Kecupan Ketika Hujan

[Cerpen]

Catatan sakit 3: Kecupan Ketika Hujan


Hujan hari itu amat unik bagiku.

Butir airnya turun amat deras, bulirnya besar-besar dan curahnbya banyak. Membuat gaduh suara seng-seng rumah dan pagar. Juga membuat banyak lubang di lumpur sepanjang pinggir jalan. Tak ada seorang pun yang ingin berjalan di bawah hujan yang menderas dan menggila seperti ini. Tapi aku seorang penyuka hujan. Aku melihat debu-debu yang terhampar di seluruh permukaan benda di dalam naungan kota Jakarta tampak terusir pergi dalam sekejap. Dalam hati aku berdoa:

Para Perempuan Hebat

Catatan sakit 2: Para Perempuan Hebat

1.
“Dokternya sudah tua apa masih muda ya?” Aku bertanya ragu pada seorang perempuan yang duduk sambil memeluk map hasil rontgennya. Perempuan setengah baya yang memiliki senyum yang amat keibuan. Lembut dan hangat. Aku suka semua perempuan yang memiliki senyum yang lembut dan hangat. Ada sebuah rasa nyaman yang senantiasa terkirimkan dari senyuman yang lembut dan hangat.

“Iya, usianya sudah 63 tahun. Dia termasuk dokter senior di RS Dharmais.”

Tamu Tak Diundang

Catatan Sakit (1) : Tamu Tak Diundang

Ada yang datang tanpa diundang hari ini, tapi bukan jailankung.
Ingin kutendang jauh-jauh tapi dia tidak berbentuk bola sepak.
Sebal.

Aku benci tamu tak diundang yang menguasai rumah yang dia tumpangi sesuka hati.
Aku benci tamu yang bermetamorfosa menjadi penjajah yang menguasai daerah yang dia kuasai dengan kejamnya.
Sebal.

Hiu Kecil (notes dari saudaraku)

Iseng, sambil nunggu anak selese bimbel di masjid, buka fb dan menemukan sebuah notes bagus yang amat inspiratif. Sayang kalau dibiarkan begitu saja. Jadi, aku ijin copas, dan sekarang aku taruh di notesku. Baca ya... isinya menarik sekali.

Ketika Rasul Menjadi Unta

[Parenting] copas dari teman karena aku ingin menyimpannya di deret notesku... suka banget, mengharukan.

Ketika Rasul menjadi ‘unta’ (empat dari tujuh rangkaian tulisan memperingati maulid nabi)

Alkisah, suatu hari Rasul berjalan di lorong gang menuju Masjid, lalu berjumpa dengan anak-anak yang tengah bermain. Saat melihat Rasul, anak-anak segera merangkulnya seraya berkata: “كن جملي”

“Ayolah jadi untaku.!” Karena kerap melihat Hasan dan Husain melakukan hal yang sama pada Rasul, mereka pun menginginkanya. Rasul dengan senang hati mengabulkan permintaan mereka.

Suasana (catatan kenangan bulan maret 2011)

Suasana Pagi.

Matahari terbit malu-malu di mulut cakrawala. Masih ada rembulan yang bertengger di penghujung barat. Mungkin itu penyebab matahari terlihat malu-malu untuk tampil. Meski demikian, ada semangat yang bergelora bersemayam pada para pelajar yang bersiap untuk berangkat sekolah. Sebelum matahari sempurna memberitahukan waktu Dhuha, waktu belajar di sekolah memang sudah akan dilaksanakan. Tidak heran banyak pelajar yang begitu semangat mempersiapkan diri, tidak menunggu keberanian matahari sempurna.

anak lelaki dan anak perempuan

Siang ini terik sekali.
Silahkan letakkan sosis dan daging sapi tenderloin di atas kepalaku, mungkin akan kau dapati sosis panggang nan lezat dan daging panggang well done.
Sayang, dokter melarangku mengkonsumsi daging merah.
Dan terik matahari yang menyengat siang ini membuatku malas menuju toko material untuk membeli cat berwarna biru.

Di dalam taman yang berpasir di bawah pancaran matahari yang garang, aku melihat seorang anak lelaki menodongkan pistolnya ke arah seorang anak perempuan.
Sama sekali tidak ada rasa takut di wajah anak perempuan itu.
Senyum diuntainya semanis warna pelangi dan matanya mengerling saja menantang pistol mainan itu.
Mungkin nalurinya sebagai seorang perempuan sudah mulai mengajarkan padanya, bahwa setiap lelaki pada akhirnya akan tekuk lutut di kerling mata perempuan.
Ah.
Kenapa pikiranku melantur kemana-mana? Ini pasti karena sengatan sinar matahari yang begitu terik hingga melelehkan pikiran waras yang biasanya terjalin utuh di dalam kepalaku.
Atau... mungkin ini karena dokter yang tega-teganya melarangku memakan daging berwarna merah hingga pikiranku liar berkeliaran.
Tapi... hei! Anak lelaki itu menurunkan pistol mainannya.
Ajaib sekali jagoan kecil itu bisa luluh begitu saja hanya karena sebuah senyuman.
Padahal beberapa menit sebelumnya, sudah dua orang anak menjadi korban keganasan pistol mainannya.
Bahkan larangan untuk tidak mengganggu teman yang keluar dari mulut ibunya pun tidak dia dengar dan dianggap angin lalu saja.

