Berawal dari statusnya Miss Rochma di Facebook ceritanya. Dia mempertanyakan, mana yang harus dibeli di antara dua pilihan: Oven atau Microwave? Dan aku gatel buat nulis komentar panjang kali lebar kali tinggi, jadi, aku buat saja deh tulisan ini.
Cara Membuat Paspor
Senin, 13 Januari 2014
Jika ada rencana untuk bepergian ke luar negeri pasti kita butuh Paspor. Daripada bayar calo untuk membuat paspor, berikut ini cara untuk membuat paspor tanpa perantaraan Calo. Insya Allah lebih hemat duit.
Oh ya, ini juga berlaku jika paspor kalian hampir habis masa berlakunya. Silahkan cek paspor masing-masing, karena paspor yang 6 bulan lagi habis masa berlakunya sudah tidak bisa dipakai. Biasanya sih ditolak di imigrasi negara tempat tujuan kalian. Temanku ada yang pulang lagi setelah sampai di bandara Changi Singapura karena ternyata dia lalai memeriksa paspornya dan ternyata paspornya itu 4 bulan lagi habis masa berlakunya. Eh tapi, seorang Ustad kondang pernah juga mengalami hal yang sama, tapi karena dia orang terkenal dan sepertinya ada yang berani memberikan jaminan bahwa si ustad (kondang) itu tidak bakalan jadi "penduduk haram" di negara Singapura tersebut jadi akhirnya si ustad diperbolehkan. Karena ternyata si ustad itu memang datang ke negara Singapura itu dalam rangka cek kehamilan istrinya yang memasuki usia 7 bulan saja. Jadi, datang pagi, besok paginya sudah pulang lagi.
Nah, yang nggak jelas itu jika ada turis yang paspornya sudah nyaris hampir habis masa berlakunya tapi dia bukan siapa-siapa dan di rekeningnya juga duitnya pas-pasan, nah..... nah.... mereka-mereka ini yang dicurigai bakalan jadi "pendatang haram" nantinya. Bisa saja nanti mereka masuk tapi ogah keluar lagi dari negara tersebut. Lalu bekerja sebagai tenaga kerja gelap. Ini yang dihindari oleh negara-negara yang kedatangan turis. Jadi... lebih baik cek segera paspor kalian, kapan masa berlakunya habis.
Untuk membuat Paspor baru maka ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Datang langsung ke kantor imigrasi setempat untuk mengambil nomor pendaftaran.
Kelemahan cara ini adalah: pengambilan nomor hanya diberlakukan dari pukul 08.00 s.d 11.00.
Masalahnya, kita harus bersaing dengan para calo yang karena memang pekerjaannya, mereka sudah nongkrong di depan kantor imigrasi sejak pukul 06.00. Akibatnya, jika kalian terlambat datang bisa-bisa kalian kehabisan kuota nomor yang disediakan. Kantor imigrasi hanya melayani 100 nomor yang datang langsung saja dalam sehari.
(ini sama seperti pengalamanku waktu liburan anak sekolah bulan desember lalu. Sudah datang pagi-pagi, maksudku berangkat dari rumah jam setengah delapan lewat gitu, naik busway yang berdesakan dengan orang-orang yang berangkat kerja, nyebrang jembatan penyeberangan yang panjang, eh.... sampai di sana aku sudah kehabisan nomor antrian. Padahal aku sampai di kantor imigrasi baru pukul 09.00).
jadi... abaikan cara yang nomor satu ini. Kita langsung saja ke cara di nomor dua, yaitu:
2. Melakukan Pendaftaran via Online di website imigrasi.
Sebelum membuka website ini, ada baiknya kalian menscan semua data-data yang diperlukan yaitu:
1. KTP
2.Paspor lama (jika paspor lama habis masa berlakunya)
3. Kartu Keluarga
4. Akte kelahiran
5. Buku nikah
6. Surat Keterangan kalian sudah menjadi WNI (ini untuk mantan WNA yang sudah jadi WNI)
7. Surat ijin orang tua (nah; mau gak mau kalian memang harus datang ke kantor imigrasi jika kalian punya anak yang belum memiliki KTP. Datang ke Koperasi Imigrasi, lalu beli formulis Surat Ijin Orang Tua disana).
8. Ijazah terakhir (jika ternyata orang tua kalian dulu tidak membuatkan kalian akte kelahiran; maka kalian bisa menggunakan Ijazah terakhir sebagai pengganti Akte Kelahiran. Ini juga berlaku untuk mereka yang kehilangan akte kelahiran.
Oke. Sudah siap discan semua? Mari kita buka websitenya jika sudah. Yaitu ke:
oh iya, website ini rada-rada manja. Jika susah loading, mungkin ada baiknya kalian ganti browser, karena: ada keterangan lanjutannya, yaitu:
Tapi bisa juga, karena begitu banyaknya yang meng-akses web ini , maka koneksinya rada-rada lemot. Jadi saran berikutnya adalah: browsing di pagi hari sekali, atau di malam hari di atas pukul 22.00 atau... di hari libur (week end atau tanggal merah). Biasanya lancar jaya kita seluncur di web ini.
