Window 8 (yang terbaru dari microsoft)
Minggu, 16 September 2012
Status facebookku pagi buta ini:
Terbangun dengan sebuah gagasan untuk calon novelku. Setelah shalat, buru2 buka komputer. Tapi setelah notebookku menyala, aku malah bengong. Baru inget sesuatu...semalam, aku tukeran notebook ama anak sulungku.
"Bu, aku pasang window 8 ya. Lebih baru, lebih mantap."
Dan pagi ini aku nemuin layar monitorku yg asli lebih canggih tampilannya. Cantik dengan window2 kecil yg berjumlah 8. Tapi..hiks...
Yup. Benar sekali. Hari ini, aku akhirnya dapat mainan baru. hhahaha... ini gara-gara aku tukeran notebook sama anak sulungku. Dia mahasiswa fakultas komputer UI, jadi "semua anak fasilkom punya ID untuk make semua keluaran microsoft".. Anakku ini memasang window 8 di notebookku.
Terbangun dengan sebuah gagasan untuk calon novelku. Setelah shalat, buru2 buka komputer. Tapi setelah notebookku menyala, aku malah bengong. Baru inget sesuatu...semalam, aku tukeran notebook ama anak sulungku.
"Bu, aku pasang window 8 ya. Lebih baru, lebih mantap."
Dan pagi ini aku nemuin layar monitorku yg asli lebih canggih tampilannya. Cantik dengan window2 kecil yg berjumlah 8. Tapi..hiks...
Karena gaptek, aku bingung...kalo mo buka word, yang mana?? Kenapa nggak ada sidebar program?? Bahkan aku nggak tahu mo matiin notebooknya... Kagak ketemu bar shut downnya. Widiihhh... Akhirnya nggak jadi ngetik. Kacau deh. (*Gaptek ini menyebalkan. Mana nggak ada yg bisa dibangunin buat minta diajarin..hahahaha... Yasud , tunggu pagi baru bisa ngetik).
Yup. Benar sekali. Hari ini, aku akhirnya dapat mainan baru. hhahaha... ini gara-gara aku tukeran notebook sama anak sulungku. Dia mahasiswa fakultas komputer UI, jadi "semua anak fasilkom punya ID untuk make semua keluaran microsoft".. Anakku ini memasang window 8 di notebookku.
Baru Sadar Sekarang Ternyata, Selama Ini Ada Yang Lain Yang Aku Lebih Suka Ketimbang Yang Itu
Baru Sadar Sekarang Ternyata, Selama Ini Ada Yang Lain
Yang Aku Lebih Suka Ketimbang Yang Itu
by Catatan
Ade Anita on Sunday, 9 September 2012 at 23:26 ·
Pernah nggak, setelah sekian lama menyatakan diri kepada
semua orang bahwa kita menyukai sesuatu tapi suatu hari, akhirnya tiba-tiba
kita menyadari satu hal yang cukup penting: bahwa ternyata kita lebih menyukai
yang lain. Lalu, tanpa peduli bahwa semua orang sudah terlanjur mengecap kita
sebagai pemilik sesuatu itu, kita malah jadi ingin memproklamirkan diri bahwa "kita
sudah tidak menyukai itu lagi, tapi ada yang baru, dan kita ingin orang lain
tahu bahwa inilah yang sebenarnya kita sukai, bukan lagi yang itu."
Khayalanku di Siang Bolong: KEPINGIN
Jumat, 14 September 2012
[WARNING.. THIS NOTES COULD BE HARM FOR SOME VIEWER]
[Lifestyle] Susahnya jadi orang yang lagi menjalankan diet itu adalah: ketika sedang ingin memakan makanan kegemarannya tapi makanan tersebut malah berpotensi merusak semua usaha dan kerja keras selama ini.
Selama satu bulan berpuasa di bulan Ramadhan lalu, aku berhasil menurunkan berat badanku sebagai 4 kg.... dasyat ya. Tapi, ketika lebaran tiba, meski lamanya hanya dua hari, berat badanku sudah kembali ke posisi semula,
Uh, cape deh.