(seharusnya anakku sudah berhenti bermain setengah jam yang lalu. Tapi, aku masih asyik memperhatikan tingkah polah anak lelaki itu. Anak lelaki pengganggu; Anak lelaki yang ingin dianggap jagoan; Anak lelaki yang petantang petenteng dengan pistol mainan dan menakuti anak-anak lain).

"Ayo, kita main lagi."
"Nggak mau ah, pistolnya dibuang dulu." (lalu pluk... pistol itu dilempar begitu saja ke atas pasir).
"Sekarang sudah bisa main?"
"Boleh, tapi jangan nakal ya mainnya."
"Iya, aku nggak nakal."
"Nggak boleh nangisin yang lain juga ya?"
"Iya, aku nggak. Ayo, main lagi."
"Eh... sudah cukup ya mainnya. Sudah jam dua belas siang nih. Sebentar lagi adzan dzuhur. Besok saja main lagi. Ayo Hawna, kita pulang."
"Eh, aku pulang dulu ya. Bye."

(Lalu aku melihat wajah anak lelaki yang ditinggalkan oleh Hawna itu. Kasihan memang, sudah berkorban tapi akhirnya ditinggalkan juga. Tapi, memang sudah siang sekali sih. Kemudian aku melirik ke arah anak perempuan yang memiliki senyum seindah pelangi di sisiku. Dia masih merajut senyum itu di wajahnya. "Bagus nak, kekuatan seorang perempuan itu memang dengan menjadi seorang perempuan yang seutuhnya jika kamu ingin sama kuat dan sama dihargainya oleh lawan jenismu. Berusaha keras untuk melawan keistimewaan sebagai seorang perempuan selamanya tidak akan membawa kemenangan, pada siapapun dan apapun."). Duh, aku melantur lagi nih. Pasti ini karena sinar matahari yang terik banget dan larangan dokter agar aku tidak lagi mengkonsumsi daging merah. Huh!

----------
Penulis: Ade Anita (pada siang hari yang amat terik di hari rabu, 2 maret 2011).

karya spontan yang menakjubkan a la Adrian Kelana

Menjelang malam, ketika menunggu Leonardo De Caprio beraksi kembali di film Black Diamondnya di televisi, pada jeda iklan saya membuka facebook lewat hape. Pandangan saya tertuju pada sebuah status yang menurut saya lucu. Begini isinya:

Adrian Kelana:
Regues tengah malam .silahkan menuliskan judul dibawah ini. Semata mata ini untuk melatih ketajaman imajinasi yang digerakan oleh hati.
Dan yang ingin komen kritik maupun saran .sangat saya nantikan dengan kerendahan hati rimba kelana.salam

Saya lalu berpikir, "ini orang iseng banget sih." Tapi, setelah dipikir-pikir, rasanya apa yang dia lakukan sesungguhnya adalah sesuatu yang menakjubkan. Saya melihat ini adalah usaha dia untuk memberi tugas pada dirinya sendiri agar terus menggali potensi yang dia miliki, yang dia sadari benar keberadaannya. Yaitu, kemampuan untuk bisa menulis apa saja dan dalam keadaan apapun.

Bagi saya, yang notabene seorang penulis pemula, apa yang dia lakukan itu terus terang belum bisa saya lakukan. Saya masih terpaku pada mood. Jika ada tawaran menulis, saya masih melihat dulu apa yang membuat tawaran itu menarik untuk diikuti. Biasanya, saya akan ikut tawaran menulis yang mencakup:

- Tema yang saya kuasa (artinya, saya tahu bagaimana saya harus menciptakan tokoh dalam cerita itu dan saya tahu mau apa dengan tema itu. Ini implikasinya, biasanya membuat saya harus berpikir cukup lama terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan proses perenungan, barulah kemudian bisa menulis).

- Tema dimana saya tahu pasti kondisi bolak baliknya (saya selalu merasa kesulitan jika harus menulis sesuatu yang saya tidak tahu pasti seperti apa kondisi aslinya. ITu sebabnya, sebelum menulis biasanya saya mencari tahu dulu lewat media tentang berita terkait).