Ini beberapa langkah yang harus diikuti:
1. Setelah kita membuka web di atas maka kita akan bertemu dengan pilihan. Maka, pilihlah yang paling atas. Hingga muncul isi-isian formulirnya. Kita isi dengan data-data kita.
TIPS: pada kolom pilihan jumlah paspor yang dikehendaki pilihlah paspor dengan 48 halaman. Karena meski ada pilihan 24 halaman tapi tetap pas ngedaftar kita akan diminta isi ulang dengan alasan pilihan 24 halaman itu sebenarnya tidak ada. (aneh memang, kalau nggak ada kenapa dicantumin sih? pengalaman kesel pribadi nih; terpaksa bolak balik gara-gara alasan nggak jelas seperti ini. Sistem yang aneh)
Nah, bagi anak yang masih belum punya KTP maka kolom KTP diisi dengan KTP orang tua-nya.
Setelah itu, klik lanjut. Maka kita pun akan bertemu dengan pilihan ini. Nah, inilah saatnya kita meng-upload apa yang sudah kita scan sebelumnya.
Pilih jenis dokumen yang akan dilampirkan, setelah itu klik upload. Dia akan otomatis menempatkan diri dimana letaknya.
Ini beberapa langkah yang harus diikuti:
1. Setelah kita membuka web di atas maka kita akan bertemu dengan pilihan. Maka, pilihlah yang paling atas. Hingga muncul isi-isian formulirnya. Kita isi dengan data-data kita.
TIPS: pada kolom pilihan jumlah paspor yang dikehendaki pilihlah paspor dengan 48 halaman. Karena meski ada pilihan 24 halaman tapi tetap pas ngedaftar kita akan diminta isi ulang dengan alasan pilihan 24 halaman itu sebenarnya tidak ada. (aneh memang, kalau nggak ada kenapa dicantumin sih? pengalaman kesel pribadi nih; terpaksa bolak balik gara-gara alasan nggak jelas seperti ini. Sistem yang aneh)
Nah, bagi anak yang masih belum punya KTP maka kolom KTP diisi dengan KTP orang tua-nya.
Setelah itu, klik lanjut. Maka kita pun akan bertemu dengan pilihan ini. Nah, inilah saatnya kita meng-upload apa yang sudah kita scan sebelumnya.
Pilih jenis dokumen yang akan dilampirkan, setelah itu klik upload. Dia akan otomatis menempatkan diri dimana letaknya.
| nah, ini adalah contoh surat ijin dari orang tua untuk pembuatan paspor anak mereka yang belum memiliki KTP sendiri. |
2. Nah, jika sudah selesai semua peng-upload-an hasil scan dokumen maka klik lanjutkan. Kita akan sampai di tahap terakhir, yaitu tahap verifikasi.
klik kanan untuk membuka lembar bukti ke halaman lain (open in new tab)
Ayooo... kita jalan-jalan ke luar negeri jika sudah punya paspor. ^_^
![]() |
| Add caption |
Ayooo... kita jalan-jalan ke luar negeri jika sudah punya paspor. ^_^
When I Met My Husband
Jumat, 03 Januari 2014
[Pernikahan] Ceritanya, aku mau cerita waktu kisah kenangan ketika aku bertemu dengan suamiku yang tercinta saat ini (cieeee).
Dulu itu, awal aku bertemu dengan dia, sebenarnya lucu. Dia adalah salah satu dosenku di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Tapi, berhubung aku waktu itu masih setengah hati masuk jurusan itu (ada ceritanya kenapa setengah hati...hehehe... di tulisan lain saja lain kali aku cerita), jadi entah bagaimana ceritanya aku sepertinya tidak ngeh bahwa sosok dia masuk dalam jajaran Dosen. Aku sering berlari keluar duluan sebelum angkatanku yang satu jurusan benar-benar bubar; dan jika sedang ada pertemuan aku sering terlambat datang. Lalu jarang juga main-main ke jurusanku untuk lebih mengenal jurusan itu sendiri (namanya juga setengah hati masuk jurusan ini.. hehehe). Jadi, aku tidak begitu tahu siapa saja senior, dosen, apalagi alumni jurusan tempatku kuliah ini. Hingga suatu hari, seorang teman mengajakku untuk menghadiri acara pengenalan jurusan.