Kangen dengan Australia
Kamis, 13 September 2012
Entahlah... tapi, rasanya ada dua tempat dimana aku sering merindukannya meskipun mereka bukan tanah kelahiranku juga bukan tanah yang penuh dengan keberkahan. Mereka adalah : Sydney dan Melbourne.
Aku kangen dengan suasana pantai di Sydney.
Pasir putihnya selalu hangat dan bersih.
Aku kangen dengan suasana pantai di Sydney.
Pasir putihnya selalu hangat dan bersih.
alhamdulillah menang pulsa Rp50.000
Rabu, 12 September 2012
Pagi ini, alhamdulillah aku berhasil memenangkan lomba blog pojok pulsa bulan agustus. Tulisanku: Puasa terlama (http://adeanita-adi.blogspot.com/2012/08/puasa-terlama.html), memenangkan pulsa Rp50.000. Alhamdulillah.
ini linknya:
http://pojokpulsa.co.id/pemenang-lomba-blog-pojok-pulsa-agustus-2012/
ini linknya:
http://pojokpulsa.co.id/pemenang-lomba-blog-pojok-pulsa-agustus-2012/
repost tulisan lamaku di media lama: Ketika Mencoba Jadikan Mimpi Nyata, Inilah Era Barbie Doll
Jumat, 07 September 2012
Gepetto amatlah terkejut. Kemarin malam sebelum tidur, batang kayu yang diukirnya hanyalah sebuah patung boneka anak kecil yang masih kaku dan belum lagi halus. Tapi pagi ini, berdiri di hadapannya seorang anak kecil setinggi boneka kayu buatannya. Kulit tubuh anak tersebut masih menyerupai serat-serat kayu, coklat dan menampakkan profil kayu. Di beberapa bagian engselnya, masih terlihat paku dan baut penyatunya. Gepetto menggosok matanya berkali-kali. Apakah mungkin ini boneka kayu yang dibuatnya kemarin? Tiba-tiba ada suara yang mengagetkan Gepetto.
Gepetto. Jangan terkejut, aku peri biru. Harapanmu telah aku kabulkan. Boneka kayu yang kau buat, kini telah menjadi seorang anak lelaki. Tapi dia belumlah bisa jadi manusia sempurna jika belum melalui ujian untuk mendapatkan hati nurani. Boneka kayu itu, panggillah dia dengan nama Pinokio.Sejak itulah cerita Pinokio, Boneka kayu yang lucu dan jenaka mulai terjalin. Setelah melalui berbagai macam ujian dan cobaan, pada akhirnya Pinokio menjadi anak manusia dan diadopsi oleh Gepetto yang memang tidak memiliki seorang anakpun.
Terlepas dari asal cerita ini dan gambaran tokoh yang bertebaran di dalamnya, cerita Pinokio menggambarkan sebuah harapan dari banyak orang tua untuk dapat memperoleh anak. Tapi tak ada harapan yang bisa terpenuhi dengan mudah begitu saja. Perlu ada perjuangan agar harapan itu bisa terpenuhi. Dan ketika harapan itu ternyata hanya tinggal harapan, maka jangan langsung putus asa dan melupakan semua harapan dan berhenti berdoa. Masih ada keajaiban yang akan datang pada siapa saja yang tidak pernah putus asa yang datangnya dari Yang Maha Pencipta.
Bicara tentang harapan dan usaha untuk meraihnya, ada cerita lain yang juga bertajuk tentang kehidupan sebuah boneka. Yaitu tentang kehidupan Boneka Barbie. Berbeda dengan Pinokio yang hidup dengan latar belakang kehidupan yang miskin dan nge-deso, Barbie hidup dengan latar belakang kehidupan kaya raya, Kosmopolitan dan kondisi serba enak. Inilah cerita tentang harapan dan impian kebanyakan wanita di seluruh dunia ini. Yaitu memperoleh semua nikmat hidup dalam kapasitas yang maksimal. Cantik, pintar, kaya, seksi, mulus, rambut yang indah, punya banyak teman, punya pasangan yang juga sama gantengnya, rumah yang besar, koleksi pakaian yang indah-indah dan mewah-mewah, ada ranch, mobil sport terbaru, caravan, kolam renang pribadi, dan bla bla bla.