- Tema dimana batas imajinasi saya bisa mencakupnya (kadang, imajinasi saya sering harus berbenturan dengan nilai idealis dalam kepala saya. Akhinya, imajinasi saya terbentur dan terkotak. Tapi, sampai detik ini, tidak pernah saya berusaha untuk mendobrak dinding nilai idealis tersebut. Saya terus mempertahankannya. Jadi, sering sebuah tawaran menulis yang saya temui, terpaksa saya abaikan karena saya tidak mau berimajinasi dimana imajinasi tersebut bisa meretakkan dinding nilai idealis yang ada di kepala saya).

- Tawaran itu berasal dari mana (duh, ini bersifat amat sangat subjektif sebenarnya. Seorang penulis yang baik seharusnya tidak boleh memiliki pendapat ini. Tapi demikianlah apa yang saya masih miliki. Saya selalu melihat, latar belakang pengajak.)

- Terakhir, tema tersebut tidak akan menghasilkan persepsi negatif dalam benak orang lain terhadap saya dan keluarga saya (hehe, saya selalu menghindari menulis sesuatu yang bersifat amat sensitif pada orang-orang terdekat saya. Menulis itu adalah hobbi dan proses kreatif, tapi menjaga silaturahim adalah sebuah kewajiban, dan menutupi aib seseorang adalah sesuatu yang seharusnya ditegakkan).


Baik. Kita kembali pada status Adrian Kelana. Pagi ini, 19 maret 2011, pk. 06.27 WIB, saya membuka kembali status Adrian Kelana dan akhirnya terkagum sendiri. Ternyata, dia berhasil memenuhi kebutuhan kreatifitasnya dalam waktu satu malam. Seperti radio yang menyediakan acara permintaan lagu, demikianlah Adrian Kelana memuaskan para pemesan tulisan di statusnya. Berikut jawaban dari statusnya:


Lya Descanova ‎"KETIKA HATI MASIH MENDAMBAKAN CINTA ITU NAMUN CINTA YANG LAIN MENYAPA"
7 hours ago · Like · 1 person




Boru Sasada Siregar Mas aku reques lagi ya...
" Kan ku kenang selalu "
7 hours ago · Like



Ade Anita enyahlah kau dari cakrawala itu
7 hours ago · Like



Evinia Kristanti Sayang untuk Bunda ku..
7 hours ago · Like



Adrian Kelana
‎@ lya.

@ tersapu cinta yang baru @

jalan ini masih teramat panjang untuk kita lalui

semak belukar telah menoreh luka pada telapak kaki kita

namun kita tetap seayun menuju titik harapan

saat jejak hampir sampai pada tikungan ketujuh

mataku disamun senyum bunga di pinggir jalan

keraguan bergejolak melawan arus

kasih kita tersapu cinta yang baru

by.adrian kelana

7 hours ago · Like · 2 people



Adrian Kelana
‎@ boru .

@ kan ku kenang slalu @

begitu banyak cerita yang telah kita torehkan

suka duka melebur dalam satu bejana

tanggis tawa yang pernah kita nikmati bersama

namun kini arah telah bersimpang jalan

semua tinggal cerita yang akan ku kenang slalu

by.adrian kelana

7 hours ago · Like · 1 person



Boru Sasada Siregar Thanx ya mas, sempurna....
7 hours ago · Like



Adrian Kelana
‎@ ade.

@ enyahlah kau dari cakrawala itu @

terlalu lama kau tudung pertiwi dengan selendang dosamu

pandangku samar oleh tingkahmu tuan

kini enyahlah kau dari cakrawala negriku

aku muak mendengar janji palsumu

by.adrian kelana

6 hours ago · Unlike · 2 people



Adrian Kelana
‎@ evinia.

@ sayang untuk bunda @

bunda, tak mampu aku menghitung tetes tetes kasih yang kau beri

tak sanggup aku mengganti darah yang tertumpah

kini dalam sujud tak henti ku simpul doa buatmu

sebagai sembah bakti sayangku padamu

oh ibundaku tersayang

by.adrian kelana

6 hours ago · Like · 2 people



Andi Nurmiyati Mapangandro Rinduku untuk rimba kelanamu ^_^
6 hours ago · Like



Adrian Kelana
‎@ andi nur.

@ rindumu untuk rimba kelana @

kau slalu diam menyelam sunyi

menatap dari sebalik awan putih

sesekali tatapmu jatuh di bawah rimbaku

kusambut dengan salam jabat erat jiwaku

saat kabut menyamun pandangmu

ku lihat kau gundah menahan rindu

angin bertanya pada hatimu

kau jawab ada rindu pada bait rimba kelana itu

kini aku yang diam membaca jejak

pantaskah bait purbaku tuk dirindu?

By.adrian kelana

6 hours ago · Like · 2 people



Sepertinya, sebagai penulis pemula, saya memang masih harus banyak belajar dari mas Adrian Kelana dan penulis lain yang lebih senior ya. Hebat sekali beliau.

------------
Penulis: Ade Anita