Dulu itu, awal aku bertemu dengan dia, sebenarnya lucu. Dia adalah salah satu dosenku di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Tapi, berhubung aku waktu itu masih setengah hati masuk jurusan itu (ada ceritanya kenapa setengah hati...hehehe... di tulisan lain saja lain kali aku cerita), jadi entah bagaimana ceritanya aku sepertinya tidak ngeh bahwa sosok dia masuk dalam jajaran Dosen. Aku sering berlari keluar duluan sebelum angkatanku yang satu jurusan benar-benar bubar; dan jika sedang ada pertemuan aku sering terlambat datang. Lalu jarang juga main-main ke jurusanku untuk lebih mengenal jurusan itu sendiri (namanya juga setengah hati masuk jurusan ini.. hehehe). Jadi, aku tidak begitu tahu siapa saja senior, dosen, apalagi alumni jurusan tempatku kuliah ini. Hingga suatu hari, seorang teman mengajakku untuk menghadiri acara pengenalan jurusan.
Teringat Padamu, Ibu
Minggu, 22 Desember 2013
Dulu, ketika sebelum aku menikah, ayahku yang lumayan romantis sering membangunkan kami anak-anaknya di pagi hari di hari ibu, tanggal 22 Desember setiap tahunnya sekedar untuk mengingatkan bahwa ini adalah hari ibu. Jadi, pagi-pagi ayah akan semakin gencar dengan ritualnya membunyikan besi yang menjadi pegangan di tangga berputar menuju kamar kami yang ada di lantai dua. Besi dipukul dengan sendok sayur dari besi juga. Bunyinya berisik sekali. Luar biasa gaduh. Ayah memang mengadopsi cara efektif membangunkan kami tersebut dari latihan militernya ketika ayah ikut wajib militer ketika kuliah dulu.
"Hei... hari ini hari ibu nih. Ayoooo... ibu hari ini biar santai, kalian yang beres-beres rumah dan masak."
Ibuku biasanya cuma cemberut pura-pura marah karena digoda seperti itu oleh ayah. hehehe.... ibu tahu, anak-anaknya tidak ada satupun yang bisa masak. Tapi, karena ayah berkata seperti itu jadi ibu memberi perintah apa saja yang harus dikerjakan.
"Ayo, hari ini ke pasar dulu ya. Beli ini nih.... (ngasih secarik kertas yang berisi belanjaan)... terus masak ini nih... (ngasi perintah apa saja yang harus dikerjakan dengan semua belanjaan itu)."
Dan mulailai kami anak-anaknya bereksperimen. Hasilnya? Biasanya sih ancur... dan dapur luar biasa berantakan. Dan satu sama lain pada cemberut karena ada yang merasa tidak diperlakukan dengan adil. Maklum, kami bersaudara tidak selalu kompak. Selalu ada figur bossy, dan selalu ada figur pingin diangkat jadi boss, dan selalu ada figur yang merasa diperlakukan sebagai pekerja kelas bawah. hahahaha...
Biasanya kalau sudah begitu, ayah dipastikan akan turun tangan.
Dia akan datang ke dapur dan membantu kami memasak. Jika pun ternyata masakan gagal, ayah akan mengajak kami untuk makan di luar di hari istimewa itu.
Ibuku memang orang yang tidak bisa diam. Ketika di hari istimewa hari ibu (jujur ya, ayahku amat mengistimewakan hari ibu, bahkan lebih istimewa ketimbang hari ulang tahun istrinya; entah mengapa), dia akan mencari-cari kerjaan lain.
"Sudah.. biar bae anak-anak yang begawe. Enga terima beres bae." (bahasa dusun Sekayu, Sumatra Selatan, yang artinya: "sudah... biar saja anak-anak yang bekerja. Kamu terima beres saja.")
Setelah aku dewasa, aku baru tahu kenapa ayah begitu menghargai peringatan hari ibu lebih tinggi ketimbang hari ulang tahun istrinya. Ini aku tanyakan pada ayah ketika ibu sudah meninggal dunia dan ayah jadi begitu rajin datang ke rumahku untuk menghabiskan waktu paginya.
"Hari ulang tahun itu kan sebenarnya hari sedih. Berkurang lagi satu tahun jatah umur kita di dunia. Jadi, makan-makan saja untuk mengingat, bukan untuk merayakan. Tapi kalau hari ibu, kita harus bersyukur ada ibu. Coba liat sekarang, pas ibu sudah tidak ada, jadi terasa timpang kan semua-muanya? Karena ibu yang biasa mengerjakan semuanya untuk kita. Tanpa ibu, kita jadi kerasa nggak bisa apa-apa."
Hmm...
iya sih.
Itu bener banget.
Dulu, aku selalu marah-marah setiap kali aku pergi ke luar kota dan menitipkan kunci rumah di rumah ibuku; ibu selalu mendatangi rumahku dan membereskan rumahku.
"Ibu, ade kan udah gede. udah nikah dan punya anak. Kenapa sih musingin banget rumah ade berantakan atau nggak. Mending ibu santai aja di rumah, nitip kunci kan bukan berarti minta diberesin rumahnya!"
