat rusuh hatimu.