Jika kita tilik lebih dalam dari dua cerita di atas lalu kita persandingkan dengan kehidupan di dunia nyata, ada sebuah gambaran yang akan kita lihat. Pada cerita Pinokio, gambaran itu adalah, mencoba untuk memasukkan nilai-nilai kemanusiaan dalam sebuah kisah khayalan. Sebaliknya pada cerita Barbie doll, justru terjadi hal sebaliknya. Mencoba untuk membangkitkan nilai-nilai khayalan dan mimpi dalam kisah kehidupan nyata. Kenapa harus bermimpi jika mimpi itu bisa kita wujudkan?
Banyak wanita yang punya mimpi untuk bisa menjadi sempurna. Punya wajah putih mulus, hidung mancung, pinggul yang seksi, betis yang bak jantung pisang tergantung, serta rambut yang mempesona. Persis seperti kecantikan yang dimiliki oleh boneka Barbie. Para gadis kecil yang beranjak remaja, mulai senang mendandani boneka Barbienya dengan aksesoris yang beaneka macam karena ada sebuah kesadaran bahwa hanya pada boneka Barbielah bisa dikenakan berbagai macam aksesoris yang menawan. Barbie punya kesempurnaan yang nyaris tiada cacat. Dipasangkan gaun tertutup dia tetap cantik, dikenakan pakaian serba minim kian mempesona. Dikepang terlihat manis, dikonde terlihat anggun, bahkan dipotong pendekpun terlihat kian imut-imut. Inilah enaknya punya banyak kesempurnaan. Diapa-apain saja tetap oke sepanjang waktu.
Pada akhirnya, banyak wanita yang mulai bermimpi jika saja dirinyalah yang menjelma seperti Barbie. Celah mimpi inilah yang ditangkap dengan baik oleh industri kecantikan. Dan era meraih impian lewat kosmetik dan pengobatan-pun mulai mengadakan persaingan.
Saya pernah bertemu dengan seorang teman lama. Ketika bertemu dengannya, hampir-hampir saja saya tidak mengenalinya. Dulu ketika kecil, kulitnya coklat kehitam-hitaman, dengan rambut keriting kusut dan hidung pesek. Tapi ketika kami bertemu, ternyata dia sudah jauh berubah. Rambutnya tebal dan lurus amat indah. Kulit wajah dan bahkan seluruh kulit tubuhnya putih mulus. Bibirnya yang dahulu tipis dan pucat kini tampak sedikit tebal dan amat seksi bergayut. Hidungnya mancung dan menggemaskan. Dagunya sedikit terbelah. Ah, cantik seperti boneka.
Terlepas dari asal cerita ini dan gambaran tokoh yang bertebaran di dalamnya, cerita Pinokio menggambarkan sebuah harapan dari banyak orang tua untuk dapat memperoleh anak. Tapi tak ada harapan yang bisa terpenuhi dengan mudah begitu saja. Perlu ada perjuangan agar harapan itu bisa terpenuhi. Dan ketika harapan itu ternyata hanya tinggal harapan, maka jangan langsung putus asa dan melupakan semua harapan dan berhenti berdoa. Masih ada keajaiban yang akan datang pada siapa saja yang tidak pernah putus asa yang datangnya dari Yang Maha Pencipta.