Setelah ibu meninggal dunia, kondisi menjadi terbalik. Ketika aku pulang dengan keadaan yang kelelahan dan cucian kotor menumpuk, entah kenapa aku amat berharap bisa pulang ke rumah yang rapih dan sudah tersedia masakan. Huff... jika saja ibuku masih ada.
Yang lebih parah lagi adalah ketika aku sakit dan harus masuk rumah sakit. Ketika aku pulang kembali ke rumah, dan mendapati rumah yang berantakan, tidak ada masakan, pekerjaan rumah tidak selesai tapi malah bertumpuk, yang aku ingat adalah ibuku.
"Duh, jika ada ibu. Pasti ibu tidak akan membiarkan aku yang baru pulang sakit ini harus segera bekerja lagi dalam rutinitas pekerjaan yang tiada habis, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga."
Huff. Aku rindu ibuku.
Ibuku yang sering marah-marah, tapi hatinya lembut dan penyayang. Ibu marah karena berharap anak-anaknya yang dablek mau berusaha untuk sempurna. Ibu punya patokan tertentu yang harus dipenuhi dan ketika anak-anaknya santai, ibu pun marah.
Pernah suatu hari, ibu marah-marah hebat pada salah satu saudaraku (oh ya, pengumuman nggak penting: aku termasuk anak yang tidak pernah dimarahi oleh ibuku.. heheheheh... *peace). Malam hari, kebetulan aku sering kena insomnia, aku pernah menangkap basah ibuku yang diam-diam masuk ke kamar saudaraku itu. Saudaraku itu sedang tertidur pulas. Ibu lalu mengelus kepala saudaraku itu, memandang wajah saudaraku itu dengan wajah sayang dan .... bersimbah air mata. Ibu menyesal telah bertindak kasar pada saudaraku itu. Tapi... ibu dididik dari kecil untuk tidak boleh meminta maaf pada anak-anak, karena itu akan menurunkan wibawa orang tua. Jadi... ibu hanya bisa menangis diam-diam, dan menyesali diam-diam juga. Dan aku cuma bisa jadi penonton diam-diam juga. Pura-pura tidur padahal merhatiin.
Ibu juga pernah menangis dan memelukku erat-erat ketika aku kelas dua SD. Ibu baru saja pulang dari ambil rapor dan raporku kebakaran. Semua nilainya merah semua, kecuali pelajaran agama dan kesenian (menyanyi).
"Penembai?" kata ayah, yang bertanya dalam bahasa Sekayu yang artinya kenapa. Ibu dan ayah memang sering berkomunikasi dengan bahasa Sekayu di rumah.
"Ika... gurunya ade bilang ke aku bahwa ade tuh ediot. kitek diminte masuke ade ke sekolah lain bae."
"Ai... ndak mungkin ade ediot." (ayah menolak dengan keras sambil menatap ke arahku yang duduk mengkerut karena baru saja selesai dimarahi ayah karena raporku merah semua). Ibu lalu membawaku ke psikolog dan aku pun mengikuti rangkaian test dan hasilnya, aku punya IQ yang di atas rata-rata. Tapi... kenapa rapornya merah semua? Psikolog memberi beberapa nasehat.
"Aku cari guru les bae amon mitu." (ibu lalu berinisiatif untuk mencari guru les untukku. Di tahun 1978, sekolah SD belum banyak jadi untuk mindahin sekolah rasanya sulit. Mencari guru les privat lebih enak).
Akhirnya, aku ikut les privat. Guru les privatku sabar menuntun dan memberi tips-tips khusus. Aku memang punya kekurangan untuk dis-orientasi arah. Karena kekurangan ini, aku menjadi sulit untuk membaca, menulis dan berhitung. Itu sebabnya raporku merah semua. Yang biru hanya dua pelajaran, agama (karena di jaman orde baru yang anti komunis, semua anak tidak boleh mendapat nilai merah di pelajaran agama; kecuali jika dia memang tidak punya tuhan atau terang-terangan mengaku sebagai komunis. Tapi, memangnya ada?) dan kesenian (kesenian karena tidak pernah nulis atau baca, isinya hanya menyanyi dan menggambar saja).
6 bulan les privat, aku bisa mengejar semua ketertinggalanku. Bahkan berhasil masuk peringkat 5 besar di semester akhir kenaikan kelas.
Itu sebabnya ketika aku pada akhirnya berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri : Universitas Indonesia, di perayaaan keberhasilanku masuk UI, ibu menyempatkan diri memelukku erat-erat di kamar mandi kampus.
"Ade.. .terima kasih ya nak. Kamu sudah berusaha keras dan ngeyakinin ibu bahwa ibu nggak salah mercayaain kamu bahwa kamu emang bisa berhasil."
Ya. Ibu memang selalu percaya padaku. Bahwa aku tidak idiot seperti dipersangkakan oleh guruku dulu.
Ibu juga percaya bahwa aku sama dengan anak-anak lain dan dia sukses mengembangkan rasa percaya diriku.
Ibu, dengan semua kesederhanaannya, telah berhasil mendidik aku menjadi seperti sekarang.
Itu sebabnya aku teringat ibu lagi di hari ibu ini.
Ibu.... terima kasih ya... maafin ade banyak salah dulu. Dan selalu membuat rusuh hatimu.
"Hei... hari ini hari ibu nih. Ayoooo... ibu hari ini biar santai, kalian yang beres-beres rumah dan masak."
Ibuku biasanya cuma cemberut pura-pura marah karena digoda seperti itu oleh ayah. hehehe.... ibu tahu, anak-anaknya tidak ada satupun yang bisa masak. Tapi, karena ayah berkata seperti itu jadi ibu memberi perintah apa saja yang harus dikerjakan.
"Ayo, hari ini ke pasar dulu ya. Beli ini nih.... (ngasih secarik kertas yang berisi belanjaan)... terus masak ini nih... (ngasi perintah apa saja yang harus dikerjakan dengan semua belanjaan itu)."
Dan mulailai kami anak-anaknya bereksperimen. Hasilnya? Biasanya sih ancur... dan dapur luar biasa berantakan. Dan satu sama lain pada cemberut karena ada yang merasa tidak diperlakukan dengan adil. Maklum, kami bersaudara tidak selalu kompak. Selalu ada figur bossy, dan selalu ada figur pingin diangkat jadi boss, dan selalu ada figur yang merasa diperlakukan sebagai pekerja kelas bawah. hahahaha...
Biasanya kalau sudah begitu, ayah dipastikan akan turun tangan.
Dia akan datang ke dapur dan membantu kami memasak. Jika pun ternyata masakan gagal, ayah akan mengajak kami untuk makan di luar di hari istimewa itu.
Ibuku memang orang yang tidak bisa diam. Ketika di hari istimewa hari ibu (jujur ya, ayahku amat mengistimewakan hari ibu, bahkan lebih istimewa ketimbang hari ulang tahun istrinya; entah mengapa), dia akan mencari-cari kerjaan lain.
"Sudah.. biar bae anak-anak yang begawe. Enga terima beres bae." (bahasa dusun Sekayu, Sumatra Selatan, yang artinya: "sudah... biar saja anak-anak yang bekerja. Kamu terima beres saja.")
Setelah aku dewasa, aku baru tahu kenapa ayah begitu menghargai peringatan hari ibu lebih tinggi ketimbang hari ulang tahun istrinya. Ini aku tanyakan pada ayah ketika ibu sudah meninggal dunia dan ayah jadi begitu rajin datang ke rumahku untuk menghabiskan waktu paginya.
"Hari ulang tahun itu kan sebenarnya hari sedih. Berkurang lagi satu tahun jatah umur kita di dunia. Jadi, makan-makan saja untuk mengingat, bukan untuk merayakan. Tapi kalau hari ibu, kita harus bersyukur ada ibu. Coba liat sekarang, pas ibu sudah tidak ada, jadi terasa timpang kan semua-muanya? Karena ibu yang biasa mengerjakan semuanya untuk kita. Tanpa ibu, kita jadi kerasa nggak bisa apa-apa."
Hmm...
iya sih.
Itu bener banget.
Dulu, aku selalu marah-marah setiap kali aku pergi ke luar kota dan menitipkan kunci rumah di rumah ibuku; ibu selalu mendatangi rumahku dan membereskan rumahku.
"Ibu, ade kan udah gede. udah nikah dan punya anak. Kenapa sih musingin banget rumah ade berantakan atau nggak. Mending ibu santai aja di rumah, nitip kunci kan bukan berarti minta diberesin rumahnya!"
Setelah ibu meninggal dunia, kondisi menjadi terbalik. Ketika aku pulang dengan keadaan yang kelelahan dan cucian kotor menumpuk, entah kenapa aku amat berharap bisa pulang ke rumah yang rapih dan sudah tersedia masakan. Huff... jika saja ibuku masih ada.
Yang lebih parah lagi adalah ketika aku sakit dan harus masuk rumah sakit. Ketika aku pulang kembali ke rumah, dan mendapati rumah yang berantakan, tidak ada masakan, pekerjaan rumah tidak selesai tapi malah bertumpuk, yang aku ingat adalah ibuku.
"Duh, jika ada ibu. Pasti ibu tidak akan membiarkan aku yang baru pulang sakit ini harus segera bekerja lagi dalam rutinitas pekerjaan yang tiada habis, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga."
Huff. Aku rindu ibuku.
Ibuku yang sering marah-marah, tapi hatinya lembut dan penyayang. Ibu marah karena berharap anak-anaknya yang dablek mau berusaha untuk sempurna. Ibu punya patokan tertentu yang harus dipenuhi dan ketika anak-anaknya santai, ibu pun marah.