Bicara tentang harapan dan usaha untuk meraihnya, ada cerita lain yang juga bertajuk tentang kehidupan sebuah boneka. Yaitu tentang kehidupan Boneka Barbie. Berbeda dengan Pinokio yang hidup dengan latar belakang kehidupan yang miskin dan nge-deso, Barbie hidup dengan latar belakang kehidupan kaya raya, Kosmopolitan dan kondisi serba enak. Inilah cerita tentang harapan dan impian kebanyakan wanita di seluruh dunia ini. Yaitu memperoleh semua nikmat hidup dalam kapasitas yang maksimal. Cantik, pintar, kaya, seksi, mulus, rambut yang indah, punya banyak teman, punya pasangan yang juga sama gantengnya, rumah yang besar, koleksi pakaian yang indah-indah dan mewah-mewah, ada ranch, mobil sport terbaru, caravan, kolam renang pribadi, dan bla bla bla.
Jika kita tilik lebih dalam dari dua cerita di atas lalu kita persandingkan dengan kehidupan di dunia nyata, ada sebuah gambaran yang akan kita lihat. Pada cerita Pinokio, gambaran itu adalah, mencoba untuk memasukkan nilai-nilai kemanusiaan dalam sebuah kisah khayalan. Sebaliknya pada cerita Barbie doll, justru terjadi hal sebaliknya. Mencoba untuk membangkitkan nilai-nilai khayalan dan mimpi dalam kisah kehidupan nyata. Kenapa harus bermimpi jika mimpi itu bisa kita wujudkan?
Banyak wanita yang punya mimpi untuk bisa menjadi sempurna. Punya wajah putih mulus, hidung mancung, pinggul yang seksi, betis yang bak jantung pisang tergantung, serta rambut yang mempesona. Persis seperti kecantikan yang dimiliki oleh boneka Barbie. Para gadis kecil yang beranjak remaja, mulai senang mendandani boneka Barbienya dengan aksesoris yang beaneka macam karena ada sebuah kesadaran bahwa hanya pada boneka Barbielah bisa dikenakan berbagai macam aksesoris yang menawan. Barbie punya kesempurnaan yang nyaris tiada cacat. Dipasangkan gaun tertutup dia tetap cantik, dikenakan pakaian serba minim kian mempesona. Dikepang terlihat manis, dikonde terlihat anggun, bahkan dipotong pendekpun terlihat kian imut-imut. Inilah enaknya punya banyak kesempurnaan. Diapa-apain saja tetap oke sepanjang waktu.
Pada akhirnya, banyak wanita yang mulai bermimpi jika saja dirinyalah yang menjelma seperti Barbie. Celah mimpi inilah yang ditangkap dengan baik oleh industri kecantikan. Dan era meraih impian lewat kosmetik dan pengobatan-pun mulai mengadakan persaingan.
Saya pernah bertemu dengan seorang teman lama. Ketika bertemu dengannya, hampir-hampir saja saya tidak mengenalinya. Dulu ketika kecil, kulitnya coklat kehitam-hitaman, dengan rambut keriting kusut dan hidung pesek. Tapi ketika kami bertemu, ternyata dia sudah jauh berubah. Rambutnya tebal dan lurus amat indah. Kulit wajah dan bahkan seluruh kulit tubuhnya putih mulus. Bibirnya yang dahulu tipis dan pucat kini tampak sedikit tebal dan amat seksi bergayut. Hidungnya mancung dan menggemaskan. Dagunya sedikit terbelah. Ah, cantik seperti boneka.
Pinokio Yang Suka Berbohong
Pinokio (the story continued)
5 Sajak Pinokio (suatu hari nanti, the story continued)
by Ade Anita on Monday, 20 September 2010 at 16:26
I
Aku melihatmu kekasihku
Pada sebuah mall yang amat terkenal di Jakarta
Wajahmu sumringah
Matamu sendu dengan pendar-pendar kejora di atas pupilmu
"Hah? Dimana? Kok nggak manggil?"
Aku ingin memanggilmu kekasihku
by Ade Anita on Monday, 20 September 2010 at 16:26
I
Aku melihatmu kekasihku
Pada sebuah mall yang amat terkenal di Jakarta
Wajahmu sumringah
Matamu sendu dengan pendar-pendar kejora di atas pupilmu
"Hah? Dimana? Kok nggak manggil?"
Aku ingin memanggilmu kekasihku
Langganan:
Komentar (Atom)