Pernah suatu hari, ibu marah-marah hebat pada salah satu saudaraku (oh ya, pengumuman nggak penting: aku termasuk anak yang tidak pernah dimarahi oleh ibuku.. heheheheh... *peace). Malam hari, kebetulan aku sering kena insomnia, aku pernah menangkap basah ibuku yang diam-diam masuk ke kamar saudaraku itu. Saudaraku itu sedang tertidur pulas. Ibu lalu mengelus kepala saudaraku itu, memandang wajah saudaraku itu dengan wajah sayang dan .... bersimbah air mata. Ibu menyesal telah bertindak kasar pada saudaraku itu. Tapi... ibu dididik dari kecil untuk tidak boleh meminta maaf pada anak-anak, karena itu akan menurunkan wibawa orang tua. Jadi... ibu hanya bisa menangis diam-diam, dan menyesali diam-diam juga. Dan aku cuma bisa jadi penonton diam-diam juga. Pura-pura tidur padahal merhatiin.
Ibu juga pernah menangis dan memelukku erat-erat ketika aku kelas dua SD. Ibu baru saja pulang dari ambil rapor dan raporku kebakaran. Semua nilainya merah semua, kecuali pelajaran agama dan kesenian (menyanyi).
"Penembai?" kata ayah, yang bertanya dalam bahasa Sekayu yang artinya kenapa. Ibu dan ayah memang sering berkomunikasi dengan bahasa Sekayu di rumah.
"Ika... gurunya ade bilang ke aku bahwa ade tuh ediot. kitek diminte masuke ade ke sekolah lain bae."
"Ai... ndak mungkin ade ediot." (ayah menolak dengan keras sambil menatap ke arahku yang duduk mengkerut karena baru saja selesai dimarahi ayah karena raporku merah semua). Ibu lalu membawaku ke psikolog dan aku pun mengikuti rangkaian test dan hasilnya, aku punya IQ yang di atas rata-rata. Tapi... kenapa rapornya merah semua? Psikolog memberi beberapa nasehat.
"Aku cari guru les bae amon mitu." (ibu lalu berinisiatif untuk mencari guru les untukku. Di tahun 1978, sekolah SD belum banyak jadi untuk mindahin sekolah rasanya sulit. Mencari guru les privat lebih enak).
Akhirnya, aku ikut les privat. Guru les privatku sabar menuntun dan memberi tips-tips khusus. Aku memang punya kekurangan untuk dis-orientasi arah. Karena kekurangan ini, aku menjadi sulit untuk membaca, menulis dan berhitung. Itu sebabnya raporku merah semua. Yang biru hanya dua pelajaran, agama (karena di jaman orde baru yang anti komunis, semua anak tidak boleh mendapat nilai merah di pelajaran agama; kecuali jika dia memang tidak punya tuhan atau terang-terangan mengaku sebagai komunis. Tapi, memangnya ada?) dan kesenian (kesenian karena tidak pernah nulis atau baca, isinya hanya menyanyi dan menggambar saja).
6 bulan les privat, aku bisa mengejar semua ketertinggalanku. Bahkan berhasil masuk peringkat 5 besar di semester akhir kenaikan kelas.
Itu sebabnya ketika aku pada akhirnya berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri : Universitas Indonesia, di perayaaan keberhasilanku masuk UI, ibu menyempatkan diri memelukku erat-erat di kamar mandi kampus.
"Ade.. .terima kasih ya nak. Kamu sudah berusaha keras dan ngeyakinin ibu bahwa ibu nggak salah mercayaain kamu bahwa kamu emang bisa berhasil."
Ya. Ibu memang selalu percaya padaku. Bahwa aku tidak idiot seperti dipersangkakan oleh guruku dulu.
Ibu juga percaya bahwa aku sama dengan anak-anak lain dan dia sukses mengembangkan rasa percaya diriku.
Ibu, dengan semua kesederhanaannya, telah berhasil mendidik aku menjadi seperti sekarang.
Itu sebabnya aku teringat ibu lagi di hari ibu ini.
Ibu.... terima kasih ya... maafin ade banyak salah dulu. Dan selalu membuat rusuh hatimu.
Ekspresi Sayang Anak pada Ibunya
Sabtu, 21 Desember 2013
![]() |
| ini gambar Hawna yang melukiskan tentang ibu yang lagi bisik-bisik ke dia. Liat ekspresi Hawna yang menyimak dengan seksama ibu yang lagi bisik2 di telinganya. |
Bikin BLog BAru: Blog Tentang Fashion
Jumat, 20 Desember 2013
Lama nggak ngeblog karena lagi sibuk nulis dikejar deadline.
Nah... di tengah kejaran deadline itu, aku sering mengalihkan waktuku sejenak untuk melakukan aktifitas selain menulis. Apalagi kalau tidak menekuni hobbiku.
Menekuni hobbi itu penting, karena disamping bisa menyegarkan otak, juga untuk menghindari kejenuhan akibat pekerjaan yang memburu dan itu-itu saja.
Hobbiku ada beberapa. Salah satunya adalah mengamati perkembangan mode alias fashion. Baik itu pakaian, tas, sepatu, atau aksesoris lainnya.
Nah.. karena iseng dan selalu menjadi pengamat diam-diam di dunia Fashion itu, maka aku akhirnya mencoba untk bikin Blog Baru yagn khusus membidik tentang Fashion.
Apa saja tuh?
Ini lagi dikerjain.
semoga tahun 2014 nanti bisa segera Launching.
Nah... di tengah kejaran deadline itu, aku sering mengalihkan waktuku sejenak untuk melakukan aktifitas selain menulis. Apalagi kalau tidak menekuni hobbiku.
Menekuni hobbi itu penting, karena disamping bisa menyegarkan otak, juga untuk menghindari kejenuhan akibat pekerjaan yang memburu dan itu-itu saja.
Hobbiku ada beberapa. Salah satunya adalah mengamati perkembangan mode alias fashion. Baik itu pakaian, tas, sepatu, atau aksesoris lainnya.
Nah.. karena iseng dan selalu menjadi pengamat diam-diam di dunia Fashion itu, maka aku akhirnya mencoba untk bikin Blog Baru yagn khusus membidik tentang Fashion.
Apa saja tuh?
Ini lagi dikerjain.
semoga tahun 2014 nanti bisa segera Launching.
Hati-Hati, Lagu Nina Bobok Itu Lagu Untuk Memanggil Demit
Jumat, 13 Desember 2013
Pernah ada perdebatan dulu dimana dikatakan bahwa Lagu Nina Bobok itu adalah lagu yang berisi ancaman pada anak dan awal mula diajarkannya budaya kekerasan pada anak-anak.
Coba saja perhatikan syairnya:
Nina Bobo... oh .. Nini Bobo
Jika tidak bobo digigit nyamuk
Nah, kebetulan aku sendiri tidak pernah menyanyikan lagu Nina Bobok pada anak-anakku karena aku lebih suka nyanyiin lagu yang lain, yaitu lagunya Bing Slamet yang berjudul Belaian Sayang. Kata-katanya lebih bagus. Tapi itu terjadi ketika aku mengalami masa long distance dengan suamiku dulu ketika baru punya anak satu (aku di Jakarta dan suamiku di Sydney); segera setelah kami bertemu kembali, suamiku memiliki lagu menidurkan anak yang baru lagi, yaitu lagu Hymne UI... (hahahahaha mentang-mentang dosen dan alumni UI) atau lagu-nya Sari YOk Koeswoyo yang berjudul Awan Putih Berlalu. Karena tidak pernah menyanyikan lagu Nina Bobok maka ketika ada perdebatan antara psikolog anak yang memberikan statement agar orang tua tidak usah menyanyikan lagu Nina Bobok pada balita mereka karena ada budaya kekerasan disana (yaitu ancaman dan intimidasi) maka aku tenang-tenang saja.
Hal yang agak mengagetkan justru datang ketika hari ini, temanku Arti Ahmad menuliskan di status facebooknya agar hati-hati, lagu Nina Bobok itu adalah lagu untuk memanggil Dedemit.
Penasaran aku. Masa iya sih? Kaget juga. Rada-rada horor gitu. Terus.. ceritanya aku obrolin ini dengan anak-anakku. Anak-anakku tuh ada yang masih kecil, ada yang remaja. Nah, yang kecil mah otomatis langsuung takut ya. Tapi yang remaja langsung cerita bahwa dia dikasih tahu sama temannya bahwa itu ada film horornya dan benar bahwa lagu Nina Bobok itu ada sejarah horornya.
"Hah? Masa sih? Gimana ceritanya?" (aku)
"Ahhh... ibu, aku nggak mau nginget-nginget lagi.. serem banget soalnya." (si remaja)
"Seramnya kenapa? Ceritanya atau lagunya?"
"Lagunya.. ada versi aslinya lagi bu. Dan itu serem banget. Temanku yang cerita."
"Kayak gimana?"
"Ahhh.. ibu nih.. aku kan tidur sendirian .. aku dah ngelupain cerita itu.. aku nggak mau nginget-nginget lagi." (lalu dia mulai menyetel lagu-lagu Korea demi untuk membesihkan isi kepalanya yang katanya jadi teringat dengan cerita versi horor lagu Nina Bobok).
Jadi, akupun browsing karna penasaran dan mendapat keterangan seperti ini:
(ini aku kutip dari http://pulsk.com/294372/Sejarah-Dibalik-Lagu-Nina-Bobo-Konon-Mengerikan.html)
Sejarah Mengerikan Dibalik Lagu Nina Bobo - Siapa yang tidak tahu dengan lagu Nina Bobo? lagu yang biasanya dinyanyikan seorang ibu kepada anaknya sebagai pengantar tidur. Ternyata di balik lagu Nina Bobo ini tersimpan cerita yang mengerikan. Judul lagu lagu 'Nina Bobo' ini anak perempuan blasteran Indonesia-Belanda yg lahir di tahun 1871. Nama lengkapnya Hele nina Mustika Van Rodjnik. Ibunya orang Jawa, sehari-hari kerja sbg penari. Bapaknya Belanda, namanya Kapten Van Rodjnik Kabarnya sejak si Helenina masih bayi, dia selalu susah tidur.
Setiap mau tidur selalu berontak dan nangis-nangis karena susah tidurnya si Helenina tadi, ibunya selalu nyanyiin senandung kecil buat mancing Nina tidur, lama kelamaan Helenina jadi terbiasa harus dinyanyiin dulu sebelum dia tidur. Setiap malem kalau nggak dinyanyiin dia nggak bisa tidur Karena kebiasaan ini, Kapten Van Rodjnik minta sama istrinya untuk sekalian ngebuat lirik penenang, supaya Helenina dan Van Rodjnik bisa ngerti karna di rumah mereka banyak nyamuk, dibuatlah lirik Nina Bobo kayak yg sekarang sering kita denger Di tahun 1875, Helenina sakit parah, demam tinggi.
Gara-gara sakit itu, dia nangis setiap malam Sakitnya Helenina berkepanjangan. si ibu tiap malam terus-terusan nyanyiin Nina Bobo supaya si Nina bisa tidur. Sampai akhirnya di tahun 1878 Helenina meninggal, waktu itu umurnya masih 6 tahun. Keluarga Van Rodjnik sedih, ibunya engga bisa nerima kematian Helenina Seminggu setelah kematian Helenina, Kapten Van Rodjnik ngedapetin istrinya nyanyiin lagu Nina Bobo di kamar mandi. Suaranya menggema, Setelah ditanya Kapten, istrinya bilang kalau dia ngedenger Helenina nangis di situ. Jadi dia inisiatif buat nyanyiin Nina Bobo.Setelah kejadian itu, karena sedih dan ngerasa kehilangan, ibu Helenina masih suka nyanyiin lagu Nina Bobo selama bertahun-tahun.
Sampai akhirnya Ibu Helenina (yg namanya Mustika) meninggal di tahun 1929 Setelah kematian Ibu Mustika dan Helenina, Kapten Van Rodjnik tinggal sendirian di rumah tadi. Katanya ada beberapa kejadian yang menimpa si Kapten Pernah beberapa kali Kapten Van Rodjnik ngedenger suara bayi nangis, tapi dia nggak perduli dan langsung tidur. Akhirnya bbrp kali juga dia kebawa mimpi tentang anak kecil nangis. Mungkin si Helenina tadi. Sampai puncaknya di suatu malem, Kapten ngedenger suara anak kecil nangis lagi. Tapi dia nggak perduli dan langsung tidur.
Akhirnya pas tengah malem si Kapten dibangunkan oleh tangan anak kecil umur 6 tahun yangnangis-nangis. Mungkin itu si Helenina. Katanya si anak ngebangun sambil ngomong. Yang kira-kira bunyinya, "Papa.. Kok papa nggak nyanyiin buat Nina?" Setelah malam itu, pikiran Kapten jadi keganggu. Akhirnya dia selalu nyanyiin lagu itu sendirian di kamarnya tiap malam, sampai dia meninggal.
Konon katanya ketika anda menyanyikan lagu ini untuk pengantar tidur anak â?? anak anda yang masih bayi, tepat ketika anda meninggalkan kamar tempat anak anda tertidur. Nina akan datang ke kamar anak anda dan membuat anak anda tetap terlelap hingga keesokan paginya.
Waaaahh.... seram juga (aku langsung bacain cerita ini ke anak-anakku, tentu dengan pengaturan suara agar dapat kesan horornya, akhirnya anak-anakku sepakat tidak mau nyanyiin ini lagi). Kalau kalian?
Status Teromantis di tahun 2013 Versi Facebooknya Ade Anita
Eh... Sudah menjelang akhir tahun nih. Seperti biasa, aku biasanya selalu membuat tulisan yang berisi refleksi apa yang sudah aku lalui di tahun 2013 ini. Nah, tadi aku lihat ada fitur Year on Review di Facebook. Jadi aku klik dan ternyata Facebook menampilkan semua status kita yang banyak dikomentari oleh pengunjung. Nah, salah satunya adalah ini. Aku Suka baca status ini.... dan bersyukur karena dikaruniai suami yang baik hati dan anak-anak yang luar biasa menyejukkan hati. Semoga tahun depan dan tahun-tahun selanjutnya selalu demikianlah yang dikaruniai kepadaku, Aamiin.
Langganan:
Komentar (Atom)














